Senang, bangga dan terhibur rasanya menyaksikan pertunjukan tari seelok Matah Ati. Sendra tari delapan babak ini menceritakan perjuangan Rubiyem, seorang gadis keturunan ningrat yang tinggal di desa, memimpin prajurit perempuan terjun ke medan perang membantu laskar Raden Mas Said melawan tentara Belanda. Pertunjukan dibuka dengan tari perang prajurit perempuan yang bersenjatakan gendewa panah dan pistol. Ya, meskipun berkostum tradisional Mataram, mereka sudah fasih memegang pistol. Para penari yang cantik itu bergerak luwes dan lincah di atas panggung miring. Baca lebih lanjut