Life is the coffee, while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life.
Tiket masuk: gratis. Boleh nyumbang seikhlasnya. Bayar 100 yen kalau mau diramal peruntungannya pakai sumpit.
Menuju ke sana: Naik subway Asakusa line sampai stasiun Asakusa, keluar di main exit, akan ada gerbang merah gede banget yang membawamu berjalan kaki menyusuri deretan kios souvenir sampai ke Asakusa Temple atau Sensoji. Baca lebih lanjut →
Gerbang dalam Meiji Jingu, salah satu icon kota Tokyo
–
Dulu sewaktu masih SMP saya suka banget sama serial Tokyo Love Story yang diputar di televisi dan bermimpi harus ke Tokyo suatu saat nanti. Padahal dorama (drama) Jepang ini ‘cuma’ sebuah cerita cinta segi empat biasa yang di adaptasi dari manga karya Fumi Saimon, tapi begitulah ekspansi J-Pop ketika itu benar-benar berhasil merasuki abege labil macam saya, sampai pengin ke Tokyo dan bertemu Kanji, tokoh cowok yang baik hati sejaligus nyebelin di serial TV itu 🙂 Baca lebih lanjut →
First time in Tokyo and you’re confused about how to get around efficiently? Or you just stare blankly at the colorful Tokyo subway map? You’re not alone. Even The Time wrote that Tokyo is notoriously difficult to navigate. Okay, sekarang bahasa Indonesia aja nulisnya, biar cepet. Hahahaha… Jadi mesti naik apa kalau mau keliling Tokyo dan bagaimana membaca peta Tokyo?
Kiri: Gedung Tokyo Station yang bergaya Eropa lama kontras dengan gedung-gedung modern di sekelilingnya. Kanan: Keretanya selalu on-time dan setiap sudut stasiunnya bersih!