BLOG Swastika Nohara

Life is the coffee, while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life.

Ramen Girl

Tinggalkan komentar

ramen girl

Tadi malam saya cukup kaget ketika membaca twitter dan seseorang di timeline saya men-twit Brittany Murphy meninggal! Padahal, persis sehari sebelumnya saya baru aja nonton film terbaru jeng Brittany, yaitu The Ramen Girl. Duh… perasaan hati ini rada gimana gitu… Brit masih muda, 32 th dan ditemukan sudah dalam keadaan tak sadar di shower kemarin pagi. Dia dinyatakan meninggal karena cardiac arrest sesampainya di RS. Okelah, sedikit saja tentang Brittany, kini tentang filmnya. Oya, dia juga main di Clueless, 8 Mile, Girl Interrupted dan beberapa film lain saya lupa.

Saya pernah lihat poster film ini dipajang di salah satu 21Cineplex terkemuka di Jakarta, tapi tidak pernah banar-benar tahu kapan pemutarannya. Atau jangan-jangan memang belum? Anyway, film ini cukup menarik meski nggak ada yg luar biasa. Saya nonton di DVD. Yup, bajakan. Ini kan memang gunanya DVD bajakan, untuk nonton film-film yang mungkin menarik tapi nggak diputar atau tidak jelas apakah akan diputar di bioskop Indonesia.

Dibintangi oleh Brittany Murphy, gadis dari keluarga kaya di Amerika yang pindah ke Tokyo untuk tinggal bersama pacarnya. Sayangnya, si pacar malah takut akan keseriusan komitmen mereka dan memilih pergi meninggalkan Abby, nama gadis itu, sendirian di apartemen sederhana di salah satu sudut Tokyo.

Meski bersetting Jepang, film ini nggak mengumbar ke-Tokyoannya seperti Lost In Translation dan beberapa film bikinan Hollywood di Jepang. Dan ini malah menarik, karena unsur ke-Jepangannya ditampilkan secara memikat dan cukup lengkap hanya dengan setting sebuah warung mie Ramen kecil di pojok jalan tak jauh dari apartemen tempat Abby tinggal.

Abby yang merasa hidupnya kacau, kesepian dan nyaris pulang ke US karena putus asa, mengambil langkah nekad untuk belajar memasak ramen pada pemilik warung itu. Maezumi, sang koki sekaligus pemilik warung adalah bapak tua grumpy yang galak, sakelijk dan gak kenal kompromi. Jadi, mulailah Abby dengan hari-hari awal dimana ia harus tahan banting menghadapi kegalakan Maezumi. Boro-boro diajari masak ramen, Abby malah disuruh bersihin toilet, nyuci panci-panci dan ngelap kaca dan kerjaan lain.

Sebenarnya jalan cerita mudah ditebak. Abby nyaris putus asa dan menyerah, tapi akhirnya bertekad menguasai seni membuat ramen, makanan kebanggaan orang Jepang, yang orang-orang Jepang pun rata-rata tidak bisa membuatnya. Yang menarik adalah, film ini menggambarkan Ramen sebagai lebih dari sekedar mie dengan sup kaldu. Malah terdapat “the whole universe” dalam setiap mangkok ramen. Karena ramen diolah dengan bahan-bahan yang didapat dari laut dan gunung, bersatu dan diikat dengan kaldu yang dibuat secara khusus.

Yang jelas, nonton film ini sebaiknya dalam keadaan kenyang, karena kalo nggak, Anda terancam ngiler-ngiler melihat kelezatan ramen yang ditampilkan dengan indah. Oiya, layaknya film Hollywood, tentu ada bumbu kisah cinta antara Abby dan seorang pemuda Jepang.

Nah, berhasilkan Abby mencuri ilmu Maezumi yang ternyata menyimpang masa lalu nan pahit terkait memasak ramen? Bisakah Abby ramen masakan Abby memenuhi standar seorang grand master kuliner Jepang? Lalu, mau ngapain si Abby dengan sup ramennya? Gimana pula akhir kisah cintanya dengan Toshi Iwamoto? Temukan jawabannya sambil menikmati semangkuk ramen!

Iklan

Penulis: Swastika Nohara

I'm a freelance content and script writer for movies, television, commercials and internet-related content. With a team, I also do documentaries, video tutorial, video presentation and corporate video. I'm based in Jakarta but eager to travel anywhere on earth. For me, life is like a cup of coffee. Life is the coffee while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life. Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee provided…. So, don’t let the cups drive you, enjoy the coffee instead!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s