Mendengar nama Cirebon biasanya identik dengan empal gentong, nasi jamblang, mie koclok serta aneka olahan ikan dan udang seperti terasi dan kerupuk. Namun ternyata Cirebon menyimpan banyak potensi yang selama ini belum terekspos secara luas bagi dunia luar. Di antaranya adalah minuman rosela dan batik Ciwaringin, serta beberapa hal lain yang kami temukan ketika jalan-jalan bersama @Harmoni3Roda hari Selasa, 12 Desember lalu.
Obyek Wisata Banyu Panas
Terletak di Desa Palimanan Barat, Kecamatan Gempol, Cirebon, obyek wisata ini adalah sumber air panas alami yang mengandung berelang dan berkhasiat menyembuhkan beragam penyakit. Dulunya sumber air panas ini berupa kolam biasa saja di permukaan tanah dengan air yang bergejolak layaknya air mendidih. Lalu Indocement membangun beberapa fasilitas untuk menunjang obyek wisata ini, seperti kolam pemandian bersuhu 38 derajat celcius, kolam berendam air panas, pancuran bilas, ruang ganti, MCK, saung dan sarana hiburan lain di sekelilingnya. Sejak diresmikan bulan Oktober 2010 masyarakat bisa lebih nyaman dan maksimal menikmati sumber air panas ini.
Tentu masuknya tidak gratis karena obyek wisaya ini butuh biaya perawatan. Tempat ini buka setiap hari dari jam 06:00-18:00 WIB, dengan tiket masuk di gerbang utama sebesar Rp 10.000 dan sekali lagi membayar Rp 10.000 bila hendak berendam di kolam pemandian. Semuanya dikelola oleh koperasi Manunggal Perkasa, dan selama tahun 2016 mencatatkan kunjugan lebih dari 9.500 wisatawan.
Pada saat kami datang, papan pengukur suhu di tepi kolam menunjukkan angka 39.7 derajat celcius. Wow! Berendam di air sepanas itu kalau saya sih paling cuma tahan secelup-dua celup! Pantas saja di pintu masuk ada peringatan pengunjung yang berendam harus keluar dari kolam setiap 10 menit. Istirahat dulu sejenak, nanti boleh berendam lagi. Saya hanya sempat mencelupkan tangan saja, itu pun cuma tahan selama 10 detik. Panas!
Di hari libur, kolam pemandian ini ramai pengunjung karena diyakini membantu mengatasi penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu, kadas, kurap dan meringankan gejala rematik, pegal linu serta sakit persendian. Tak hanya itu, berendam di sini juga meringankan asma, melancarkan sirkulasi darah dan menjaga elastisitas kulit biar awet muda! Siapa ingin awet muda? Ke Cirebon yuk?
Rosela dan Keripik Nangka Enak di P4M
Sesudah pemandian air panas Palimanan, kami beranjak untuk menikmati jajanan nikmat berupa keripik nangka, keripik singkong pedas dan minuman rosela. Semua ini ada di Pusat Penelitian, Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat (P4M), sebuah tempat penelitian dan entrepreneur agribisnis bagi masyarakat yang diprakarsai oleh Indocement. Di sini warga bisa meningkatkan pengetahuan di bidang pertanian, perikanan, dan peternakan dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada di desanya. P4M pertama beroperasi sejak 2009.
Di dalam green house-nya saya seneng banget melihat aneka sayuran hijau berjajar rapi dalam pipa-pipa hidroponik. Kembang kol dan seledri tampak mendominasi rumah kaca ini, selain beberapa jenis tanaman hias. Di luar green house masih ada beragam jenis tanaman seperti terong, tomat, buah naga, jeruk bali, mangga, belimbing, dan masih banyak lagi. Bahkan lidah buayanya nampak subur sekali!
Selain green house dan lahan budidaya tanaman, P4M juga menyediakan kolam ikan, kebun bibit, laboratorium, peternakan domba dan sapi, lahan percobaan tanaman pangan dan sayur serta kumbung untuk budidaya jamur. Jika sudah panen, P4M juga membantu pengolahan dan pengemasan sebagian hasil panennya, terutama mengolah nangka, singkong dan pisang menjadi keripik. Sementara bunga rosela diolah menjadi minuman segar berkhasiat dalam botol.
Jadi sore itu setelah keliling melihat tanaman, kami duduk-duduk menikmati manis dan renyahnya keripik nangka sembari menyeruput minuman rosela di tepi kolam ikan. Sedap! Suasananya mengingatkan saya pada perjalanan mencari pohon cinta di Citeureup tempo hari 🙂
Kampung Batik Tulis Ciwaringin
Ciwaringin yang tak kalah bagusnya. Malah batik Ciwaringin ini unggul karena dibuat dengan cara tradisional alias batik tulis, dan sebagian besar menggunakan pewarna alami sehingga aman bagi lingkungan. Para perajinnya sudah mendapatkan pelatihan produksi bersih dengan pewarna alami, serta bantuan lain dari Indocement sejak tahun 2005.
Begitu masuk salah satu rumah pembatik di kampung Ciwaringin ini, perhatian saya langsung tersita oleh deretan kain batik berwarna putih-biru yang digantung. Warna birunya didapat dari ekstrak indigo, sejenis rumput yang biasa untuk pakan ternak. Selain itu juga ada warna-warna lain seperti hijau, merah bata, kuning, coklat dan hitam.
Tuh lihat di foto tangan ibu pembatik masih berlumuran pewarna biru karena beliau baru saja selesai melakukan proses pewarnaan. Beliau menjelaskan, tidak perlu kuatir tangannya kena pewarna karena ini pewarna alami yang aman dan hilang dengan sendirinya dalam tempo satu hari. Satu helai kain batik tulis Ciwaringin dijual dengan harga rata-rata 300 hingga 500 ribu rupiah, beberapa jenis yang prosesnya lebih advanced bisa dihargai hingga 900 ribu rupiah. Wajar lah ya, mengingat proses membuatnya yang rumit, lama dan menggunakan bahan alami.
Ciri khas batik Ciwaringin:
- Menggunakan pewarna alami
- Pembuatannya full batik tulis
- Motifnya lugas dan sederhana
- Karakteristik batik pedalaman
- Motif khasnya adalah Pecutan dan Piring Sedapur
Berkat beragam keunggulannya, tahun ini Kampung Batik Tulis Pewarna Alamai Ciwaringin mendapatkan penghargaan Platinum Tingkat Nasional dari kementrian Bappenas sebagai best practice for MDG to SDG’s kategori Tanpa Kemiskinan. Keren ya?
Tuntas sudah acara jalan-jalan kami ke Cirebon. Sorenya menjelang kembali ke Jakarta kami sempatkan mampir mencicipi tahu gejrot, mie koclok dan kerupuk sambel di seberang stasiun Cirebon. Oh, pada saat makan siang tentu kami sudah mencicipi empal gentong yang berkuah santan dan empal asam berkuah bening. Keduanya enak! Saya lebih suka yang kuah bening tanpa santan karena rasanya lebih segar. Kamu pernah ke Cirebon? Apa yang paling kamu sukai dari kota ini?
Ping-balik: Local Heroes Di Cilengkrang: Mengolah Sampah Menjadi Berkah | BLOG Swastika Nohara
Ping-balik: Melihat Indahnya Citeureup Dari Ketinggian Plant 14 | BLOG Swastika Nohara
Desember 29, 2017 pukul 8:34 pm
Sebagai orang yg bersuamikan orang Cirebon dan pulang rutin ke Cirebon, aku sungguh baru tauuu loh yg ditulis mba Tika ini hahahah
Kayaknya pak suami juga kalo ditanya pasti ga tau deh. Mungkin nanti kalo liburan pulkam ke Cirebon mesti menyambangi Banyu Panas, P4M, sama batik Ciwaringin nih…
Untuk empal, seleraku sama kayak mba Tika, lebih suka empal asam karena rasanya yg segar. Langganan aku di Amartha di Jl Raya Plered, empal asamnya masih pakai belimbing wuluh 🙂
Januari 3, 2018 pukul 10:52 am
Horeee… HIDUP EMPAL ASAM! hehehe… enak banget tuh pake blimbing wuluh!
Januari 3, 2018 pukul 4:01 pm
Empal asam biasanya juga susah dicari di luar Cirebon mba. Kalo cari empal gentong sih ada aja di jakarta 😀
Januari 4, 2018 pukul 8:52 am
Oiya ya? Empal asam nggak ada yang jual di Jakarta? Masa?
Januari 4, 2018 pukul 11:00 am
Sejauh ini sih cuma nemu empal gentong aja mba. Deket rumah ada yg jual, dulu bazaar kantor juga ada yg jual.
Tapi empal gentong, aku cuma pernah makan di Cirebon doang. Makanya kalo pulang kampung selalu nyempatin makan 🙂
Januari 13, 2018 pukul 3:15 am
Baiklah, thanks infonya. klo ke Cirebon lagi aku puas2in makan empal asam! 🙂
Desember 24, 2017 pukul 8:50 pm
baru tau nih ciri khas batik ciwarigin
Desember 29, 2017 pukul 3:59 am
suka batik juga? selama ini favoritmu batik apa?
Desember 29, 2017 pukul 7:59 am
of course, batuk sulawesi 😀 😀
Januari 3, 2018 pukul 10:53 am
batik sulawesi?
Januari 4, 2018 pukul 7:24 am
yes i mean batik sulawesi hahaha sorry
Januari 4, 2018 pukul 8:52 am
hahaha… I have guessed so 🙂
Desember 24, 2017 pukul 11:36 am
Ada mbak Tika keripik mentimun, enak. Penampakannya sih gak sekece keripik nangka.
Jadi pengen lagi keripik2 dari sana, gak bisa beli online aja ya…😢
Desember 29, 2017 pukul 4:00 am
Oiya, ide bagus tuh buat jualan online. Atau mbak Sally mau jadi reseller? 😀
Desember 22, 2017 pukul 10:14 pm
Aku malah nyoba keripik apa-apa….
Hhhhh…….
Desember 22, 2017 pukul 10:20 pm
lho, maksudnya nggak nyoba keripik apa-apa -__-
Desember 29, 2017 pukul 4:00 am
Lho, kamu minta dikirimin aja dari cirebon?
Desember 21, 2017 pukul 9:50 pm
Yang paling saya sukai tentang Cirebon budayanya. Sunda enggak jawa juga tidak. Terus empal asemnya dan batiknya tenti saja 🙂
Desember 21, 2017 pukul 9:57 am
aku pengen beli keripik nangka tapi gak kebagian. hih!
Desember 21, 2017 pukul 10:21 am
Lho masak sih? Gimana kalau Simbok coba bikin keripik nangka sendiri?
Desember 21, 2017 pukul 9:27 am
Teringat lagi daku akan keripik mentimun. Enak 🙂
Desember 21, 2017 pukul 9:40 am
Eh EMANG ADA KERIPIK TIMUN? Kok aku cuma nyicip keripik nangka dan singkong?
Desember 23, 2017 pukul 1:21 pm
Ada, kemarin aku nyobain juga. Penampakannya sih ga cantik, keriput dengan garis-garis hijau. Tapi rasanya manis.
Desember 29, 2017 pukul 4:00 am
Ooooh… ah, coba bisa beli online, udah kuborong ini keripiknya!