BLOG Swastika Nohara

Life is the coffee, while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life.

Wisata Rumah Ibadat: Cara Seru Kenalkan Keberagaman Bagi Anak

23 Komentar

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bagi Abigail alias Sabai, murid kelas V SD Gemala Ananda, bahwa ia akan berkeliling ke 6 rumah ibadat dari 6 agama yang berbeda-beda bersama serombongan teman sebaya yang (sebagian besar) baru dikenalnya hari itu. Hari Sabtu 16 September kemarin, Sabai ikut Wisata Rumah Ibadat bersama Komunitas Bhinneka yang mengajak siswa kelas IV-V dari beberapa SD di Jakarta.

Waktu saya tunjukkan e-flyer Wisata Rumah Ibadat ke Sabai, dia langsung semangat mau ikut! Saya jadi ingat dulu Sabai pernah bertanya, “Natal itu memperingati apa sih?”

Setelah menarik nafas dalam-dalam, saya jelaskan dengan pengetahuan yang seadanya soal natal. Sabai pun memberondong saya dengan sederet pertanyaan lanjutan seperti, “Jadi Yesus punya ibu? Ayahnya siapa?” dan lain sebagainya… yang berujung pada kami berdua browsing mencari informasi dari sumber yang (semoga) terpercaya soal ini. Sebelum berangkat saya pesankan ke Sabai, nanti kalau kamu ketemu pemuka agama Kristen, boleh loh nanya-nanya yang seperti itu.

Tentang pertanyaan Sabai yang lain dan bikin dia menangis klik di sini.

wisata rumah ibadat 1

Sebanyak 50 orang peserta siswa kelas IV-VI dari berbagai SD berkumpul pukul 7:15 pagi di SD Gemala Ananda. Mereka langsung dibagi ke dalam beberapa kelompok, lalu kenalan antar anggota kelompok dan briefing sebelum naik 4 buah bus menuju rumah ibadat pertama, GKI Cinere.

Rumah ibadat yang dikunjungi adalah GKI Cinere di Cinere, Depok, Jawa Barat, Vihara Ratana Graha di Pondok Cabe Udik, Pamulang, Tangerang Selatan, Lithang Bakti di Pondok Cabe Udik, Pamulang, Tangerang Selatan, Masjid Jami’ Imam Bonjol di Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Gereja St. Matias di Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, dan Pura Amerta Jati di Cinere, Depok, Jawa Barat.

Di setiap rumah ibadat, peserta mendengarkan penjelasan para pemuka agama dan pengurus/umat rumah ibadat mengenai rumah ibadat tersebut, juga mengenai  ibadat yang dilakukan oleh umat. Tidak ada kegiatan ibadah yang dilakukan peserta di luar agamanya.

wisata rumah ibadat 3
Sabai agak kaget pas tahu bahwa Pura Amrta Jati itu sebenarnya adalah tempat ibadah umat Hindu. Selama ini kami cukup sering lewat situ, dan beberapa kali menonton latihan tari Bali di salah satu pendopo pura. Jadi selama ini Sabai mengira pura itu tempat latihan menari. Baru kemarin Sabai masuk ke area peribadatan dan mendapat penjelasan menarik tentang ibadah umat Hindu.
Kata Sabai, “Aku seneng banget, this is the best day!! Apa lagi pas di vihara, ceritanya banyaaaak banget. Kita lihat-lihat banyak lukisan dan diceritain Biku-nya, seruuu!”
Sepanjang kegiatan, anak-anak didampingi para fasilitator yang sudah dilatih. Sebagian fasilitator adalah guru-guru SD yang terlibat. Tidak hanya anaknya, para orang tua pun mendapatkan pembekalan singkat saat mengantar anak-anaknya. Dalam sesi ini, Imesh Sugiri dari Komunitas Bhinneka, memperkenalkan komunitasnya yang non-partisan dan gemar mengajak kita semua bersikap toleran dan menghargai keberagaman.
.
Seorang psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, menjelaskan bahwa sikap toleran perlu ditanamkan pada anak sejak dini. Menurut Vera, anak yang tidak dibiasakan bersikap toleran nantinya bisa stress sendiri begitu menghadapi banyak sekali keberagaman di sekitarnya. Bisa-bisa si anak menjadi seorang perundung (bully). Keberagaman agama hanyalah salah satu dari sekian banyak keberagaman di antara kita.
.
Sebagai orang tua, saya nggak boleh menyertai anak ikut kegiatan ini. Tujuannya biar anak mandiri tentunya. Tapi kami semua, para orang tua, mendapat update yang cukup lengkap disertai beberapa foto dari panitia melalui WA group. Cukuplah bagi kami untuk mengintip keseruan sepanjang hari itu!
.
Para fasilitator juga membimbing anak-anak dalam sesi diskusi dan refleksi. Lalu apa saja yang didiskusikan? Kata Sabai, “Secret! Bu’e kalau mau tau harus ikut sendiri.”
.
Ooooh noooo…. saya kan jadi penasaran! Di usianya yang masuk pre-teen, Sabai memang suka menjawab macam-macam pertanyaan saya dengan kata ‘Secret!‘ Pfffttt… Untung malamnya, ketika sudah lebih santai, Sabai dengan lancar bercerita apa saja yang dia dapatkan dari perjalanan sehari penuh ini, termasuk saat melukis bersama.
.
Di penghujung acara, saat sore sudah teduh dan suasanya semakin syahdu, anak-anak diajak membuat karya seni, dipandu kakak-kakak dari Ganara art studio. Sabai menggambar gerbang Pura Amrta Jati yang ukirannya dia buat lebih mirip motif post-modern.
.
Tentang Gemafest, kegiatan SD Gemala Ananda lain, klik di sini.
.
Kegiatan Wisata Rumah Ibadat semacam ini masih akan dilakukan lagi. Kalau berminat ikut serta, atau bila Anda seorang kepala sekolah, ketua komite sekolah, penggiat komunitas anak/pendidikan/parenting yang tertarik pada kegiatan ini, Anda dapat mendaftar sebagai tamu/pengamat melalui email bedaitubiasa17@gmail.com
.
Informasi lebih lengkap tentang Wisata Rumah Ibadat bisa dipantau di FB Komunitas Bhinneka atau twitter @komunitasBhinneka
.
Jadi, bagaimana menurut Anda dengan adanya kegiatan seperti ini? Silakan tulis di kolom komentar di bawah ini. Bila Anda ingin membagikan link tulisan ini di facebook, twitter, path, atau platform sosmed lain, silakan saja. Salam!
Iklan

Penulis: Swastika Nohara

I'm a freelance content and script writer for movies, television, commercials and internet-related content. With a team, I also do documentaries, video tutorial, video presentation and corporate video. I'm based in Jakarta but eager to travel anywhere on earth. For me, life is like a cup of coffee. Life is the coffee while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life. Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee provided…. So, don’t let the cups drive you, enjoy the coffee instead!

23 thoughts on “Wisata Rumah Ibadat: Cara Seru Kenalkan Keberagaman Bagi Anak

  1. ga sengaja baca blog mba tika berawal karena hasil pencarian dari google, pas baca artikel ini lsg ngerasa klik diawali dengan nama anak panggilan anak yang sama. apapun itu belajar mengenal perbedaan di masa kini sangat2lah penting agar lebih saling memahami dalam bertoleransi dan perasaan menghormati satu sama lain, salam kenal 🙂

  2. Akur sekali. Sejak muda (kalau perlu usia dini), rasanya itu salah satu kuncinya (kalau sudah telanjur dewasa suka jauh lebih susah). Keberagaman itu berkah. 🍸

  3. Hai kak, salam kenal 🙂
    Saya Kean.
    Setuju banget kalo pendidikan tentang toleransi harus dilakukan sejak dini. Thanks ya kak, ceritanya nginspirasi aku buat bikin kegiatan serupa. Semangat terus kak 🙂

  4. Acara kayak gini harusnya wajib nih buat anak-anak dan orang dewasa. Karena yang dewasa aja kadang belum bisa menerima perbedaan. *eh*

    • Benar sekali! Mbak Imesh, sang inisiator acara, cerita kalau Wisata Rumah Ibadah sama anak SD itu seru, pertanyaan bocah2 ini polos dan sering lucu. Nah, kalau acara yg sama dengan siswa SMA, itu moodnya haru-biru karena siswa2 SMA ini ada aja yg baru kebuka pemikirannya, setelah sebelumnya penuh ketakutan/kekuatiran akan umat agama lain hanya karena diajarin/mendengar prejudice saja. Huhuhu….

  5. Idenya bagus banget. Semoga acara seperti ini semakin banyak diadakan, sehingga anak-anak bisa memahami keragaman yang ada di Indonesia.

  6. kegiatan ini keren! ntar anakku SD mudah2an masih ada jadi bisa didaftarin.

    personally, diriku lahir di keluarga besar yang agamanya beda-beda & pernah ngalamin sendiri masuk ke vihara/klenteng & gereja.

  7. Senang sekali Sabtu yang lalu bisa berinteraksi dengan anak-anak yang sangat kritis dan cerdas. Aktivitas yang dilakukan oleh Komunitas Bhinneka sangat baik. Saya juga menyampaikan salut kepada Ibu Swastika Nohara dan suami, serta semua orang tua anak-anak hebat kemarin, salut atas mental keterbukaan Anda semua yang merupakan ciri khas asli kita…orang Indonesia.

    Salam hangat, Suherman Widjaja

    • Salam kenal Pak Suherman, senang sekali bisa ikut dalam Wisata Rumah Ibadat dan menyebarkan berita tentang kegiatan yang baik ini. Semoga semakin banyak orang-orang yang menyerukan indahnya keberagaman dan toleransi di Indonesia. Amin 🙂

  8. Kak Tika, aku merinding banget baca ini. Semoga semakin banyak komunitas yang bikin acara keren kaya gini, ya.
    Aku concern sekali soal agama-agama-an ini. Lahir di keluarga dengan latar belakang agama yang warna-warni bikin aku ngeh kalau bhinneka itu tanda kekayaan.
    Embun SD-nya sekarang sekolah agama, tapi ku sebisa mungkin mengenalkan dia soal manusia dan warnanya yang ga sama sejak dini. Ku pasti akan ikutkan dia ke kegiatan ini waktu umurnya udah cukup nanti.
    Love this writing, alot!

  9. Kak Tika, aku merinding banget baca ini. Semoga semakin banyak komunitas yang bikin acara keren kaya gini, ya.
    Aku concern sekali soal agama-agama-an ini. Lahir di keluarga dengan latar belakang agama yang warna-warni bikin aku ngeh kalau bhinneka itu tanda kekayaan.
    Embun SD-nya sekarang sekolah agama, tapi ku sebisa mungkin mengenalkan dia soal manusia dan warnanya yang ga sama sejak dini. Ku pasti akan ikutkan dia ke kegiatan ini nanti waktu umurnya udah cukup.

    Love this writing, alot!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s