BLOG Swastika Nohara

Life is the coffee, while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life.

Adakah RM Padang Di Padang?

65 Komentar

Di sini siapa yang belum pernah ke rumah makan Padang? Pasti sudah pernah makan masakan Padang ya… Gimana rasanya? Enak? Ternyata masakan Padang itu lebih dari sekedar enak dan ragamnya jauh lebih banyak dari yang terhidang di berbagai RM Padang di kota-kota besar. Di tanah Minang, setiap daerah punya masakan khas. Sementara kata ‘Padang’ sesungguhnya lebih merujuk pada kota Padang, ibu kota provinsi Sumatera Barat. Eh, jadi yang bener sebutannya masakan Padang, atau masakan Minang?

Mari temukan jawabannya dengan berkelana ke tanah Minang!

Selama tiga hari saya dan teman-teman berkelana ke empat kota besar di Minang, mencicipi kekayaan kuliner di setiap tempat. Baru kali ini saya jatuh cinta berkali-kali dalam tiga hari!

Hari ke-1, Padangpanjang-Payakumbuh
Bopet Gumarang, mencoba ampiang dadiah, ketan pokat, ketan srikaya, teh & kopi talua
Makan siang sate Mak Sukur yang otentik
Blusukan pasar Padangpanjang, mencoba paragade jaguang, pisang kapik, serabi, dan aneka jajanan pasar
Minum kopi kawa daun di Kiniko, juga ada kopi daun murbei
Marandang alias belajar membuat rendang di rumah Uni Emi
Makan baselo jo basimpuh

Hari ke-2, Payakumbuh-Bukittinggi
Bofet Sianok di depan Pasar Ibuih. favoritku: nasi goreng!
Melihat pemandangan Lembah Harau, cicip karupuak l
Sentra pembuatan rendang talua Riry dengan metode klasik otentik
Makan siang di RM Pongek Or Situjuah, specialty: pangek nila dan cubadak, cencang kambing, sambal gandaria dan ketan sarikayo juara dunia
Makan malam di RM dan Restoran Family Benteng, specialty: ayam pop
Mencicip martabak kubang dan sate dangung-dangung.

Hari ke-3, Bukittinggi-Padang
Pical Sikai, lalu ke Pasar Atas, Pasar Lereng, mencoba Sate Piaman Mak Apan, pensi
Nasi Kapau Uni Cah, specialty: tambusu, randang ayam, ikan rayo talua
Bika Talago istimewa, dipanggang dengan metode klasik pakai kuali tumpuk dan kayu api
Makan siang menu Minang peranakan di RM Pagi Sore, specialy: gule kepala ikan, ayam goreng kampung, ikan asap kuah tauco, kacang putih, terimbang jengkol
Es cindua durian alias es durian ala Minang
Beli oleh-oleh di Shirley, specialty: keripik sinjay

Silakan dibayangkan seperti apa nikmatnya tiga hari perjalanan kami, asal jangan dibayangkan bentuk lingkar pinggang kami sepulangnya dari perjalanan ini 🙂

Rendang kayu Uni Emi

Okay, mari kita telisik lebih jauh perjalanan yang menggoyang lidah ini. Di hari pertama, jam tanggung, artinya antara pagi dan siang hari, perhentian pertama kami adalah di Restoran Gumarang di kota Padangpanjang. Uniknya, Gumarang juga membuka rumah makan persis di sebelah bangunan restorannya. Lha, apa bedanya restoran dan rumah makan?

Kalau di Minang, ternyata ada pengertian yang berbeda antara restoran dan rumah makan. Restoran menyajikan makanan yang baru disiapkan atau dimasak setelah di pesan, jadi menunya berupa hidangan yang cepat dimasak misalnya di restoran Gumarang ada nasi goreng, mie goreng, mie rebus, mie tahu, martabak mesir, gado-gado, es kampiun, sari kayo ketan, amping dadih, dan pokat ketan.

amping dadih gumarang

Teman saya Rere sampai jatuh cinta setengah mati sama pokat ketan di sini! Kata Rere, rasanya itu bak makanan surgawi… Menurut saya enak juga, tapi ketan tanak disiram alpukat diblender ini belum membuat saya jatuh cinta.

Sementara rumah makan menghidangkan nasi dan aneka lauk yang sudah matang, disajikan dengan display piring-piring bertumpuk di etalase gitu. Pembeli boleh pesan per-porsi dan tinggal tunjuk lauknya, atau beragam lauk dihidangkan di meja bersama nasi putih. Kebayang kan?

Kalau ditanya, makanan apa yang membuat saya jatuh cinta di hari pertama ini, saya mesti berpikir keras karena terjadi persaingan ketat antara sate darek ala Padangpanjang di bofet Mak Syukur dan Randang Kayu Uni Emi dalam memperebutkan cinta saya. Hmmm… pilih mana ya? Mbak Eny jelas tertambat hatinya pada sate Mak Syukur ini. Memang daging satenya lembut, kuahnya kuning, kental dan gurih, dengan taburan bawang merah goreng, sungguh josss…
sate padang mak syukur IMG_6414

Tapi rupanya hati saya sudah terkena magnet Randang Kayu Uni Emi, tak bisa pindah ke lain piring! Randang kayu ini adalah makan malam kita di kota Payakumbuh. Rupanya, kata ‘rendang’ yang sudah mendunia dan pernah dinobatkan The Guardian sebagai one of the most delicious food in the world ini berasal dari kata ‘merandang’ yaitu proses mengaduk campuran daging, bumbu rempah, santan kelapa dan lain-lain di atas wajan selama beberapa jam hingga santannya terkaramelisasi (caramelized) dan menjadi kering. Rendang kering ini bisa disimpan sampai sebulan di wadah tertutup, cocok buat bekal pergi haji 🙂

Saya pernah ketemu rumah makan Padang (di Jakarta) yang menyajikan rendang basah, santannya masih berkuah cair. Ternyata, kata Uni Emi, kalau santannya masih basah dan sedikit berkuah, itu belum sah disebuh rendang! Meskipun sudah masak dan bisa dimakan, tapi disebutnya kalio. Menurut saya sih, dasarnya bumbunya enak, baru di tahap kalio juga enak dimakan… hehehehe…

Kenapa disebut rendang kayu? Saya kira beneran ada potongan kayu yang dimasak rendang. Bukan itu. Ternyata disebut rendang kayu karena memakai daun kayu sebagai bumbu khas. Apa saja yang bisa direndang? Daging sapi, kambing, ayam, telur, cubadak, paru, daun singkong, daun pakis, bahkan ketan hitam!

Rendang kayu Payakumbuh

Uni Emi Payakumbuh IMG_6567 2

Uni Emi adalah tokoh rendang terkemuka dari Payakumbuh yang sudah menjadi konsultan para juru masak dan peneliti rendang. Beruntung sekali kami bisa makan basilo di rumah beliau dengan hidangan yang nikmatnya akan terkenang tujuh turunan.

Lalu, adakah rumah makan Padang di kota Padang? Hahahaha… Coba tebak… Jawaban yang benar (silakan tulis di kolom komentar) akan saya kasih hadiah tas cantik! Memang tas cewek, tapi cowok juga boleh jawab, nanti kasih buat pacarnya aja. Eits, sesama peserta SunCo Trip Minang gak boleh ikut jawab yaaa… Terima kash lho SunCo yang sudah mengajak kami semua mengenal lebih jauh kuliner Minang. Dan jangan sedih, masih akan ada artikel berikutnya tentang Simbok Venus yang jatuh cinta pada… ah, nanti aja deh!

Iklan

Penulis: Swastika Nohara

I'm a freelance content and script writer for movies, television, commercials and internet-related content. With a team, I also do documentaries, video tutorial, video presentation and corporate video. I'm based in Jakarta but eager to travel anywhere on earth. For me, life is like a cup of coffee. Life is the coffee while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life. Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee provided…. So, don’t let the cups drive you, enjoy the coffee instead!

65 thoughts on “Adakah RM Padang Di Padang?

  1. Ping-balik: Rumah Makan Padang – Della Gallery

  2. Aduu…udah lah ah…Luaperrr nih perut :D. Mana jauh lagi ck ck ck…

  3. Pokat ketan, ampiang dadiah oooiiii….kirimkanlah kasikoo…:D

  4. Ping-balik: Apa Beda Nasi Kapau Dan Nasi Padang? | BLOG Swastika Nohara

  5. Ping-balik: Makan Makanan Padang Di Padang (Sebuah Cita-Cita) | Life Is Never Flat

  6. wah … minuman yang dimasukkan di bambu itu apaan ya mbak ???? kok unik nampaknya

  7. Ping-balik: Pical Sikai Bukittinggi: Pecel Jawa Ala Minang | About life on and off screen

  8. Ping-balik: Ketan Srikaya Paling Enak Sedunia | About life on and off screen

  9. Ping-balik: Pical Sikai Bukittinggi: Pecel Jawa Ala Minang | About life on and off screen

  10. RM Padang di Padang? gak da…. yang ada Kedai Nasi Ampera, Rumah Makan #Gak ada embel2 Padangx, Restoran…

  11. Ping-balik: Nikmatnya Makan Baselo Di Payakumbuh | About life on and off screen

  12. hayyah… kirain tadi ulasan perjalanan mbak sabai nyari warung makan ternyata malah makanan semuanya.. dan ini shubuh di aceh malah tambah bikin lapeeeer.. kerang pula lagi huhuhu my favorite food

  13. Astagaaahhhh … mana tahannnn … 3 hari makan masakan Padang terusss … ❤ ❤ ❤

    Jd pengen nyobain rendangnyaaaa :9

  14. Waaaahhh enaaak… Uni Emi buka rumah makan ajaaaa… itu sunco bisa dipakai berapa kali penggorengan kaaa? kayaknya bening bangeeeettt…

  15. Ping-balik: Berburu Rendang ke Ranah Minang | Cerita Soal Makanan Dari yang Enak Sampe yang Enak Banget

  16. Jadi apakah Rendang Kayu mu sudah habis? Atau masih tersisa untuk dicemil dengan nasi panas?

  17. Wah…. Ada Pensi! — Makanya enak, tapi selesai makannya nggak enak, sebab tangan rada bau amis. hehehe , tapi tetap cemilan yang bikin nagih. 😀
    Pas di Bofet Gumarang sempat nyoba bubur kampiun nggak mbok???

    Setahu aku klo di Sumatra Barat itu, RM terbagi dua, nasi Ampera dan Rumah makan. udah gituh doang…

    • Oooh pensi itu termasuk cemilan? Aku makan pensi pakai nasi anget… enak juga! Nasi Ampera?

      • Wah serius pake nasi mbok??? enak juga sih sebagai penganti lauk. iya buat cemilan… dulu suka beli di pasar padang panjang, sebungkus plastik kecil Rp 2000,- .

        Nasi Ampera , maksudnya rumah makan Ampera mbok. — kebiasaan klo di Padang suka bilang :” Beli nasi Ampera aja?” — artinya beli nasi di RM Ampera aja. gituh… heheh

  18. aku jatuh cinta pada apa sih, Nyah? hahahahahha

  19. Ada kok rumah makan Padang di kota Padang 🙂

    Saya sebetulnya nggak suka masakan Minang. Karena masakan Minang itu pedas-pedas, padahal saya nggak demen masakan yang pedas. Apalagi rendang, buat saya itu cuman makanan berkuah yang kuahnya bikin nangis meler kepedesan.

    Tapi saya terkejut baca di sini bahwa rendang bisa dikeringkan. Dan tahan sebulan? Nggak bau?

    Mungkin referensi kuliner saya mesti diperluas daripada sekedar RM Sederhana.
    Terima kasih sudah menulis kunjungan ke ranah Minang ini ya, Mbak Sabai. Sepertinya kita akan ketemu besok di Ibis 🙂

  20. OMG bayangin makan randang kayu sama nasi anget….pasti enak baget dan abis sebakul T_T

  21. ya ampuuunnn *lap iler*

  22. Jadi pulang #SuncoTripMinang lingkar pinggangmu nambah berapa inci hahahah *ketawa jumawa*
    Aku iri-seiri-irinya karena tahun lalu harusnya kita kulineran bareng, batal karena asap hih! Tapi aku gak mau berlarut2 dalam kedengkian dan iri hati, lebih baik kucari tau jawabnya tentang pertanyaanmu.
    Sesungguhnya di Padang indak ado RM Padang, yang ada hanyalah rumah makan sajo dan ampera.
    Kan kata Enno Lerian “mau makan di restoran… Paaadang! Bukan berarti harus ke Paaaadang!” *kemudian nyanyik*
    Ya kan? Ya kan?

    OK abis ini aku kirim alamat pengiriman tas cantiknyaaa

  23. Nggak ada mbak 😀
    Buset itu yang alpukat sama rendang favorit gue tuh haha jadi laper

  24. Gak ada mbak. Tapi ada restoran waralaba (yang terkenal) mencantumkan tulisan ‘Masakan Padang’ di papannya. :))

  25. Makanan yang ada dalam foto-foto ini nyaris membuat saya pingsan karena kangen kampung. Hahaha .. pagi-pagi sudah hiperbola. Tapi benaran Mbak Tika, masakan Minang yang dinikmati di tempat aslinya rasanya beda dengan masakan Minang yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Kalau masakan minang asli yang menonjol rasa asin nya sementara yang di kota sudah tercemar pemanis 😂😂

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s