Life begins at forty, some people say. Dulu waktu masih les bahasa Inggris di LIA pake seragam putih abu-abu, saya nggak ngerti maksudnya hidup dimulai umur 40. Saya tanya ke guru LIA, jawabannya normatif banget, nggak memuaskan. Emang ada beberapa hal yang kudu kita jalanin, baru kita bisa ngerti maksudnya apa. Nah, hal ini salah satunya.
Blog ini nggak ada posting baru di bulan Januari 2019, padahal biasanya saya semangat menulis di awal tahun. Awal tahun ini bergulir begitu cepat, tau-tau udah February. Mungkin karena saya pindah rumah dan memulai kehidupan baru, jadi energi saya dipusatkan untuk mengatur segala hal di rumah termasuk tiga orang penghuninya yang sangat saya sayangi. Mungkin memang saya lagi males nulis blog aja.
Oh, rumah kami yang sekarang sangat menyenangkan btw. Ukurannya pas, nggak kecil dan nggak guede banget karena kalau guede banget nanti pas si mbak mudik pegel juga ngepel sendiri. Pembagian ruangnya juga pas dengan keperluan kami, 3 kamar tidur, 1 kamar kerja dan area servis yang lebih dari cukup. Sinar matahari pagi melimpah di teras depan tempat tanaman-tanaman saya duduk manis.
Punya dapur bersih dengan jendela besar yang langsung mendapat sinar matahari pagi, ini mimpi saya sejak dulu. Lalu jajaran solar panel di atas genteng itu sungguh memotong banyak rekening listrik. Alhamdulillah banget lah semua serba pas.
Balik lagi soal life begins at forty, saya jadi ingat filosofi dari tembang macapat Jawa. Katanya begini:
- Maskumambang: Tembang pertama ini mewakili kehidupan manusia saat masih berupa janin dan terapung (kemambang) dalam rahim ibu.
- Mijil: artinya muncul, lahirnya seorang manusia.
- Sinom: kata nom artinya muda, menunjukkan masa kanak-kanak (0-7 tahun), masa bermain dan belajar sebanyak-banyaknya.
- Kinanthi: masa masih dibimbing (dikantheni) oleh orang tua (8-14 tahun) supaya kelak bisa mandiri menjalani kehidupan.
- Asmarandana: mulai ada asmara, alias ketertarikan antara pria dan wanita (15-21 tahun)
- Gambuh: dari kata jumbuh yang berarti cocok. Bila yang kasmaran tersebut ada kecocokan silakan lanjut ke jenjang perhikahan (22-28 tahun).
Cusss gak usah mikir nanti KPR rumah bayarnya gimana. Ngontrak dulu juga boleh. - Dhandhanggula: dandang adalah tempat menanak nasi, gula adalah rasa manis. Pada tahap ini manusia merasakan indahnya hidup berumah tangga sekaligus kewajiban yang harus dipenuhi bagi keluarga barunya itu. Juga menggambarkan manusia menikmati beragam pencapaian duniawi (usia 29-35 tahun).
- Durma: berasal dari kata ‘derma’ yang artinya memberi bagi sesama. Pada tahap ini dalam diri manusia semakin kuat keinginannya untuk memberi pada sesama, bisa memberi harta atau memberi ilmu. Intinya kita ingin berkontribusi membantu sesama. (36-42 tahun) Namun ada juga yang menerjemahkan durma berasal dari kata mundur senggama, dimana aktivitas seksual berkurang. Pada terjemahan ini, saya agak kurang setuju. hehehe…
- Pangkur: dari kata nyimpang lan mungkur, dimana manusia ingin mundur dari pencarian hal-hal duniawi, dan ingin lebih banyak kegiatan sosial atau kegiatan spiritual (43 tahun ke atas).
- Megatruh: dari kata megat-ruh (berpisahnya ruh/roh), yaitu ketika nyawa berpisah dari raga, atau fase kematian.
- Pocung: adalah tahap terakhir ketika tubuh manusia sudah menjadi mayat dan dibungkus dengan kain kafan.
Mei 10, 2019 pukul 2:45 am
Masih bingung bosku cari BO Poker yang mana dan terpercaya ?
Ingin WD kemenangan secepat kedipan mata ? dan tanpa ribet ?
Jackpot puluhan juta langsung dibayar cepat ?
Ayo langsung daftarkan diri kamu di WAKANDA POKER
Daftar & Gabung bersama kami juga di WAKANDAPOKER
Dapatkan promo menarik dari kami :
1. BONUS DEPO NEW MEMBER 10%
2. BONUS REFFERAL 2%
3. BONUS TO 0.3%
Tunggu apalagi bos ? Ayo daftar dan menang bersama Wakanda Poker
WA : +855962508220
FB : WAKANDA POKER
Mei 1, 2019 pukul 10:45 pm
Keren tulisannya.. So original.. thumbs up!
April 14, 2019 pukul 6:19 pm
Bagus, menambah wawasanku.
https://www.youtube.com/my_videos?o=U&ar=2
April 20, 2019 pukul 3:24 pm
thank you
Maret 3, 2019 pukul 8:41 pm
walau saya bukan orang jawa tapi maknanya dalem juga ya. tapi saya gagal fokus sama rumahnya. kapan ya bisa bangun rumah impian.
Februari 25, 2019 pukul 11:55 pm
penasaran isi rumahnya apa aja xD
Februari 23, 2019 pukul 3:51 pm
Nambah wawasan lagi ni tentang jawa dalam hal umur.. Jadinya saya tidak sekedar tahu budaya dan seni-nya saja..
Februari 21, 2019 pukul 3:41 pm
Rumah impian itu memang.. bagus rumahnya mbak, btw makasih dah diingatkan mengenai tahap usia yg dilalui manusia melalui tembang Jawa, sungguh yaa.. manusia itu sbnrnya hidupnya sangat singkat. 🙂
Februari 18, 2019 pukul 1:50 pm
waaah rumah barunya keren banget mbak…. cermin rumah jaman now, modern minimalist….
Februari 20, 2019 pukul 3:30 pm
awww… terima kasih mbak…
Februari 14, 2019 pukul 12:36 am
Wah.. saya baru tahu kalau ada pemaknaan macapat yang seperti itu. Saya sebagai orang jawa malah tahunya sekadar sebagai tembang puisi.. *malu2in*
Dan ga mengira juga saya blog walking ke blog seorang penulis skrip film dan dokumenter. Semoga suatu saat bisa belajar dari mbak Swastika.. hehe
Salam kenal ya mbak.
Februari 14, 2019 pukul 10:00 am
Nggak apa-apa mas Bagus, better to know now than never. Ya kan?
Februari 14, 2019 pukul 10:00 am
Salam kenal juga… silakan, hayuk kita belajar bareng 🙂
Februari 13, 2019 pukul 5:41 pm
KOK KEREN RUMAHNYA
Februari 13, 2019 pukul 7:44 pm
awww… terima kasih Sha… How are you btw?