Ramadhan tahun ini lebih menggairahkan bagi saya, karena untuk pertama kalinya mengajak kedua anak ikutan puasa. Ternyata puasa bareng anak-anak ini lebih seru dan menyenangkan karena ada aja kejadian tak terduga!
Saat ini si Kakak sudah kelas IV SD dan dalam proses latihan puasa penuh, sementara adiknya duduk di kelas I SD, lagi latihan puasa 1/2 hari. Keduanya puasa, mesti sejauh hari ke-18 Ramadhan belum mulus, alias udah ada aja bolongnya, namun bagi kami, dengan background cerita panjang dibalik kebolongan itu, usaha tahun ini sudah ada progress dibanding tahun lalu.
Lebih Semangat Sahur
Puasa bersama anak membuat saya lebih termotivasi bangun sahur, karena saya harus bangun lebih pagi, lalu berjibaku membangunkan mereka. Terutama si Kakak, agak PR untuk dibangunkan, meski gampang kalau soal makan, nggak pilih-pilih. Sementara si Adek lebih gampang bangun, tapi soal makan sering pilih-pilih.
Ada aja tantangannya! Huhuhu… Bu’e harus putar otak kadang-kadang, mencari cara baru biar anak-anak satset-batbet gitu pas sahur.
Sehari sebelum bulan ramadhan, saya setuju sama usul si Kakak untuk membeli jam weker biar lebih mudah membangunkan mereka. Sahur pertama, benar saja, si Kakak langsung bangun begitu weker berdering. Tapi besoknya, sahur hari ke-dua, saya terbangun sendiri dari alarm HP dan si Kakak masih tidur pulas. Saya cari-cari, dimana jam weker miliknya, kok nggak nampak di meja kecil samping tempat tidur?
Ternyata dia simpan di laci meja dengan keadaan batere di luar jamnya! HIH!!! Pantesan nggak bunyi!! *Di sini Bu’e berusaha tetap sabar yaaaa*
Lebih Seru Saat Berbuka
Iya, karena anak-anak juga antusias menunggu beduk maghrib, jadi begitu duk duk duk… byaaarrrr!!! Kami langsung minum dan makan dengan penuh suka-cita. Lucunya, mereka nggak begitu tertarik dengan takjil yang manis-manis, maunya minum air putih, ya lalu langsung makan karena lapar. Asiklah, malah gampang buat saya! 😀 😀
Seperti pas buka puasa bersama teman-teman sekolah si Kakak kemarin, begitu beduk maghrib, mereka minum air putih, langsung ambil piring dan makan. Eh, ternyata kebanyakan teman-temannya juga begitu! Anak-anak ini nggak ada loh yang menyentuk takjil di atas meja. Heran. Apa tren anak SD jaman sekarang emang begini ya? Straight to the point, gitu?
Musti Ekstra Sabar
Terutama kalau udah siang menjelang sore, yang sering disebut sebagai ‘jam kritis‘, kedua anak saya terutama si Adik sering banget nanya, ‘Bukanya berapa lama lagi?‘. Laaah… padahal dia puasa cuma 1/2 hari! Hih! Tapi ini nggak seberapa…
Hal yang lebih menguji kesabaran adalah saat mereka berdua berantem! Kakak dan Adik barengan menjerit dan suaranya sama-sama melengking. Ampuuuunnn… *inhale-exhale*
Kegelisahan ini jauh berkurang kalau mereka saya ajak main di spot-spot outdoor dimana mereka bisa bergerak bebas kayak gini. Meskipun haus, kalau kita main dari sekitar jam 4 sore gitu, biasanya udah nggak nanya-nanya lagi kapan beduk maghrib!
Ajak Anak Mengambil Keputusan
Tips agar anak lebih semangat puasanya, ajak mereka diskusi dan mengambil keputusan tentang macam-macam hal, misalnya, mau sahur pakai lauk apa, abis sahur mau ngapain, pas udah libur mau mengisinya dengan kegiatan apa, termasuk soal pilihan baju lebaran…. bahkan soal mau mandi pagi jam berapa, itu juga jadi bahan diskusi, dan negosiasi. Hih!
Tips berikutnya: saya pernah dikirimi teman sebuah kalender Ramadhan untuk anak. Jadi ada checklistnya hari itu puasa atau nggak, ada cerita apa yang menarik terkait puasa mereka dan lain-lain. Terus ada gambarnya lucu-lucu gitu… Kalender ini diisi tiap hari.
Tips kalau lagi senggang: ajak anak memasak menu buka puasa mereka. Bisa sekedar meracik ta’jil yang gampang, atau beneran diajak masak kwetiau goreng, atau semur daging buat buka puasa. Seru aja main masak-masakan sambil mendekati jam buka puasa 🙂
Tips terakhir: mengajak anak-anak sharing cerita setiap sebelum tidur. Ini sebenarnya kebiasaan sehari-hari termasuk di luar bulan Ramadhan. Jadi sekitar 10 menit sebelum tidur, saya tanya ke anak-anak, “Gimana suasana hatimu hari ini? Mendung? Hujan? Matahari? Atau pelangi? Atau pelangi dengan glitter dan unicorn? Kenapa sebabnya?”
Jawaban mereka kadang tak terduga… misalnya si Adek bilang, “Suasana hatiku pelangi, pakai glitter dan ada unicorn (ini artinya riang gembira banget) karena hari ini aku bisa makan nasi pakai rendang! Pedes tapi enak!! (Jadi selama ini makan rendang itu tantangan yang harus ditaklukkan buat dia, penasaran tapi kepedesan).
Buat kamu yang berpuasa bareng anak atau keponakan, ada tips apa biar mereka tambah semangat puasanya? Share yuk?
Juni 21, 2017 pukul 6:35 pm
yg pasti pas sahur ga nyetel tv.
yang ada mata ke tv, makanan ga disuap, sementara clock is ticking.
Juli 12, 2017 pukul 11:35 am
iya bener, kami sahur nggak pernah sambil menyalakan TV. fokus makan dan ngobrol aja.
Juni 14, 2017 pukul 3:14 pm
wah, salfok sama rambutnya di foto pertama!
Juni 15, 2017 pukul 7:11 am
Hahaha… Jakarta sumuk kak…
Juni 14, 2017 pukul 2:16 pm
Wah ternyata Adeline udah puasa yaa, padahal sore2 masih suka main sepeda sama anak2… hebaat…
Juni 15, 2017 pukul 7:12 am
hehehe… terima kasih mbak Shinta. Adeline masih puasa 1/2 hari kok mbak, latihan 🙂
Juni 14, 2017 pukul 4:25 am
Kalau trik saya sederhana mbak. Saya buka puasa dengan kurang lebih 50 anak TPQ, setelah ngaji selesai mereka saya kumpulkan jadi satu dan saya biarken mereka bermain, kadang nimbrung dengan mengajak mereka ikut kuis atau membacakan mereka sebuah kisah. Ya sesederhana itu, intinya anak-anak akan asyik berada di sisi banyak temen.
Juni 15, 2017 pukul 7:12 am
wow… 50 anak! mantap!
Juni 14, 2017 pukul 3:56 am
mbak. umur berapa mengenalkan puasa ke anak mbak? mulai sahur gitu atau dari mana ya?
Juni 15, 2017 pukul 7:13 am
kalau aku sejak kelas 1 SD, karena mrk udah tertarik dan bisa diajak latihan puasa, plus di sekolah teman2nya banyak yg udh puasa 1/2 hari juga. Iya, mulai sahur.
Juni 15, 2017 pukul 7:49 am
makasih sarannya mbak 😊
Juni 16, 2017 pukul 10:54 am
Dengan senang hati 🙂