BLOG Swastika Nohara

Life is the coffee, while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life.

Penipuan Saat Traveling, Mana Yang Paling Parah?

70 Komentar

Sudah lebih dari 1001 kisah penipuan alias scammers yang pernah saya dengar langsung ataupun saya baca di blog teman-teman yang suka traveling. Buat yang suka jalan-jalan pasti udah hafal bener sama gelagat nggak baik orang yang menghampiri kita tempat-tempat yang ramai didatangi wisatawan. Mungkin kalian pernah dengar cerita tukang becak di Jogja yang suka muter-muterin pelancong, dibawa ke toko oleh-oleh dengan harapan dapat tip dari pemilik toko. Jadi apa yang bisa kita lakukan biar nggak jadi korban scammers alias penipuan saat traveling di dalam dan luar negeri?

Pigeons roam freely on the mosque's yard. Something that would not happen in Jakarta's mosques.

Pigeons roam freely on the mosque’s yard. Something that would not happen in Jakarta’s mosques.

Pertama kita perlu tau beragam modus penipuannya. Jadi teruslah membaca. Saya sendiri pernah jadi korban scammer pas di New Delhi Januari 2012 lalu. Pagi itu, kami bertiga perempuan semua, sedang jalan kaki di sekitar hotel melihat-lihat suasana New Delhi sebelum memulai perjalanan jam 9 nanti. Saat itu winter, jadi meski sudah jam 7 pagi keadaan masih sepi dan dingin. Sebuah bajaj menghampiri kami, bertanya kami mau kemana dan menawarkan jasa mau mengantar. Saya jawab dengan bahasa Inggris bahwa kami cuma mau jalan kaki, tidak perlu bajaj. Supir bajaj pun menjawab dengan ramah dan sopan bahwa sekitar 500 meter di depan ada pasar, dia bisa mengantar dengan biaya 50 rupee PP. Ibu saya langsung semangat mendengar kata ‘Pasar’. Apalagi ongkos 50 rupee itu murah (hampir 10 ribu rupiah). Meski saya nggak berminat tapi karena nggak tega sama ibu, maka kami naik bajaj itu menuju ke pasar. Bajaj di Delhi ukurannya lebih besar dari pada bajaj Jakarta, jadi satu bajaj muat buat kami semua. Ternyata….

Ternyata pasarnya nggak ada….

Ya, kami malah dibawa ke sebuah toko souvenir besar, 3 lantai dan penuh sesak dengan beragam barang. Saya protes ke supir bajajnya, eh dia bersikeras inilah pasar (market) yang dia maksudkan. Lah! Jelas beda banget pasar dan toko souvenir! Saya udah was-was, firasat saya nggak enak. Kami minta diantar balik ke hotel. Eh, malah dia bawa ke money changer! Kupret! Saya bersikeras kami nggak butuh money changer, dan harus diantar balik ke hotel, saya ancam nggak akan bayar ongkos bajajnya. Akhirnya kami diantar ke hotel. Tapi supir bajaj itu minta ongkosnya 500 rupee!

Tentu saya menolak, karena perjanjian awal 50 rupee. Supir yang mulanya sopan, jadi kasar. Dia ngotot karena menurutnya sudah muter ngantar ke money changer. Akhirnya dari pada kelamaan saya kasih 200 rupee dan saya tinggal aja. Entah dia ngomong sumpah serapah apa, saya toh nggak ngerti. Pengalaman ini membuat saya menyiapkan 1 tube obat nyamuk Vape ukuran kecil di tas tangan saya. Beneran saya siap nyemprot penipu macam ini kalau sampai ketemu lagi. Dan ketika di kota Agra, saya beneran ‘kena’ lagi sama supir taksi yang berulah! Pernah saya tulis ceritanya di sini.

Nah, kisah supir bajaj tadi sebenarnya modus penipuan paling umum di tempat-tempat yang ramai pelancong. Jadi kalau nggak familiar dengan kotanya, nggak ngerti bahasanya, mending hindari tawaran supir bajaj, becak dan sejenisnya. Kalau di negara maju yang sistem transportasi publiknya sudah tertata, saya merasa paling aman dan yakin naik angkutan umum, semacam bis, kereta atau subway karena rutenya jelas dan bisa dipelajari petanya dengan mudah. Masalah timbul kalau berada di negara dunia ketiga yang transportasi umumnya masih kacau (seperti Jakarta sekarang sih). Lebih baik naik taksi yang pesan di hotel sehingga jelas perusahaan taksinya dan bisa bertanya sejak awal, perkiraan ongkosnya berapa.

A woman selling souvenirs. So many of them through out our trip. I have a mixed feeling upon seeing them.

A woman selling souvenirs. So many of them through out our trip. I have a mixed feeling upon seeing them.

Modus lain di Vietnam, ceritanya Noni. Seorang anak menghampiri turis pria, menawarkan jasa semir sepatu dengan tarif 50.000 Dong. Pria itu memberikan sepatunya untuk disemir. Selama sepatu disemir, si turis pria asik ngobrol sama temannya. Setelah selesai, anak itu mengembalikan sepatu dan menagih ongkos 450.000 Dong (sekitar Rp 225.000). Si turis protes, kok harganya beda dengan kesepakatan. Ternyata si anak memberikan sepatu itu kepada temannya untuk dijahit, padahal sepatu tersebut sama sekali tidak butuh jahitan! Tidak rusak atau apapun. Nah, bikin sebel kan?

Di Turki, scammernya melibatkan Polisi.

Cerita ibu saya lain lagi. Kali ini modus operandinya sedikit lebih rumit. Ibu bepergian bareng adik-adiknya ke Turki. Mereka menyewa mobil dari Istanbul menuju kota lain, Om saya menyetir. Di sebuah ruas jalan di luar kota Istanbul, sebuah mobil patroli polisi menghentikan mobil ibu dan om saya. Dengan bahasa Inggris terbatas, polisi tersebut terasa banget cari-cari kesalahan, sementara Om saya yakin dia mengemudi dengan baik dan tidak melanggar aturan lalu lintas. Akhirnya rombongan ibu saya digiring ke sebuah toko karpet di tepi jalan dan pemilik toko karpet sok bertindak sebagai mediator antara Om saya dan polisi, tapi dengan syarat Om saya harus beli karpet di toko itu! Kampreeeet!

India, Vietnam, Turki, kok negara berkembang semua ya… lalu apakah scammers hanya ada di negara dunia ketiga? Tentu tidak!

Di Barcelona, saya dan Yusuf nyaris jadi korban scammer. Kami berdua jalan kaki sekitar jam 22.30 habis nonton pertunjukan flamenco, mau balik ke apartemen teman di dekat La Rambla. Jam segitu, sekitar La Rambla masih ramai, jadi kami merasa aman, termasuk ketika berbelok masuk gang yang lebih sepi. Gang-nya cukup lebar dan ada penerangan. Seorang pria dengan bahasa Inggris beraksen Spanyol menghampiri, menawarkan diskon untuk nonton tari di sebuah pub. Yusuf menolak dengan sopan, kami bahkan terus berjalan, sama sekali nggak berhenti. Pria itu berjalan menjajari Yusuf, terus mempromosikan pub itu dengan iming-iming bir murah, suasana enak dan lain-lain. Kami berdua merasa terganggu dan menolak dengan tegas. Eh, diam-diam pria itu secepat kilat merogoh dompet dari saku jeansnya Yusuf! Untung Yusuf reflek menepis tangan pria itu, jadinya dompet jatuh dan isinya berceceran di tanah. Saya teriak, “HEEELLLPP!!!” kayak di film-film gitu… (okay, lebay). Seorang pria lain menghampiri kami sambil bertanya ada apa… dan pria pencopet tadi kabur.

A corner in La Rambla, Barcenola, in a hot spring afternoon

A corner in La Rambla, Barcenola, in a hot spring afternoon

Kisah terakhir tadi memang beda tipis antara scammer ataukah pencopet yang modusnya sok nawarin diskon di pub. Intinya kalau ada yang nawarin ini-itu di jalan, apalagi di tempat yang bahasa dan budayanya kita nggak terlalu ngerti, mending tolak dengan tegas dari awal deh. Meskipun sebelum bepergian saya selalu browsing dan baca sebanyak mungkin untuk mengenal kebiasaan warga tempat yang akan saya datangi, dan sering membaca peringatan seperti, “Hati-hati di Roma banyak copet,” tapi tetap saja saya bukan warga lokal sehingga mungkin jadi sasaran scammer. Ada baiknya juga kita dandan yang sederhana dan biasa aja saat bepergian. Teman saya ada yang sebel dimintai tips terus gara-gara nenteng tas LV, meskipun KW super, mirip banget sama aslinya 😀

Sementara di Indonesia, puji syukur so far saya nggak punya cerita aneh-aneh soal scammers. Kalau kamu, punya cerita apa soal scammers?

Penulis: Swastika Nohara

I'm a freelance content and script writer for movies, television, commercials and internet-related content. With a team, I also do documentaries, video tutorial, video presentation and corporate video. I'm based in Jakarta but eager to travel anywhere on earth. For me, life is like a cup of coffee. Life is the coffee while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life. Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee provided…. So, don’t let the cups drive you, enjoy the coffee instead!

70 thoughts on “Penipuan Saat Traveling, Mana Yang Paling Parah?

  1. Tips aman kalo mau ke India itu nanya nya sama mahasiswa jangan sama orang dewasa. Kalo mahasiswa mereka lebih jujur. Saya juga pengalaman kena scam cuma gara gara nanya masjid eh malah d suruh Bayar -_- Orang Indonesia kayanya ga gitu gitu amat kalo bule bule disini nanya

  2. Pernah juga. Taun ’93 naik bus dari Palur-Solo jam 11 malam. Bawa barang lumayan banyak, punya kantor untuk ditaroh di Surabaya. Barang dinaikkan ke dalam, bukan di bagasi. Saya pikir, bagus juga, bisa dijagain.
    Pagi jam 4, saya sampai di terminal Purbaya. Knek bilang “Lawang Seketeng” masih jauh. Saya belum tau. Hanya tau bila kemana-mana naik “Angguna” saja kata teman. Saya udah liat banyak Angguna saat mau turun bis. Saya tanya “luggage” saya ke knek, dia bilang udah dibawa porter. Wah…ternyata bukan ditaroh di Angguna, tapi di Carry. Lalu 5 orang porter lain minta jatah. Weleh weleh…saya kasi dan baru mereka pergi. Ya udah…saya naik duduk di belakang karena sengaja dikosongin. Saya tanya sopir, berapa harganya. Sopir bilang, ntar aja gampang. Saya sebenarnya curiga, mobil jalan. Sopir ada teman satu yang katanya buat bantu angkat barang. Dia bilang, harga mobilnya 250 ribu. Ha?! Yang saya tau paling mahal 75 ribu karena barang banyak dan subuh. Saya juga maklum makanya saya naik aja. Kacau ni.
    Ternyata begitu jalan beberapa meter, naik satu orang lagi. Wa…ini dia babak perjuangan mental nih. Masuk pintu tol, sang penjaga karcis tol menoleh mobil kami seperti melihat hantu setelah sopir bayar, kelihatan di spion mobil. Benar…sudah kuduga…Di tengah jalan tol mobil berhenti dan saya diserang 2 orang dengan “clur…” Allahuakbar! Dalam hatiku yang teringat bukan lagi kerjaan, jalan-jalan di Surabaya dan lainnya, tapi papa, amak, adik dan pacar. Sontak air mataku keluar. Ketegaranku ciut dengan “clu…” di leher dan “obe…” di puser. Mereka tanya, mau bayar apa tidak? Saya bilang kalau 30 ribu mau karena di dompet ada segitu. Saya juga disuruh buka dan gesper/ikat pinggang. Wah ludes!
    Lalu alamat ditanya, saya berikan dengan secarik kertas. Tak lama, mobil berhenti dan benar di depan persimpangan itu teman saya sudah menunggu, saya langsung turun, tapi kok saya tidak bilang dirampok ya? Malah saya bilang pinjam uang tambah bayar mobil. Barang dan dompet saya pun diturunkan tergesa-gesa dan mobil itu segera pergi, sementara kami mengambil uang di dalam rumah, mobilnya sudah raib, tapi Alhamdulilah “luggage” saya utuh. Aneehh….plat nomor mobilnya aja saya gak hapal. Saya rugi ikat pinggang, jam tangan dan uang 30 ribu tak apa asal barang kantor dan kartu-kartu saya tidak hilang.
    Saya dibilang teman, saya tertipu. Tapi untung selamat dan besoknya teman mencari mobil itu ke terminal. Mobilnya ketemu tapi sopirnya tidak. Gak tau takut atau apa.
    Saya tidak melapor Polisi karena tidak ada bukti.
    Jadi kesimpulannya, berhati-hati bila sepi di terminal dan jaga barang berharga. Tetap Waspada!

    • Wow!! GILA NGERI BANGET CERITANYA!!! Dulu jaman aku masih single dan suka solo traveling selalu menuggu terang/fajar di terminal atau stasiun (seringnya stasiun, aku jarang naik bis malam yg sampai tujuan malam banget. kalau naik bis malam pilih yg sampt tujuan udah pagi) barulah naik angkutan umum.
      Iya sih, dalam kasusmu nampaknya percuma lapor polisi ga ada bukti ga ada saksi 😦

  3. Kadang2 kita sudah hati2 dan awas tapi tetep aja masih kena jebakan betmen ini. Kayaknya mesti ditambah banyak berdoa yg kenceng biar selamat perjalanan 🙂

  4. ceiling you would need a 6″ extended down rod to obtain the desired clearance from the floor. Other ways to save on electric bills include purchasing Energy Star appliances, setting your thermostat to the highest (summer) or lowest (winter) setting you can stand, and making sure you have adequate insulation in your house. ‘Westinghouse’ is printed on the fan’s ceiling canopy.

  5. Ping-balik: Incredible India: Jaipur | About life on and off screen

  6. Mbak, ada berita di BBC beberapa hari lalu tentang scammer di bandara Bangkok. Jadi belanja di dalam duty freenya dituduh nyolong, dimasukin penjara terus dipaksa bayar. Mengerikan!

  7. tp pasti travel di indo kerjasama ya dg travel di singapurnya ya… bilangnya chinatown tp cm ke 1 toko tertutup… bilangnya ke litle india eh begitu jg…. sy bisik2in aja sebagian peserta travelnya untuk tdk belanja disitu…kasiah kan

  8. gak pernah kena hihi~

    pernah dihadang di Soekarno Hatta malah soalnya ak cm pake kaos plus sandal jepit plus rambut yg berantakan, disangka TKI kali yah, salah sasaran mereka hahahahahaha~

  9. sy pernah ikut liburan ke singapura dengan rombongan pns…kita satu bis..guide melayu bilang kita mau diajak belanja di china town… eh ternyata kita cm diajak ke sebuah toko tertutup yg gak jelas.. krn yg dijual adalah souvenir 10 dolar 3 di luaran…dan disitu 10 dolar untuk 1!!!! lalu sy bisikin org2 untuk tdk membeli…karna kasian ( kebetulan rombongan sebagian besar blm pernah ke singapura). dan banyak lagi barang2 yg murah dijual sangat mahal.

    di Hongkong/China juga sama …kita dipaksa untuk ke toko/pabrik obat yg hrgnya relatif mahal.. bangunan toko obat ruangannya banyak2…dan berliku liku…susah bener keluar dr tmpt tsb… alih2 mau ke toilet sy berhasil melarikan diri kembali ke bis…tp sepupu sy kena 1000 hk$

  10. Aku Pernah di Jogja mbak yu.. di anter ke Taman Sari, ongkos cuma 10rb katanya.. Di antar ke Toko2 Batik. Kebetulan ada yg bagus, harganya kupikir murah, ya dibeli.. eh pas kunjungan di Taman Sari selesai, pas mau balik.. Hilang itu becak dan supirnya. Mana Gerimis lagi, cukup elus dada dan berdoa semoga dia sukses selamanya.. ^_^
    Untung turis lokal yang kena, lah klo orang luar piye. Malu bangsa ini..

    • Nah!! Btw soal tukang becak Jogja yg suka bawa mampir turis diam2 ini udah ditulis di buku2 travel macam Lonely Planets gak ya? Biar turisnya juga waspada klo udah well informed.

  11. Wah..semakin banyak modus penipuan. Saya malah lagi sering denger penipuan via T.O

  12. Di Indonesia paling seri nemu dimodusin taksi 😦

  13. Hiii di India serem amat :/ Kalo di Turki emang suka aneh2 tuh mbak. Tapi pas kesana Alhamdulillah gak di apa-apain. Emang harus hati-hati dan super alert kalo lagi traveling ya

  14. Hi Tika, apa kabar sebelum nya .. Pengalaman dengan modus penipuan taxi atau transportasi lainnya sdh jamak terjadi di negara2 manapun .. Ini berdasarkan hasil nonton national geography “scam city” Mungkin ada pernah nonton serialnya .. Di singapore pengalaman saya naik taxi dengan Driver orang India “maaf bukan rasis yaa ..” Tapi ini benar2 terjadi, modus nya biasa .. Memutar mutarkan jalan supaya argo taxi nya mahal, untungnya kami sudah beberapa kali ke negara ini, jadi kami hafal jalan2nya .. Hingga kami protes dan tidak mau bayar taxi tersebut include sure charge nya .. Driver tersebut marah2 dan kami tidak peduli dan mengancam akan melaporkan ke dinas Pariwisata mereka dan polisi dengan adanya kejadian ini, maka Driver itu pun akhirnya menyelonong pergi tanpa menagih ke kami .. Setelah kejadian itu, kami bercerita kepada teman2 kami dan ternyata, memang di Singapore dan Malaysia sering terjadi dengan Driver nya orang India “sekali lagi mohon maaf yaa .. Ini bukan rasis, tapi kebetulan terjadi pengalaman dengan Driver asal India” akhirnya kami membandingkan dengan naik taxi dengan sopir asal China .. Sungguh berbeda, dengan rute yg sama pula .. Dan warga asli pun meng aminin bahwa lebih baik naik bukan yg India .. Sekali lagi ini bukan rasis .. Begitu cerita saya .. Btw, masih suka naik Gunung seperti masa SMU dulu?

    • Aku juga pernah denger cerita macam itu di Singapore. Cuma mrk bilang, driver Pakistan (bukan India). Tapi klo di Singapore kami sangat jarang naik taksi, kemana2 pakai MRT sih.
      Naik gunung? Masih, kadang2 😀

  15. waktu melaksanakan ibadah haji thn 2008 aku dan suami naik taksi pulang dari masjidil haram ke maktab. supir taksi menagih ongkos lebihdari kesepakatan, jadilah ngotot2 an. Dia marah, suamiku pun marah. kami bayar sesuai ongkos yg disepakati lalu ngeloyor pergi, meninggalkan sopir taksiyg ngoceh2 pake bahasa Arab..masabodo dah…hihihi

  16. Pengalaman scam pernah terjadi padaku saat naik taksi menuju mall di Kota Malang.. Wkt itu aku berempat bareng adik diajak muter2 sama si supir. Kayaknya dia tahu kalo kami ini pendatang, krn mengenali dari bahasa yg kami gunakan saat bercakap2 dlm taksi.. Diajak muter2 jelas aja dong argonya membengkak..

  17. Haduh jadi semacam males ke India bacain cerita dan komentar-komentar di atas.. Padahal pengen deh lihat Taj Mahal dengan mata sendiri.. terus ke Ladakh haha.. Syukur-syukur selama ini belum pernah mengalami kena penipuan pas liburan. Nyaris sih pernah *coba diingat-ingat dulu ya ada apa aja*

  18. berarti harus selalu waspada..tapi aku belum pernah ke LN baru lokal aja mba hehehe
    dan makasih tips dan cerita2nyaa.. pengen solo travelling tapi takut ketemu scammers :/

  19. saudaraku punya kebiasaan buruk, naik bajai gamau tanya harganya dulu.. lgsg naik, dan kalo udah turun dia bayar sesuai ongkos normalnya.. seringnya sih memang ketemu tkg bajai yg normal, jd utk rute biasa dikasih saudaraku 10ribu, abangnya ga menolak.. sekali waktu pas turun abangnya ngamuk dikasih ceban (abang bajainya asal yg lewat dijalan, bukan langganan), maksa minta 100ribu.. sampe heboh n byk yg liatin, akhirnya sodaraku dinyatakan bersalah karna dia yg naik tanpa tanya harganya, menurut abangnya dia layak dibayar 100ribu (rutenya padahal cuma 10ribu).. buang sial deh!

    ada lagi ceritanya minum teh botol di lampu merah.. lagi haus dan macet ada abang2 lewat nawarin teh botol, saudaraku lgsg minum tanpa tanya harganya.. dikira kan 5 ribu harga normal, tau2 pas mau bayar abangnya bilang itu seharga 20ribu.. mau ga mau bayar juga gabisa terlanjur diminum..

    aku sendiri ketemu scammer waktu di bangkok, modusnya sama kaya tukang bajai di india hehe

    • Waaah… dan I wonder apakah saudaramu sekarang udh kapok, tanya harga dulu sebelum naik bajaj?

      Di Bangkok juga aku ditawari supir tuktuk diantar ke sungai Chaopraya, tapi karena inget pengalaman di India itu jadinya aku tolak, mending naik bis deh 😀

      • kayanya rada kapok tapi kadang masi membandel..
        emang bahaya banget di jkt kalo naik bajai ga pake tny harga, beli jajanan dipinggir jalan ga tny harga.. somay seporsi biasa ceban aja bisa jadi 30 ribu kalo ga tny harganya dulu sblm membeli hehe

  20. Gara-gara banyak berita seliweran soal India, sampe sekarang belum ada keinginan ke sana. -___-

  21. Berhubung aku jalan jalan juga cuma seputar indo dan blum pernah ke LN so far masih baik baik aja nie.
    Tapi sedih jual soal modus tukang becak dijogya jadi sedih aku sebagai orang yogya walau KW hahahaha.

  22. INDIA hahahhaahahaha
    Aselik liburan ke India waktu itu kayak bukan liburan, karena hampir setiap saat harus wasapada sama penipuan, karena sejak hari pertama nyampe udah ditipu dan keulang lagi.
    Nyampe New Delhi jam 11 malem, tujuan ke Stasiun kereta New Delhi, niat mau nginep di stasiun, eh dibelokin sama orang stasiun ke pusat tour and travel. Dijanjiin nginep di hotel bintang 3, malah dibawa nginep ke daerah kumuh, dan pas pagi nya lihat ada orang tidur di depan pintu kamar hotel. Scarry gilak!

    Besok pagi, nyaris ditipu sama orang stasiun yang bilang tiket kereta yang udah dibooking dari Jakarta via web gak berlaku dan dibawa ke tempat tour and travel, dan mereka bilang kalo jalan/ rel kereta api lagi ada demonstrasi dan nyuruh kami naik mobil innova dengan biaya yang mahal bangeeetttt …

    Aselik itu traveling paling banyak cerita ajaib nya dibandingin yang lain hahahhaha …

    • Waaaaah… kayaknya scary berat kisahmu! Sepertinya buat traveling ke India ini perlu nyali dan kewaspadaan tingkat dewa. Kamu kapok gak ke India? 😀

  23. Aku terpedaya tatapanmu, mb..

  24. Humm, kalau di jalan memang harus selalu waspada sih kak 😀 kalau di indonesia baru sekali kena scam, naik angkot dari terminal ubung bali sampe legian kena 45 ribu seorangnya 😦 padahal normalnya ga sampe 20 ribu 😐

Tinggalkan komentar