“Nanti malam kita bakal ngerasain tradisi makan baselo yang khas Minang banget di rumah Uni Emi!” ucap Bung Arie Parikesit dengan mata berbinar-binar. Kami jadi penasaran, kayak apa sih makan basilo ini? Apa saja yang disajikan?
Sekitar pukul 7 malam kami berangkat ke rumah Uni Emi di Payakumbuh, Sumatera Barat, dengan antusiasmu membuncah. Trip kali ini memang bersama teman-teman yang semuanya doyan makan. Lepas dari jalan besar, Bung Arie membawa kami berjalan di lorong gelap. Saya sampai menggunakan sorotan ponsel sebagai senter, biar kelihatan kalau nemu duit 100 ribuan di tengah jalan. #ngarep
Tak lama kemudian kami tiba di rumah Uni Emi, seorang diva dalam seni memasak rendang dan kuliner Minang lainnya. Biasanya kalau bertamu kan duduk di ruang tamu gitu ya… Di rumah Uni Emi ini kami langsung masuk ke dapurnya! Langsung menemui Uni Emi yang lagi asik merandang, alias mengaduk-aduk bumbu rendang di dalam wajan di atas kompor yang apinya menyala syahdu. Uni bilang, rendangnya ini mesti diaduk selama 6 jam!
Hmm… kalau tiap minggu masak rendang, pasti efek sampingnya lengan jadi kekar, kece ala Michelle Obama!
Belum lagi keringetan karena berdiri di depan kompor selama jam-jaman. Dah, gak usah repot sauna. Bayangkan berapa ribu kalori yang terbakar sambil masak rendang. Kelar. #wanitaMasaKiniHarusFit #MakanyaSeringlahMasakRendang
Uni Emi menjelaskan bahwa merandang adalah proses mengaduk masakan ini selama beberapa jam hingga daging beserta santan dan bumbunya terkaramelisasi (caramelized), menjadi kering dan berwarna coklat tua kehitaman. Inilah rendang yang sesungguhnya. Kalau kamu pernah makan rendang yang masih berkuah dan warnanya merah, itu terhitung rendang on the way, alias belum paripurna menjadi rendang, dan disebut kalio.
Di Payakumbuh kunci kelezatan rendang Uni Emi terletak pada campuran daun kayu, daun suriang, daun rambai, daun belimbing wuluh dan daun mali-mali yang diaduk bersama. Makanya disebut rendang kayu. Jadi tetap ada dagingnya, tapi plus daun kayu dan 5 jenis daun lainnya. #janganpakaidaunjendela #janganjugadaunpintu
Apa saja yang bisa direndang? Daging sapi, daging ayam, paru, cubadak, daun singkong, daun pakis, dan telur. Tapi telurnya bukan telur bulat ya… didadar dulu baru direndang hingga crispy. Nanti deh saya tulis terpisah tentang proses pembuatan dan kelezatan rendang telur Payakumbuh.
Uni Emi sukses membuat kami menitikkan air liur saat melihat beliau menggoreng jariang dan mengulek sambal, mau masak sambalado jariang a.k.a jengkol. Woohooo! Biji jengkol tampak mengkilat nikmat saat digoreng dengan minyak goreng yang baik hingga matang merekah.
Kami segera duduk berderet di ruang tengah, siap untuk makan baselo. Rupanya baselo berasal dari kata bersila, posisi duduk para pria saat makan bersama ini. Perempuaannya dalam posisi apa dong? Kayang? Untungnya bukan… Para perempuan duduk basimpuah atau bersimpuh ala-ala putri keraton. Ya kalau udah pegel bolehlah duduk gaya bebas, atau gaya dada. #WanitaMandiriBebasBergaya
Deretan ragam masakan Minang telah tersaji. Ada rendang kayu (foto besar), rendang bule, rendang paru, baluik kering, gulai sapi, salad segar, jariang sambalado sampai rendang beras juga ada! Malam itulah untuk pertama kalinya saya makan jengkol sambalado. Makan satu potong saja, yang penting bisa bilang dengan bangga, “Aku pernah makan jengkol loh!”. Eh, pernah makan jengkol termasuk prestasi bukan sih?
Rasanya? Lumayan… tolerable. Nggak semengerikan yang saya bayangkan. Mungkin karena racikan sambalado bikinan Uni Emi sangatlah enak, jadi meresap manja ke setiap butir jengkolnya. Kalau kamu, team jengkol atau non-jengkol?
Jelajahi lebih jauh kuliner Minang dengan nasi kapau paling mantap se-Bukittinggi, rendang kayu masakan Uni Emi sang diva rendang dari Payakumbuh, bofet Gumarang di Padangpanjang yang ketan pokatnya juara, serta bofet Sianok yang tiada dua di Payakumbuh. Sulit bagi saya memutuskan mana yang paling enak, karena semuanya enak banget!
Ping-balik: Apa Beda Nasi Kapau Dan Nasi Padang? | BLOG Swastika Nohara
Agustus 20, 2017 pukul 5:54 pm
🙈 oooooh no .
😎 Ngacaiii baca tulisan anda . Tarimo kasiah ” Rendang Talua Payakumbuah ” Uni Emi anda tulis dengan penuh penghayatan👍🏿.
Agustus 21, 2017 pukul 8:56 am
Aku salut sama Uni Emi.. TOP!
Mei 24, 2017 pukul 2:33 pm
Makanan yang sungguh menggairahkan semua itu @.@ Tapi harus ingat kolestrol
Mei 26, 2017 pukul 9:23 am
Hahaha… Simvastatin?
Mei 12, 2017 pukul 7:51 pm
Gua pindah ke kampung lagi ah 😀
Mei 13, 2017 pukul 7:30 pm
Ide bagus! Kampung halaman perlu pemuda-pemuda penuh semangat sepertimu!
Mei 13, 2017 pukul 8:00 pm
Dedraig Mbak :D.Trims
Mei 15, 2017 pukul 11:24 am
sama-sama 🙂
Mei 13, 2017 pukul 11:50 pm
Maaf, saya bilang “Gua” Sekali lagi maaf.
Mei 15, 2017 pukul 11:23 am
Nggak apa-apa kok.. santai aja 🙂
Mei 15, 2017 pukul 11:39 am
Hatur Nuhun Pisan 😀
Mei 15, 2017 pukul 11:40 am
Hmm… Sumbar dengan rasa Sunda? 😀
Mei 15, 2017 pukul 11:41 am
Iyo bona
Mei 12, 2017 pukul 10:09 am
Aduh ingat kampung di rumah nenek
Mei 12, 2017 pukul 11:49 am
mungkin saatnya segera pulang kampung?
Mei 12, 2017 pukul 11:51 am
He he udah tanggal 7 kemaren.
Mei 12, 2017 pukul 12:22 pm
Oooh… bagus dong! Mungkin saatnya merencanakan pulang kampung berikutnya?
Mei 12, 2017 pukul 11:53 am
Sekalian pingin makan di “Restoran Rumah Nenek” dimana ya? Saya lupa.
Mei 12, 2017 pukul 12:22 pm
Hmm… sebentar…
Mei 12, 2017 pukul 12:37 pm
Ari trapeler mah apal wae nanaon teh 😀 Cik dimana geura’? Hiks
Mei 12, 2017 pukul 12:38 pm
Ha ha ha…ingat! Belakang Gedung Sate Mbak
Mei 12, 2017 pukul 12:39 pm
Oiya!
Mei 12, 2017 pukul 12:40 pm
Ha ha lucu, padahal dulu tiap Minggu ke Taman Lansia.
Ping-balik: Ketan Srikaya Paling Enak Sedunia | About life on and off screen
Juni 24, 2016 pukul 9:51 am
Duh baca ginian pas puasa jadi lapar.
Juni 24, 2016 pukul 12:49 pm
Hehehehe… bacanya abis buka aja
Juni 15, 2016 pukul 11:11 am
mmmm…benar-benar menggugah selera…dari gambarnya saja dah sesuatu..bikin ngiler..tulisannya menarik 🙂
Juni 15, 2016 pukul 11:20 am
Terima kasih Fitri. Puasa? Tenang, nanti maghrib bisa makan ala Minang kok 🙂
Juni 10, 2016 pukul 3:24 am
Ooooh tabahkan hatiku lihat makanan enak-enak. Sementara kalau mau bikin rendang kurang sabar menunggu rendang mengering, makanya cuma sampai level kalio aja.
Juni 10, 2016 pukul 3:52 pm
Hehehe… sebenarnya level kalio pun enak kok, aku suka! Cuma kalau sudah jadi rendang lebih tahan lama disimpan. Btw, kadang aku bertanya dalam hati, gimana kandungan gizinya rendang ya? Protein pada dagingnya masih ada yg tersisa kah? 🙂 😀
Juni 9, 2016 pukul 12:42 pm
Nemu seratus ribuannya kagak tapi kalah kesandung batu. Trus inget Aryan bilang “eh kita kayak mau pergi tarawehan ya” 😂😂😂.
Juni 9, 2016 pukul 12:48 pm
Lha, kalau sekarang napak tilas ke rumah Uni Emi bisa sekalian tarawehan tuh! YUK? Aryan mana Aryaaan???
Juni 9, 2016 pukul 11:20 am
Super banget hidangannya…semoga kesampean makan baselo, biar sah sbg org minang >.<
Juni 9, 2016 pukul 11:50 am
Amin amin amin! Ada rencana ke Minang kapan?
Juni 9, 2016 pukul 10:58 am
Ya ampuuun.. semua foto makanannya menggoda iman sekaliiii.. adik iparku doyan bener jengkol. Tiap minggu minta dimasakin jengkol sama mertuaku huwehehehe
Juni 9, 2016 pukul 11:50 am
Hehehe.. pasti dia merasakan surga dunia di rumah Uni Emi. Kata temanku yg fans jengkol, INI JENGKOL PALING ENAK!
Juni 9, 2016 pukul 9:25 am
iki opo sih mbak??? kulineran padang muluk, ngebaca doang beratku udah nambah sekilo huhuhuhu
Juni 9, 2016 pukul 11:52 am
Huahaha.. Opo kuwi alesaaan… baca doang bisa naik sekilo? Tutup tab turun lagi 500 gr ya? 😀
Juni 9, 2016 pukul 7:34 am
Nah, ini pas banget lagi sahur baca postingan ini. Bisa meningkatkan nafsu makan (padahal sahurnya cuman pakai buah haha). Aku team non jengkol. Sejak lahir belum tahu rasa jengkol seperti apa, ga tertarik juga. Malah suami yg suka banget makan jengkol, katanya rasanya kayak kentang haha.
Juni 9, 2016 pukul 9:29 am
cobain jengkol den, enyaaaakk hahaha
Juni 9, 2016 pukul 11:51 am
Ehehehe… aku bukan fan jengkol sih sebenernya, nyobain aja sih bolehlah…
Juni 9, 2016 pukul 11:53 am
Hahaha… Aku juga setelah 30 tahun lebih penasaran rasa jengkol, akhirnya tau rasanya itu plain mirip kentang, jadi dia menyerap bumbu apapun yang dicampurkan. Eh serius sahur cuma buah doang? Gak pakai protein atau karbo?
Juni 9, 2016 pukul 12:54 pm
Iya, sejak ikutan Food Combining (lebih dari 8 tahun lalu kayaknya) kalau sahur cuman buah saja (minimal 3 macam buah) dan minum air jeruk anget pas bangun tidur. Alhamdulillah seharian seger, ga terlalu berasa laparnya. Kalau buka puasa sama : minum air jeruk anget dan buah dulu trus sholat maghrib. Setelahnya baru makan karbohidrat, sayuran segar dan protein. Dengan cara ini enak banget di badan, apalagi sejak tahun kemaren puasa 19 jam.
Juni 9, 2016 pukul 12:58 pm
Wow!!! Puasa 19 jam dan hanya sahur buah dan tetap segar? MENARIK BANGET!! Makan sahur buah potongnya seberapa banyak?
Juni 9, 2016 pukul 1:03 pm
Ya secukupnya aja, ga ditakar2 haha. Misalnya : pisang satu, apel satu dan jeruk satu. Sudah itu cukup. Makan pun jangan yg tergesa2, santai dikunyahnya biar tercampur dengan air liur. Prinsipnya sama kayak sarapan pas ga puasa. Aku kalo sarapan ya cuma buah saja sampai makan siang baru menu lengkap. Ya selama lebih dari 8 tahun ikutan pola itu jadi memang kerasa banget enak ke badan dan ke perut. Oh iya, aku ngerasa banget bedanya antara sahur pakai karbo dan buah : ga gampang ngantuk dan ga berat di badan. Rasanya seger aja gitu. Ayok dicoba, beneran segernya. Aku pernah lho diwawancarai TV Nasional tahun kemaren tentang sahur buah ini *hahaha promosi diri https://m.youtube.com/watch?feature=youtu.be&v=8rFcg9hqFmM disini linknya
Juni 9, 2016 pukul 1:42 pm
Waaaahhh… menarik bangettt!!! Aku pengin coba ah… boleh langsung coba kan, gak perlu latihan dulu kan? *BrbklikLinknya
Juni 10, 2016 pukul 3:14 pm
Jadi, tadi pagi sudah dicoba sahur buah2an belum? Ga usah latihan, langsung praktek aja. Bangun tidur minum air hangat plus perasan jeruk nipis, trus jeda sebentar lalu makan buah2an. Trus minum air. Makan buah2annya yg penting dikunyah perlahan. Semoga sukses yaa!
Juni 10, 2016 pukul 3:56 pm
Bangun tidur minum air hangat plus perasan jeruk nipis — INI SUDAH! *akubangga
Sahur makan buah-buahan sudah, cuma 2 macam buah sih, tapi abis itu masih lapar…. Jadi makan nasi dan sup juga deh Untung abis itu imsak 🙂 😀 😀