Lembata bukanlah pulau yang populer seperti Lombok atau Flores, meski letaknya masih di deretan pulau-pulau yang berjajar di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Malah waktu pertama kali diajak ke Pulau Lembata, saya sempat mikir, mau ngapain di sana? Ngumpulin daun lontar? Soalnya saya sudah nggak diving lagi, sementara nama Lembata sempat saya dengar karena dunia bawah lautnya yang keren. Tapi tentu saya nggak menolak ajakan jalan-jalan ke Pulau Lembata, mumpung masih muda, ya nggak?
Kami berangkat dari Jakarta dengan Batik air pukul 02.30 dini hari. Yup, jam 2 pagi boardingnya bo! Udah kayak satpam komplek shift tiga deh saya berangkat dari rumah tepat tengah malam. Tapi memang penerbangan ini pas sekali untuk connecting flight dengan Trans Nusa pukul 09:00 WITA dari bandara El Tari di Kupang, ibu kota NTT. Plus dapat bonus pemandangan sunrise yang spektakuler dari balik jendela pesawat, itu kalau nggak tidur pulas sepanjang jalan seperti saya 🙂
Penerbangan Kupang-Lembata hanya sekitar 40 menit saja, dan sampailah kami di bandara Wunopito Lewoleba disambut adik-adik siswa SMPK Santa Theresia yang menari Hedung Huri dengan lincah. Menurut Pak Hendrik Buyanaya, salah satu musisi senior yang juga mengajar kesenian di beberapa sanggar, tarian ini dulunya dipakai untuk menyambut para ksatria yang baru menang perang. Tapi sekarang karena sudah tidak ada perang antar suku, maka tari ini biasa dipakai sebagai tarian penyambutan.
Dari bandara, kami siap mengeksplor Lembata!
Sesuai rekomendasi warga asli, rute kami hari ini adalah ke Bukit Doa, Bukit Cinta, dan Desa Jontona tempat kerangka ikan paus disimpan. Hanya ke tiga tempat? Santai dong?
Hahahaha… Nggak juga. Tantangan jalan-jalan di Pulau Lembata adalah belum siapnya infrastruktur jalan raya, alias jalannya masih belum mulus, berlubang-lubang gitu, sehingga nggak bisa tancap gas dengan leluasa. Malah di beberapa titik tanjakan menuju Bukit Doa, kita benar-benar perlu berdoa agar mobil 4×4 yang kita naiki bisa terus melaju.
Namun begitu sampai di puncak bukit dan melihat pemandangannya, wiiiih…. terbayar tuntas semua cucuran keringat Pak Supir saat menginjak pedal gas dan kopling di tanjakan tadi. Kamu mau kan foto-foto di tempat kayak gini?
.
Lokasi foto di atas adalah Bukit Doa dan Bukit Cinta. Ada alasan khusus kenapa bukit ini dinamai Bukit Doa. Nanti akan saya tulis di posting terpisah karena perlu berdoa secara khusyuk untuk menulisnya 🙂
Check point selanjutnya adalah desa Jontona, sebuah desa yang asri di tepi pantai. Deretan pohon kelapa bikin suasana sore jadi adem, cocok untuk duduk-duduk menikmati angin semilir sambil melihat bapak nelayan membereskan jaring.
Garis pantai Pulau Lembata di sekitar sini cukup sering ‘kedatangan’ paus yang terdampar. Menurut cerita guide kami, di tahun 2008 lalu ada 4 ekor paus terdampar di garis pantai, lalu dilepas lagi oleh warga ke laut. Eh, satu ekor paus balik lagi lho!!! Akhirnya paus malang itu kelelahan, lalu sekarat dan menemui ajalnya di pantai ini. Maka warga pun beramai-ramai menyembelih paus itu dan menyimpan kerangkanya buat kenang-kenangan. Kerangkanya aja sepanjang 4 rumah berjajar!
Jadi kalau kamu ke Pulau Lembata, ini tempat-tempat yang wajib dikunjungi:
- Bukit Doa
- Bukit Cinta
- Dermaga Lewoleba
- Desa Jontona
- Pantai Nuhanera
- Desa Tabolangu
Kalau waktu yang tersedia lebih leluasa, bisa juga ke Gunung Batutara. Gunung ini unik karena mengeluarkan muncratan lahar panas setiap 20 menit sekali. Kamu perlu waktu yang lebih leluasa karena lokasinya cukup jauh, untuk ke sana perlu menyewa perahu dan disarankan berangkat jam 2 dinihari. Kenapa? Biar bisa memfoto muncratan lahar di tengah gelapnya pagi buta, lalu sesudahnya bisa menikmati indahnya sunrise.
Mengelilingi Pulau Lembata harus menyewa mobil, sebaiknya yang 4×4 karena jalannya banyak yang rusak. Sinyal GSM hanya ada dari operator merah, itupun belum merata di semua sudut pulau. Warung makan tersedia di Lewoleba, ibu kota Kab. Lembata. Jadi kalau mau pergi jauh seharian, lebih baik membungkus bekal makan siang. Kalau soal penginapan jangan kuatir. Ada hotel Palm Indah yang nyaman, bangunannya juga masih baru, dengan harga Rp 270.000 untuk kamar standar dan Rp 400.000 untuk kamar deluxe. Cuma sayangnya kran air panas di hotel ini tidak berfungsi. Tapi karena Pulau Lembata gerah, jadi memang lebih enak mandi air dingin sih… Jadi maunya apa? Panas atau dingin? KZL 🙂
Baca juga tulisan selanjutnya soal disangka artis di Pantai Nuhanera, dan tentang Festival Bahari Nuhanera!
Februari 23, 2018 pukul 11:21 am
bagaimana cara untuk ke pulau lembata nya sist ,,, mohon di bantu rute keberangkatannya 🙂 terimakasih
Mei 22, 2017 pukul 4:05 pm
Hi dari dulu pengen ke Lembata dan eksplor pulau-pulau di NTT. Bisa diinformasikan guide dan kontak sewa mobil?
Thanks
Mei 26, 2017 pukul 9:25 am
Bisa, sebentar yah saya lihat kontaknya di HP dulu
Maret 22, 2017 pukul 12:27 pm
Maksih mbak Swastika. Indah banget. Jadi kangen, pengin ke sana lagi. Dulu hampir 8 tahun aku hidup di Lembata.
Maret 23, 2017 pukul 5:20 am
Mungkin sekarang saatnya main ke Lembata lagi 🙂
April 19, 2016 pukul 9:47 am
Salah satu impian gw
Dulu punya temen kantor orang lembata dan suka ngajakin ke rumah nya liat paus kata nya dan gw masih ngak ngeh lembata dimana. Tp setelah di menikah ama bule dan tinggal di belanda, baru gw tau kalo lembata keren dan pengen kesana
April 19, 2016 pukul 11:07 am
Astaga… Jadi teman lo mesti nikah sama bule dan pindah ke Belanda, baru lo nyadar ada pulau keren bernama Lembata?
Luar biasa… 😀
Desember 2, 2015 pukul 11:38 am
welcome to lembata,,pulau penuh pesona….
Desember 2, 2015 pukul 4:16 pm
pesonanya luar biasa!
November 10, 2015 pukul 3:59 pm
Ya ampun bener2 semangat ngumpulin uang lah ini aku mba…makasih ya buat reportnya. Padahal bapakku asli orang sana tapi akunya malah belum pernah kesana . Hiks..
November 10, 2015 pukul 4:03 pm
Waaah… harus kesana deh, minimal sekali aja seumur hidup. Mau kapan?
Oktober 9, 2015 pukul 3:24 pm
view yg bukit2 spt itu duuhh suka nggak tahan buat foto2 hehehe
Oktober 11, 2015 pukul 11:00 am
Bangeeeeet!!! Hahaha..
September 16, 2015 pukul 4:52 pm
Salam kenal ya sis.. Abis baca dan kagum banget sama foto yang latarnya gunung.. Keren banget! 🙂
September 17, 2015 pukul 8:16 am
Thank you 🙂 Kapan mau ke Pulau Lembata?
Ping-balik: Pesona Pulau Lembata | Arinurya
Ping-balik: Traveling Bikin Kulit Gosong? | About life on and off screen
September 4, 2015 pukul 1:03 pm
Mantaaaaap sekaliiii 🙂
September 5, 2015 pukul 7:39 am
Thank you 🙂
September 3, 2015 pukul 11:32 am
Piknikku belum sejauh itu mbak aku belum mengexplore seluruh pulau yang ada di indonesia pengen banget deh bener biar nanti ada cerita ke anak-anak kalau sudah menikah 😀
September 3, 2015 pukul 12:12 pm
Laaah bisa seumur hidup kalau mau explore belasan ribu pulau se-Indonesia kan?
Ping-balik: Festival Bahari Nuhanera | About life on and off screen
September 3, 2015 pukul 9:15 am
Cantik banget mbak desanya eksotik gitu yaaa. Keren
September 3, 2015 pukul 9:27 am
Iya banget! Kapan mau ke Lembata? 😀
September 3, 2015 pukul 3:24 pm
Waaaaahhh jauh mbak itu. Bener bener kalau dapat hadiah mungkin baru ke sana 😆
September 4, 2015 pukul 9:31 am
iya sih… dan tiketnya juga lumayan. Emang ini tantangannya kalau mau mengangkat pariwisata di pulau2 kecil Indonesia. Harga tiket bikin keder ya?
September 4, 2015 pukul 9:32 am
Iya banget mbaakk 😣
September 4, 2015 pukul 9:34 am
I feel you… I am lucky ke sana-sana krn kerjaan…
September 3, 2015 pukul 2:38 am
Keren juga lembata yaaa..
kasian itu ikan pausnya terdampar, tapi masih awet aja ya kerangkanya ini ?
September 3, 2015 pukul 8:34 am
Awet banget, katanya sampe puluhan tahun ya bakal awet
September 2, 2015 pukul 5:52 pm
kak keren banget sih teknik pengambilan photonya
September 3, 2015 pukul 8:33 am
Aaaak… makasih! Modelnya nggak keren ya? :)) *mintaditabok
September 2, 2015 pukul 3:53 pm
Indahnya Indonesiaaaa huaaaa pingin ke sana.
September 2, 2015 pukul 4:14 pm
Jadi kapan mau ke Lembata?
September 2, 2015 pukul 4:46 pm
Nabung dulu mbak 🙂
September 3, 2015 pukul 8:33 am
Setuju! Gak sekalian hunting tiket promo?
September 2, 2015 pukul 3:10 pm
Swastika, saya sering dengar nama Pulau Lembata ini, tapi baru kali ini baca reportase dari pelaku langsung..*halahhh bahasanya😄* Makasih udah berbagi info..😀
September 2, 2015 pukul 3:17 pm
Iyah, pulau ini cukup terdengar di kalangan diver 🙂 Sama-sama…
September 2, 2015 pukul 2:20 pm
Ajak2 dong mbaaaaa
September 2, 2015 pukul 2:55 pm
Hayuuuuuk! Tapi Noni apa bisa cuti dari kantor?
September 2, 2015 pukul 3:01 pm
Bisa dong mba, anytime 🙂
September 2, 2015 pukul 3:08 pm
Wah serius? Oke deh kalo gitu namamu aku usulkan, siapa tau mereka mau 🙂
September 2, 2015 pukul 3:09 pm
Yeay… asik :0. Iya serius
Makasih ya mba
September 2, 2015 pukul 3:16 pm
Cama-cama :*
September 2, 2015 pukul 1:00 pm
Keceeee banget ya pulaunya.
Heh? Disangka artis? Ya iyalaaah, mbaknya kece binggo kok 🙂
September 2, 2015 pukul 1:34 pm
Huahahaha…. Kece binggo itu apaaaa?
September 2, 2015 pukul 12:50 pm
Bagus mbak pulaunya. Lombok. Blm pernah explore sama sekali nih.
September 2, 2015 pukul 1:34 pm
Iya, pulau Lembata memang bagus banget 🙂
September 2, 2015 pukul 9:24 am
Indah banget Pulau Lembatanya. Pengen ngerasain terbang tengah malamnya deh. Makasih ceritanya ya Tika. 🙂
September 2, 2015 pukul 9:52 am
Sama-sama Dani, terima kasih juga sudah membacanya 🙂 Yuk ke Lembata?
September 2, 2015 pukul 8:38 am
Just wondering, penerbangan tengah malam gitu turbulancenya gmn?
Bakal ada penerbangan ke arah timur indonesia kayaknya bulan oktober nanti, dan aku rada parno 😐
September 2, 2015 pukul 8:45 am
Nggak ada masalah kok Lin, nggak ada turbulence. Malah enak sih, tidur terus selama terbang, pules! Hehehe…
September 2, 2015 pukul 8:45 am
Btw flight mu nanti ke kota apa?
September 2, 2015 pukul 9:54 am
Rencananya ke manado, pingin bablas bunaken.
Tapi masih ngumpulin info dulu.
September 2, 2015 pukul 11:26 am
Have fun Lin!