Keluar dari teater 1 setelah nonton My Name Is Khan (film arahan Karan Johar), ternyata sudah hampir jam 1 malam. Film India memang suka berpanjang-panjang, meski sudah diproduksi dan ditempeli label made in the US. Film ini dibuka dengan mencekam sekaligus mengharukan, saat seorang pria usia awal 40an dihadang petugas di security check point sebelum boarding naik pesawat dari San Fransisco menuju Washington DC.
Mengharukan, karena Rizwan Khan digeret dan digeledah petugas keamanan dengan semena-mena cuma karena tampang & gerak-geriknya yang nggak wajar. Mereka tidak peduli meskipun di paspor Rizwan Khan tercantum kartu identitas bertuliskan Autistic Alert. Khan memang perilakunya tampak aneh karena ia mengidap asperger syndrome.
Cerita pun bergulir menggambarkan masa kecil Rizwan yang menjadi korban bullying di sekolah karena penyakitnya. Tapi ibunya membesarkan dia dengan penuh kasih. Setelah dewasa, Khan dengan segala keterbatasannya bekerja sebagai sales produk kecantikan herbal dan berusaha menemukan kebahagiaan hidupnya di San Fransisco. Khan yang muslim jatuh cinta pada Mandira, seorang penata rambut yang juga keturunan India tapi Hindu. Isu pertikaian agama di tanah leluhur mereka tidak menghalangi keduanya untuk menikah.
Dengan background peristiwa pengeboman 9/11 keluarga kecil yang bahagia ini mengalami guncangan, karena Khan muslim. Sentimen kebencian pada Muslim di Amerika pasca 9/11 memuncak. Hingga Khan diharuskan Mandira pergi menemui presiden Amerika Serikat dan menyatakan dirinya bukan teroris, baru boleh kembali pada Mandira. Maka Khan pun memulai perjalanannya, ‘hanya’ untuk bilang secara langsung pada Bush, presiden kala itu, “My name is Khan and I’m not a terrorist.”
Permintaan yang aneh? Tidak. Bila kita memahami cara berpikir dan perilaku penderita asperger syndrome. Film ini pun menggambarkan dengan sangat manis dan menyentuh betapa pengidap asperger syndrome sebenarnya sama seperti manusia lain yang punya hati dan perasaan, meski mereka tidak mampu mengungkapkannya. Khan tak bisa menangis, tak bisa bersentuhan dengan orang lain, tak tahan mendengar suara nyaring, tak tahan melihat benda apapun yang berwarna kuning dan tidak bisa kontak mata dengan lawan bicaranya. Bertahan hidup dalam kondisi seperti itu saja sudah susah, apalagi dia harus berjalan melintasi Amerika yang luas untuk bertemu presiden!
Terlepas dari ceritanya yang bergulir dengan sangat kecepatan keong menyeberang jalan, film ini dibuat dengan sangat cantik. Gambar-gambarnya sangat indah. Koreografi kameranya luar biasa. Bahkan adegan sederhana saat ibu Khan bicara dengan Khan semasa kecil pun, dibuat dengan sangat indah. Gambarnya puitis lah! Setiap frame seperti direncanakan dengan matang dan dieksekusi dengan cermat. Selamat menonton, selagi masih ada di berbagai bioskop 21.
Maret 10, 2010 pukul 8:47 pm
katanya pilem ini super duper menguras air mata yahhh kak??
aku malah nyari dipidi bajakannya blom adaaa looohh didaerah aku
*biasanya kan bajakan duluan keluar dari pada aslinya
dah gitu, bioskop di daerah aku kurang aptudet gitu dehh..
biasalahhh.. pelosok :))
Maret 10, 2010 pukul 11:11 pm
menguras air mata sih nggak ah, cukup mengharukan aja.
gue malah nangis pas nonton 3 Idiots!!
Maret 6, 2010 pukul 9:19 pm
@Didan: sudah di cek! mantep!
Februari 27, 2010 pukul 1:43 pm
chek this out:
http://tentaralangit-tentaralangit.blogspot.com/
thanks
Februari 26, 2010 pukul 5:05 pm
yg ini gak ada nari-nyanyi ala film India kebanyakan… dan Shakhrukh ceritanya kan ‘sakit’
Februari 26, 2010 pukul 8:58 am
dulu aktornya sakh ruch khan,kan pernah berapakali di interogasi dan ditahan pihak bandara amerika,karena dia muslim,na sekarang main film my name is khan ya,ada rasa dendan nggak ya…..namun gimana ya film india ,masih ada adegan nyanyi nyanyiannya juga nggak ka?ya gitu nari nangis nyanyi……..yang aku baca sekarang ada film india Judulnya Phoonk ,film horor,paling horor katanya ,mampir di indonesia nggak ya?..tunggu aja