Matahari sudah tinggi dengan panas yang cukup terik ketika saya dan beberapa teman blogger menyusuri jalan setapak di punggung bukit di kawasan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kami berada di restricted area dalam kawasan yang dikelola olehIndocement, di lahan bekas kawasan tambang yang sudah ditanami kembali dengan beragam pohon dan tanaman budi daya. Perjalanan kami cukup berliku menuju tempat si pohon cinta berada.
Segarnya Si Jahe Merah
Lahan seluas lima hektar di punggung bukit dengan kontur miring yang kami datangi tampak subur. Pohon pepaya, jagung, buncis, kacang tanah, cabai, mentimun, jahe merah dan tanaman hortikultur lainnya ditanam secara tumpang sari oleh Gerakan Tani Mandiri (GTM) sejak Juli 2015. Mereka adalah petani warga Desa Leuwikaret mitra Indocement sebagai bagian dari program CSR untuk mengolah lahan bekas tambang yang direklamasi. Sumbangsih Indocement berupa pemberian lahan seluas 18.5 hektar, bibit tanaman, pupuk dan alat pertanian, pelatihan, dan menyalurkan hasil pertanian.
Pak Ahmad, salah satu dari 27 orang petani yang tergabung dalam GTM menyapa ramah siang itu. Pak Ahmad dengan antusias menunjukkan deretan pohon cabai, pepaya dan buncis sambil bercerita bahwa GTM sangat membantu mengurangi pengangguran di kalangan warga desa.
Masih dengan senyum lebar, Pak Ahmad mencabut tiga pokok jahe merah untuk menunjukkan rimpangnya kepada kami. Wow! Ternyata jahenya besar-besar! Sebentar lagi dia mau panen cabai juga. Omzet setiap petani anggota GTM berkisar antara Rp 500.000-1.500.000 tergantung pada jenis tanaman dan luas lahan yang dikelola petani tersebut.
Beningnya Sumber Air Cikukulu
Tidak jauh dari lahan Gerakan Tani Mandiri, kami bergerak ke sebuah mata air yang bening di Cikukulu. Mata air ini alami, sudah ada sejak dulu kala. Hanya saja dulu warga harus berjalan kaki cukup jauh dari desanya menuju mata air. Indocement membantu menyalurkan air dengan membangun jaringan pipa ke dua desa, yakni Desa Lulut dan Desa Leuwikaret sehingga ratusan warga bisa menikmati pasokan air bersih sepanjang tahun.
Kualitas air dari sumber air Cikukulu dipantau setiap 6 bulan sekali dan dipastikan memenuhi standar air bersih yang ditetapkan oleh Permenkes tahun 1990. Untuk menjaga kualitas air, dearah di sekitarnya ditetapkan sebagai area bebas tambang dan dilakukan penghijauan. Di musim kemarau sumber air ini tetap terjaga meski debit airnya berkurang secara alami.
Kebun Tegal Panjang
Kami berjalan memasuki Kebun Tegal Parang di bawah teduhnya deretan pohon jati muda yang tertata rapi, lalu berbelok ke jalan setapak yang dinaungi kanopi dengan tanaman markisa merambat subur. Buah markisa bergelantungan di atas, kanan dan kiri kami, menunggu waktu yang tepat untuk dipanen.
Kalau kamu mencari cinta, di sini kamu akan menemukan pohonnya!
Meski usianya sudah lanjut dan giginya sudah ompong, Aki Toni melangkah cepat membimbing kami menuju deretan pohon cinta di ujung kebun. Saat melewati deretan pohon Maja, Aki memamerkan buah Maja yang bulat seperti bola voli dan bercerita bahwa buah Maja ini lazim dijadikan bahan bakar untuk menyalakan api.
Kebun Tegal Panjang memiliki luas 12 hektar dan dikelola oleh 10 orang petani, 2 orang tenaga pengawas dan 8 orang petani kebun yang berasal dari desa mitra Indocement. Beragam vegetasi berbatang keras dan lunak ditanam di sini untuk memperkenalkan nilai ekonomis tanaman berbatang lunak seperti Philodendron, Andong dan Monstera.
Tak terasa kami sampai di ujung kebun. Dan benar saja…. Ratusan pokok pohon cinta terbentang di sana! Ada yang masih kecil, ada yang sudah cukup besar dan siap dipanen.
Jadi sebenarnya apakah pohon cinta itu?
Dia adalah Philodendron bininnatifidium yang mulai ditanam sejak 13 November 2015 dari beberapa pohon saja. Daun Philodendron (selanjutnya saya sebut Philo, biar singkat) biasa dipakai sebagai hiasan pelaminan di pesta-pesta pernikahan di Jabotabek, sehingga dia disebut pohon cinta! Begitu ceritanya…
Philo dipakai sebagai hiasan pelaminan sebenarnya karena alasan praktis. Batang yang sudah dipotong lalu direndam air dia bisa tahan tetap segar selama 3 minggu (jauh lebih tahan banting dibandingkan daun/bunga potong yang hanya segar selama 2-3 hari saja), sehingga memudahkan transportasi dan persiapan dekorasi. Tentu agar lebih menarik dikombinasikan dengan tanaman lain.
Saat ini Kebun Tegal Panjang baru bisa mensuplai sekitar 1/3 dari kebutuhan pohon cinta yang diminta penampungnya yaitu pengusaha bunga Rawa Belong, Jakarta. Jadi masih banyak peluang untuk meningkatkan produksi dan menambah penghasilan petani yang saat ini omsetnya sekitar Rp 800.000-2.000.000 per bulan.
Sementara pokok Monsteradeliciosa yang saya lihat ditanam di bawah pohon-pohon karet, perkembangannya belum begitu pesat karena memang tumbuhnya lebih lama dan lebih sulit untuk dikembangbiakkan meskipun in my personal opinion jauh lebih cantik dari pada Philodendron.
Seru juga ternyata menyimak cerita Philodendron si pohon cinta dan Monstera, sejenis tanaman hias yang sedang naik daun di kalangan instagrammer! Dan saya nggak nyangka seluruh kegiatan ini dilakukan di atas bekas lahan tambang Indocement yang sudah direklamasi. Semoga ke depannya semakin luas lahan yang direklamasi dan semakin banyak warga setempat yang bertambah rejekinya. Ada amin?
Ping-balik: Local Heroes Di Cilengkrang: Mengolah Sampah Menjadi Berkah | BLOG Swastika Nohara
Ping-balik: Melihat Indahnya Citeureup Dari Ketinggian Plant 14 | BLOG Swastika Nohara
Ping-balik: Rosela & Batik Keren Di Cirebon | BLOG Swastika Nohara
November 30, 2017 pukul 9:23 am
Dipikir2, kunjungan kemarin itu memang terasa lebih seru karena kita masuk ke restricted area. Belum lagi peringatan “jam 11 kita turun ya, akan ada peledakan reguler!”
November 30, 2017 pukul 10:20 am
hahaha… benar sekali! dan makin seru ketika melihat keripik kentang di samping sajian nasi liwet bukan?
November 30, 2017 pukul 6:03 am
Aki Toni idolaq. Sumringah terus si aki mungkin efek pohon cinta 😀
November 30, 2017 pukul 10:16 am
karena sering2 deket pohon cinta jadi gembira terus? 😀
November 29, 2017 pukul 4:21 pm
Lihat mata airnya, pengen nyemplung berendam…
Segar
November 29, 2017 pukul 4:24 pm
Seger banget, apa lagi pas siang2 panas…
November 29, 2017 pukul 2:26 pm
Fokusku ke Aki Toni. Beliau sangat sadar kamera, yes? :))
November 29, 2017 pukul 3:14 pm
Pose-posenya juga sangat kekinian :))
November 23, 2017 pukul 9:42 am
Salut di bogor masih ada mata air kayak gitu, semoga tetap terjaga
November 23, 2017 pukul 1:19 pm
Amin! Memang di daerah lain seputar Bogor sudah sulit dicari mata air seperti ini?
November 23, 2017 pukul 2:27 pm
Kalo di Jabodetabek kan iya to? Air bersih alami semakin sedikit kak
November 23, 2017 pukul 4:54 pm
iya sih.. di Jabotabek semakin banyak yang mengandalkan PAM. Sad ya?