BLOG Swastika Nohara

Life is the coffee, while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life.

Mengatasi Gangguan Rheumatir Akibat Nyetir

24 Komentar

Jakarta oh Jakarta! Ibu kota Indonesia tercinta ini masuk dalam 20 besar kota paling macet sedunia, menurut survey sebuah lembaga internasional tahun 2017. Gak usah pakai survey internasional pun, kita yang sehari-hari beredar di jalanan Jakarta pasti udah ngerasain sendiri kayak apa pegelnya ketika nyetir hanya bisa gerak 20 km per jam, atau malah stuck total nggak bisa gerak kayak parkir berjamaah di tengah jalan raya.

Sebagai pekerja freelance saya beruntung nggak harus pergi ke kantor setiap pagi. TAPIII…. jangan seneng dulu! Ada tapinya. Tapi kadang saya mesti meeting ke tiga lokasi berbeda dalam sehari. Alamaaaaak… Rumah di Cilandak Barat, urusan pekerjaan membuat saya harus ke Gandaria, Bintaro lalu Epicentrum walk di kawasan Kuningan dalam sehari. Bayangin tuh harus melewati titik-titik macet di TB Simatupang, Pondok Indah, Tendean dan titik macet legendaris di Rasuna Said yang sampai sering bikin ninja-ninja bermunculan di tengah jalan raya, menawarkan lemper ayam atau air mineral.

Menyetir di jalan raya Jakarta inilah saya menghadapi ujian kesabaran dan kekuatan fisik yang sesungguhnya. Bayangkan, untuk menempuh jarak 1 km saya bisa habis waktu setengah jam saking pelannya. Lama-lama bisa pegel-linu ini sekujur badan akibat nyetir dalam kemacetan. Jangan sampai gara-gara nyetir saya jadi kena gangguan Rheumatir, ini yang menurut GO-JEK disebut sebagai pegal kritis akibat kebanyakan nyetir! NO WAY!

jakarta macetjakarta macet parkir

Belum lagi pas udah sampai di lokasi mesti muter-muter nyari parkir. Masuk area parkir aja masih macet… tidaaaak… apa lagi kalau antre di parkiran basement. TIDAK! SAYA PALING NGGAK SUKA MUTER-MUTER NYARI PARKIR DI BASEMENT. Sebab sempit, pengap banyak polusi asap knalpot dan kita semacam gambling karena nggak tau harus parkir di mana dan harus meluangkan waktu berapa lama sampai dapat spot parkir. Belum lagi kalau meetingnya ternyata lama, berarti ongkos parkirnya juga makin mahal. Bisa-bisa kena gangguan Vertibokek ini! Ogah!

Kalau diitung-itung, dan sebagai mom zaman now yang harus teliti menghitung budget ini-itu, bawa mobil sendiri di Jakarta ini memang makin mahal. Ya ongkos parkir, uang bensin, biaya perawatan kendaraan, pajak dan surat mobil semuanya bisa habis jutaan Rupiah per tahun. Bener kata GO-JEK kalau orang yang kena macet bisa kena Rheumatir… atau Vertibokek!!

Terus, masa mau aja menghabiskan biaya sekian banyak dan masih harus kena gangguan Rheumatir serta Vertibokek? Nggak enak banget kan! Mestinya sih ada cara lain yang lebih efisien yah.

Hingga di suatu hari yang cerah, saya males banget nyetir karena harus ke tiga lokasi dalam sehari, maka saya panggillah GO-JEK dan memilih GO-RIDE karena hari masih pagi, adem, masih enak buat bonceng motor dan saya mesti segera sampai di sebuah kantor di kawasan RC Veteran. Cusss… pagi itu dengan nyaman saya tiba di kantor dalam tempo 20 menit saja. Biasanya kalau nyetir sendiri bisa memakan waktu 40 menit. Asique! Lalu siangnya order GO-CAR buat ke Gandaria city, selama perjalanan di mobil saya bisa duduk manis sambil bacain sinopsis yang harus saya review. Ah, jadi produktif.

Sorenya sekali lagi panggil GO-CAR untuk meeting di area Cipete. Yeah, anak selatan pasti tau Cipete Raya kalau sore macetnya kayak apa. Lewat so called jalan tikus aja masih macet loh. Ya untungnya naik GO-CAR. Biarpun macet saya tetap bisa chill baca novel sambil denger lagu.

Setelah sekian kali trip aman dan nyaman dengan GO-RIDE dan GO-CAR akhirnya tempo hari saya mencoba order GO-RIDE buat menjemput anak pulang latihan basket. Seharusnya saya yang jemput, tapi meeting saya berlangsung lebih lama dari perkiraan. Jadi dari pada anak saya manyun nunggu ibunya, dijemput pakai GO-RIDE ajalah, toh saya bisa memantau perjalanan dia lewat apps. Eh, ternyata mudah dan cepat. Anak saya jadi nggak perlu nunggu kelamaan sampai saya datang menjemput, dan saya bisa lihat di apps-nya saat dia sudah sampai rumah. Lega.

Sekarang udah nyaman pakai GO-CAR atau GO-RIDE, tergantung kebutuhan. Kalau butuh cepat, saya pilih GO-RIDE. Kalau ingin nyaman, atau pergi bertiga bareng anak, saya pesan GO-CAR. Pilihan ini semacam membebaskan saya dari pegel karena harus nyetir sendiri, dan nggak perlu pusing mikirin biaya parkir-bensin-bengkel yang harus saya bayar kalau bawa mobil sendiri. Waktu dan tenaga saya bisa dipakai buat mikir hal-hal lain yang lebih produktif dan menyenangkan. Ini pengalaman saya. Kalau kamu, punya pengalaman apa dengan GO-JEK?

Iklan

Penulis: Swastika Nohara

I'm a freelance content and script writer for movies, television, commercials and internet-related content. With a team, I also do documentaries, video tutorial, video presentation and corporate video. I'm based in Jakarta but eager to travel anywhere on earth. For me, life is like a cup of coffee. Life is the coffee while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life. Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee provided…. So, don’t let the cups drive you, enjoy the coffee instead!

24 thoughts on “Mengatasi Gangguan Rheumatir Akibat Nyetir

  1. emang bener, bikin esmosi aja. saya juga pernah masuk mall udah sejam baru dapet parkir. hhe

  2. bener banget mba. Selain macet sering banget dipusingkan sama parkiran yang full 😦 go ride jadi alternatifnya

  3. Aku pernah kecewa pesan makanan melalui go-food.. Pesan ke RM padang, sudah dapat driver lalu dia cancel. Jadi aku pesan lagi dan dapat driver lain. Ternyata driver pertama tetap membelikan & mengantarkan makananku, sehingga aku pun harus membayarnya. JADINYA AKU TERPAKSA BAYAR DOBEL dan dapat porsi makanan double yang nggak mungkin aku habiskan. Kenapa ini bisa terjadi?

  4. Go-food andalan banget, bahkan kalau sudah malas, tinggal liat history terus repeat order 😀
    Kalau lagi butuh buru-buru banget juga selalu pakai go-jek, walau ngga kaya awal sekarang jarang banget ditawarin masker atau penutup kepala.

  5. Wah enaknya kalo tinggal di kota besar ada gojeknya, bisa pesen gofood bisa kemana-mana tinggal klik apps di HP

  6. akyu pun sering order makanan pakek go-food, tapi kadang suka milih-milih pesen dari restoran yang bungkusnya nggak pakek stiryofoam demi cinta lingkunga. boleh nggak klo Gojek kasih prioritas buat partneran sama restoran yang nggak pakek bungkus stiriofoam aja?

  7. wah gua juga ngandelin gojek klo lagi kepepet butuh mau meeting cepet atau janjian nonton ama gebetan tapi waktu udah mepet. hahaha… tapi sayangnya klo gua bilang standar driver gojek itu gak sama. ada driver yang bersih, pakai jaket ama helm resmi, helmnya bersih. tapi kadang dapet driver yang helmnya bau. Mestinya disamain dong standarnya para driver ini.

  8. Kalau Go-Jek cuma sekali aja mba nyobain, lumayanlah tp kalau Go-food sering bgt masalahnya skr bny driver suka cancel pesanan

  9. Lalu lintas Jakarta emang paling enak di atasi dengan ojek, Mbak. Makanya kedatangan Gojek ditengah-tengah kita jadi semacam berkah 😀

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s