Maaf kalau posting ini akan bernada curhat berat. Dari pada mengganggu pikiran dan jadi jerawatan, mending saya keluarkan isi kepala ini ke dalam tulisan.

Sejak Selasa pagi kenaikan harga BBM masih ramai dibicarakan di media massa dan social media. Sudah banyak para ahli yang mengungkapkan pendapat mengapa pengurangan subsidi dan menaikkan harga jual BBM ini perlu. Padahal kenaikan harga BBM belum bisa dinilai baik/buruknya sekarang. Kenaikan harga ini perlu dilihat dari bagaimana pemerintah selanjutnya mengalihkan dana subsidi untuk hal-hal yang juga penting dan sangat butuh subsidi seperti kesehatan, pendidikan dan transportasi publik. Dari pada ngomel, mending kita ikut mengawasi apakah subsidi BBM yang dihemat itu dialihkan ke anggaran kesehatan, pendidikan dan apakah transportasi publik akan lebih baik? Butuh waktu untuk mewujudkannya.
.

Nah, pas lagi heboh berita kenaikan harga BBM, ada orang yang bertanya lewat jejaring social media Google+ begini, “Kak, harga BBM naik, harga-harga lain pasti bakal ikut naik. Masih akan terus traveling Kak?”

Pertanyaan ini membuat saya merenung. Tadinya saya sudah nulis jawaban, “Iya dooong… travelingnya cari yang gratisan atau bersubsidi,” tapi pas mau klik timbol ‘send’ saya merasa kok songong banget ya…. Akhirnya saya tunda menjawabnya. Saya pikir-pikir dulu, berusaha menempatkan diri di sisi orang yang bertanya.

Akhirnya saya jawab singkat, “Semoga iya,” Lalu penanya itu komentar lagi, “Kok bisa sih kak? Kakak anak orang kaya ya?”

.

Lhaaaa…. kok bawa-bawa orang tua? Waduh, di umur saya yang sudah 30an ini masa iya masih bawa-bawa ortu? Malah mestinya saya yang mensupport ortu bukan? Untungnya orang tua saya meski sudah berusia 60an memilih tetap aktif mengelola gerai foto copy mereka, jadi financially independent, nggak mau ‘merepotkan’ anak-anaknya. Okay, saya berusaha menahan emosi meskipun sebel. I took a deep breath and counted my blessings. Meski berasal dari keluarga sederhana, banyak banget yang saya syukuri dalam hidup.

Kembali soal traveling. Memang selama Oktober hingga November ini saya sangat beruntung diajak ikut program #IndonesiaOnly traveling ke Bali, Derawan, Kakaban, Maratua dan Sangalaki. Lalu ada hadiah kontes sebuah bank, lomba nulis blog dll. Alhamdulillah banget… Jadi intinya, kesempatan traveling bersubsidi itu ada banyak banget di luar sana, tinggal gimana kita berusaha mendapatkannya. Iya, harus usaha, dan usahanya kudu niat.

.

Saya sih mikirnya simple aja. Kita punya akun sosmed dari pada cuma buat galau atau nyinyirin pemerintah doang kan sayang, ya sekalian aja buat mengais rejeki dan mendapatkan berbagai kesempatan. Ibaratnya lautan, ada banyak ikan di luar sana, tapi kitanya juga perlu menebar jaring, jangan cuma nungguin ikannya menghampiri. Begitulah hidup, ya nggak?

.

Balik soal traveling, saya yakin akan tetep jalan, entah kemana tujuannya. Mungkin yang dekat-dekat dulu, karena di Pulau Jawa saja ada beberapa tempat yang ingin saya datangi atau datangi kembali. Misalnya pengin ke Cikepuh lagi, ke Jalur Interpretasi TN Gede Pangrango, Situs Gunung Padang, Meru Betiri, Taman Nasional Baluran, Ngliyep dan Sempu. Tempat-tempat itu nggak jauh dari Jakarta. Nggak sejauh ke Papua, gitu. Jadi mestinya nggak terlalu berat di ongkos, meski tetep harus rajin bekerja dan cari side jobs biar tabungan terjaga.

.

Ngomongin soal kerja nih. Bisa juga gabungin kerja dengan traveling. Bisa banget. Misalnya ada trip karena pekerjaan 3 hari, kenapa nggak extend 1 atau 2 hari untuk jalan-jalan sendiri? Kalau dipikir-pikir, 90% dari traveling saya terjadi karena kerjaan kok. Entah itu shooting film layar lebar, serial dokumenter atau sambil menulis artikel buat klien. Traveling sepanjang tahun ini yang pernah saya tulis di blog seperti ke Konawe Selatan, Ambon, Alor, Atambua, Aceh, Toba, Ulen Sentalu, Candi Sukuh dan Candi Ceto, itu semua terjadi karena kerjaan, atau extend setelah kerjaan kelar. Tentu hal ini tidak turun dari langit begitu saja. Saya sudah merintisnya ketika lulus kuliah dan mulai bekerja sejak…. rrr… udah ada 10 tahun lebih deh! Malu nulis angka, bakal ketahuan umurnya nih! Intinya butuh waktu dan usaha selama itu untuk membangun reputasi dan menjaga network.

Begitulah curhat saya hari ini. Buat semuanya yang sudah membaca, terima kasih setulusnya. Ada sedikit oleh-oleh dari saya dan teman-teman traveler buatmu, mulai dari tenun Sumba, tas tenun Flores, sarung Bugis, lukisan dan topeng Bali, kopi Aceh, manik-manik Kalimantan sampai peci Bung Tomo pun ada. Jika kamu berminat, silakan langsung saja klik ini.

Kalau kamu, penginnya bepergian kemana tahun 2015 nanti?