Bilbao terletak di bagian utara Spanyol, dihuni oleh orang-orang Basque yang sangat bangga akan identitas etnis mereka. Orang Basque bicara dalam bahasa Euskera, yang sama sekali tidak mirip bahasa Spanyol. Mereka mengklaim sebagai etnis paling tua yang pertama menghuni daratan Spanyol, sehingga dari dulu tak kenal lelah berusaha memerdekakan diri dari Spanyol. Begitu sampai di airport, kami disambut dengan booklet wisata bertuliskan “Welcome to Bilbao Country.” Ha! Mereka menggunakan kata country meskipun secara administratif ‘hanyalah’ wilayah otonomi negeri Spanyol. Kalau ada provinsi yang berulah kayak gini di Indonesia, kira-kira bakal diapain ya sama pemerintah pusat?
Meskipun Bilbao hanyalah kota kecil dengan penduduk 350 ribu orang (ini setara dengan 1/3 jumlah penduduk Jakarta Pusat) tapi sarana transportasinya lengkap dan rapi. Ada jaringan metro bawah tanah, bus hingga trem yang mengelilingi kota. Saking kecilnya Bilbao, rute trem melingkar dari ujung satu ke ujung yang lain tuntas ditempuh dalam 20 menit saja! Maka kami cukup berjalan kaki keliling kota, kecuali saat ke stadion San Mames, kandang Athletic Bilbao yang terletak di pinggir kota.
Kami menginap di sebuah hostel di kota tua Bilbao. Kota tua ini apik banget, terjaga bersih dan rapi meskipun cukup padat. Bangunan tua, gereja, dan deretan toko-toko kecil berjajar di jalan utamanya. Cathedral of Santiago, Church & bridge of San Antón, Arriaga Theatre, Plaza Nueva dan Ribera Market adalah tempat-tempat keren dimana kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengagumi keindahannya. Di Ribera market, tentu bisa belanja-belanja. Bagi saya, belanja atau sekedar melihat-lihat pasar di negeri orang itu sangat menarik. Meskipun yang dibeli paling hanya roti, camilan atau makanan khas setempat, tapi pengalaman melihat kehidupan warga lokal ini yang sangat saya nikmati.
Jalanan di kota tua (Old Town) ini menarik sekali untuk dilewati sore-sore, duduk di salah satu cagenya sambil minum cappuccino dan menyantap pastry yang lezat sekali. Buat teman-teman yang suka nongkrong di pub, ada beragam pilihan pub di malam hari. Saya bukan penggemar pub, jadi lebih senang melewatkan malam di tepi sungai yang membelah kota ini. Sayangnya waktu kami sangat terbatas, jadi tidak sempat mengunjungi pantai dan pegunungannya yang konon indah sekali. Sebenarnya, tujuan utama ke Bilbao adalah nonton dan membeli jersey Athletic Bilbao! Hahahaha…
Athletic Bilbao, Kebanggaan Warga
Rasa kebanggan warga terhadap klub sepak bola mereka sangat kental terasa. Nyaris tidak ada bangunan yang tidak dihiasi bendera atau logo Athletic Bilbao, klub sepak bola yang hanya menerima pemain orang keturunan Basque. Meskipun tertutup dari masuknya pemain etnis lain, inilah salah satu klub yang tidak pernah terdegradasi dari divisi satu. Jadi memang mereka layak dibanggakan.
Kedatangan kami ke Bilbao memang dicocokkan dengan jadwal final Liga Spanyol, antara tuan rumah Athletic Bilbao lawan Real Madrid. Suasana menjelang pertandingan besar sudah terasa sejak sehari sebelumnya. Kaos Athletic Bilbao yang merah-putih sudah ludes di toko official merchandisenya. Kalau mau barang KW, barulah ada di toko-toko souvenir di pusat kota.
Pada hari pertandingan, antrian pembeli tiket sudah mengular sejak siang. Dan sejak jam 6 sore suporter berkaos garis-garis merah-putih sudah mengalir ke stadion meskipun pertandingan baru mulai pukul 10 malam. Penjual souvenir klub juga sudah sejak siang siaga di lapak masing-masing. San Mames, sebuah stadion tua yang mulai berlumut di sudut-sudutnya, mendadak riuh rendah oleh antusiasme suporter. Meskipun berakhir dengan kekalahan 0-3 pada Real Madrid, namun suporter tuan rumah tetap bertepuk tangan bergemuruh di akhir pertandingan.
Guggenheim Museum, New Landmark of Bilbao
Berbeda dengan kota-kota Eropa yang umumnya punya landmark berupa bangunan tua nan cantik, Bilbao menampilkan Guggenheim Museum yang dibangun tahun 1997 sebagai landmark kota mereka. Arsitektur museum seni modern ini memang sangat ikonik. Malah saya lebih mengagumi bangunan museum ini dari luar ketimbang aneka karya seni yang mengisinya. Terus terang, saya kurang begitu menikmati seni instalasi dan contemporary art yang sering kali terasa absurd bagi saya.

Guggenheim Bilbao, sebagian tampak depan. Sulit mau ambil foto seluruh gedungnya yg keren kalau cuma pakai kamera iphone 😥

Bilbao memang belum sepopuler Barcelona dan Andalusia sebagai tujuan wisata, dan penduduknya yang berbahasa Euskera itu agak sulit diajak ngobrol berbahasa Spanyol, apalagi Inggris. Tapi nggak usah takut nyasar karena berkunjung kesana sangatlah gampang. Di bandara kita langsung disambut papan petunjuk berbahasa Inggris untuk menuju information center, lalu seorang mbak cantik dengan bahasa Inggris yang fasih menjelaskan informasi apapun yang kita butuhkan, dan membekali kita dengan buku panduan tentang kota ini. Kota sekecil ini saja moda transportasinya lengkap, bersih (lebih bersih dari yang di Madrid dan Barcelona sebagai pembanding) dan reliable, pilihannya ada bus, tram dan subway. Kecuali untuk ke stadion yang terletak di ujung kota, kami kemana-mana jalan kaki, sekaligus membakar kalori sehabis makan ribs yang enak sekali.

Jangan lupa berjalan kaki menyusuri Dona Casilda Park, taman yang indah sekali di tengah kota. Sebagai warga Jakarta yang sangat miskin taman, setiap kali ketemu taman indah, saya iri sekali sama warga kota yang punya taman indah dan terawat. Saya sempatkan duduk-duduk di rumput sambil melihat orang-orang bersantai dan anak-anak bermain. Taman ini cukup luas, tapi sangat bisa dinikmati sambil berjalan kaki tanpa bikin betis gempor.
Agenda terakhir kami adalah ke museum fine art Bilbao, kebetulan masuknya gratis khusus di hari Rabu. Disini koleksi lukisan dari berbagai era dipajang dengan apik. Sama seperti museum-museum fine art di Madrid dan Barcelona, di setiap kunjungan kami selalu berjumpa dengan serombongan anak sekolah serta guru mereka yang fasih bercerita tentang karya seni. Ingatan saya pun melayang pada museum-museum di Jakarta dan bertanya-tanya dalam hati, berapa kali dalam setahun mereka menerima kunjungan murid sekolah dan mahasiswa, disertai dengan guru yang dengan atentif menjelaskan?
Catatan:
Tiket Ryan Air Barcelona – Bilbao: 54 €
Tiket bis airport – city center: 1,3 €
Tiket masuk Gugenheim Museum: 8 €
Tiket masuk Bilbao Museum: gratis di hari Rabu
Tiket pertandingan final Liga Spanyol, Athletic Bilbao vs Real Madrid: 70 €
Jersey Athletic Bilbao tanpa nama: 75 €
Makan 1x perorang rata-rata: 10 €
Hostel permalam: 17,5 €
April 26, 2014 pukul 8:13 pm
waahh recommended ya mbak untuk ke Bilbao. Punya rencana ke Spanyol kalau punya uang nanti tapi niatnya cuma ke Madrid dan Barcelona, karena rencana juga mau ke Paris, Antwerpen dan Amsterdam. Kalau emang Bilbao ini oke banget, mending gak usah ke Paris deh hehehe
Juni 9, 2014 pukul 12:49 pm
Hehehe… kalau pertama ke Eropa, mungkin Paris kayak kota ‘wajib’ dikunjungi. Dari Barcelona atau Madrid, bolehlah mampir ke Bilbao atau Toledo.
November 8, 2012 pukul 1:15 pm
Sayang saya nggak jago memfoto, jadi foto2nya seadanya gini. Mana foto2 Guggenheim masih nyelip entah dimana 😥
November 8, 2012 pukul 1:10 pm
issshhhh…. jadi pengen pergi kesana.. 🙂
September 28, 2012 pukul 9:53 pm
Kalau jadi misah.. pasti benderanya akan pake bendera athletic bilbao.. hihihi
September 29, 2012 pukul 12:54 am
wah bakal keren tuh! 🙂