Bagi pekerja di Jakarta seperti saya, mungkin kamu juga, tuntutannya nggak cuma giat bekerja tapi juga harus ekstra sabar menghadapi kondisi jalan raya menuju tempat kerja yang macetnya seolah tak berkesudahan. Jakarta ini sejak tahun 2015 sudah dinobatkan oleh Time.com sebagai kota PALING MACET SEDUNIA loh… *slow clap*
Ini saya kutip artikel di Time:
Jakarta is the worst city in the world for traffic jams, according to new index created by motor oil company Castrol. Drivers in the Indonesian capital are stopping and starting their cars 33,240 times per year on the road, a Castrol study found. After Jakarta, the worst cities for traffic jams are Istanbul, Turkey; Mexico City, Mexico; Surabaya, Indonesia; and St. Petersburg, Russia.
DUA KOTA DI INDONESIA masuk ke dalam jajaran sepuluh besar kota-kota dengan kemacetan paling parah sedunia. Bangga? Tentu tidak. Tapi apa boleh buat. Saya memang tinggal dan cari makan di Jakarta, so I have to bear with it. Sebagai warga Jakarta, saya harus mengakalinya dengan beragam cara agar tetap waras.
Gimana biar tetap waras?
Menyetir mobil sendiri dengan kondisi lalu lintas yang selalu macet, bagi saya jelas bukan pilihan menarik. Selain pegel dan jadi boros uang buat BBM dan parkir, pilihan ini artinya saya juga ikut menyumbang kemacetan. Makanya saya membulatkan tekad menjual mobil tahun lalu. Sekarang tanpa mobil pribadi, saya mengandalkan transportasi online untuk pergi ke tempat kerja, maupun pergi sama anak-anak.
Khusus untuk pergi kerja, belakangan ini saya lebih sering pilih membonceng motor melalui transportasi online berbasis aplikasi, salah satunya Grabbike. Nah, belakangan saya dikasih tahu Mira kalau bisa nebeng melalui GrabHitch, dan katanya ini lebih dari sekedar nebeng! Ahay!
Apa Kelebihannya?
Beda dengan transportasi online yang biasa, dimana ada full time driver yang mengangkut penumpang, kalau GrabHitch ini konsepnya adalah ride sharing, berbagi kendaraan dengan orang lain yang butuh. Jadi pengemudi GrabHitch adalah para pekerja yang mendaftar di applikasi Grab agar bisa berbagi kendaraan dengan orang lain yang searah.
Bayangkan begini. Hamish tinggal di Gandul-Cinere dan bekerja di kawasan Blok M. Setiap hari dia berangkat jam 6 pagi naik motor sendirian, pulangnya kadang jam 5 sore, kadang lebih malam. Nah, dari pada setiap pagi dan sore Hamish naik motor sendirian, dia mendaftar di apps GrabHitch dan bersedia memberi tumpangan di sekitar rute yang dia jalani setiap harinya, dengan imbalan yang sudah diperhitungkan pantas oleh Grab.
Dengan begitu Hamish senang karena mendapat tambahan penghasilan tanpa harus mengganggu pekerjaan tetapnya. Pengguna Grab pun senang karena ini artinya semakin banyak armada yang siap mengangkut mereka.
Nebeng Plus-plus!
Sebagai pengguna transportasi online setiap hari, sehari bisa 3-4 kali perjalanan, saya dengan senang hati mencoba GrabHitch. Karena penyedia tebengan umumnya adalah para pekerja dari beragam profesi, jadi saya sebagai penumpang bisa sekalian kenalan dan networking. Siapa tahu dapat klien, atau jadi bisa kerja bareng gitu kan lumayan banget ya?
Nah, rute saya kebetulan searah sama Hamish. Agar saya dan Hamish (atau pengemudi lain) bisa saling menyesuaikan jadwal, saya bisa memesan tumpangan ini sejak 7 hari sebelumnya loh! Asik kan bisa menyusun jadwal selama seminggu ke depan dan sudah tahu akan dijemput GrabHitch. Jadi pas detik-detik menjelang keberangkatan saya nggak perlu lagi membuka apps untuk memesan transportasi online. Fitur ini menjadi penting kalau perlu berangkat pagi hari dimana biasanya armada transportasi online lagi sibuk dan lebih sulit didapatkan.
Tapi bila diperlukan mendadak tanpa pemesanan, GrabHitch tetap akan mencarikan pengendara yang available dan akan mengirim sms begitu pengendara tersedia. Berhubung para pengendara ini adalah pekerja seperti saya (dan mungkin kamu), jangan harapkan mereka muncul dengan jaket dan helm berlogo Grab. Nggak… mereka bisa aja muncul dengan helm Doraemon seperti abang yang menjemput saya ini.
Lalu gimana soal tarifnya? Ya bayar aja sesuai yang tertera di applikasi. Saya sudah mencoba sekali, dan untuk rute yang saya perlukan tersebut, tarifnya sangat ramah di kantong. Selain itu, dengan konsep ride sharing ini jadinya lebih sedikit kendaraan yang beroperasi di jalan raya Jakarta, artinya kita nggak nambahin macet dan bantu-bantu meminimalkan polusilah. Yuk cobain? ***
April 14, 2017 pukul 11:56 pm
Wah baru tahu ada GrabHitch, Mbak. Dulu tahunya ada Komunitas Nebengers yang mirip-mirip gini. Tapi nggak ada tarif tertentu, kesepakatan yang nebeng dan nebengin aja. Hehe..
April 15, 2017 pukul 11:17 am
Nah iyaaa.. GrabHitch ini relatif baru memang. Cobain deh 🙂
April 15, 2017 pukul 6:57 pm
Di Jogja belum ada Grab deh kayaknya Mbak. Baru Gojek sama Uber aja. Hehe.
April 17, 2017 pukul 11:26 am
Waaah.. semoga segera hadir di Jogja. Pasti banyak yang menawarkan diri memberi tebengan dalam grab hitch 🙂
April 8, 2017 pukul 4:23 pm
Keceeee. Jangan lupaa folback kakaaaa
April 8, 2017 pukul 7:56 pm
Okeee…
April 8, 2017 pukul 2:55 pm
naik sepeda Un
April 8, 2017 pukul 7:56 pm
Ide bagus! Aku bisa nebeng?
April 9, 2017 pukul 12:27 pm
ga lah, berat hehehe, sepedaan bareng maksudnya un
April 10, 2017 pukul 10:51 am
Hahaha… Kirain bisa mbonceng! hayuklah, selama di jalan aspal/keras aku sanggup, klo sepedaan off road aku nyerah 🙂
April 10, 2017 pukul 12:06 pm
Okay, nanti kabar-kabaran lagi 😀
April 6, 2017 pukul 3:54 pm
Wah…menarik ya sistem nebeng plus plus…bener bener plus plus deh keuntungannya….
Saluuuuuttt!!!!
April 7, 2017 pukul 12:31 pm
Semoga bisa segera mencobanya 🙂
Maret 30, 2017 pukul 4:49 pm
Menarik banget apps-nya. Ini fitur baru Grabbike ya kak? Jadi pengin nyoba
April 2, 2017 pukul 7:10 pm
Iya, hayuk dicoba! Sudah download apps Grabbike belum?
Maret 30, 2017 pukul 12:00 pm
wih boleh tuh mbak aplikasinya 😀
Maret 30, 2017 pukul 4:48 pm
Boleh banget! Cobain deh?
Maret 30, 2017 pukul 7:24 am
Baca ini aku jadi inget mau pesen buat nanti sore :))
Maret 30, 2017 pukul 8:45 am
Ayo pesan! Pesan yang banyak!
*eh, ini bukan pesen pizza*
Maret 30, 2017 pukul 7:05 am
Helmnya doraemon :))))
Maret 30, 2017 pukul 8:45 am
So cute kan? Kayak yang makai… 🙂
Maret 29, 2017 pukul 10:11 pm
Tua di jalan katanya klo nunggu macet di Jakarta
Menarik artikelnya mbak 😀
Maret 30, 2017 pukul 8:47 am
Hahaha… benar sekali!
Maret 30, 2017 pukul 9:17 am
Surabaya aja macet kok
Maret 30, 2017 pukul 10:37 am
Sisca arek Suroboyo? Aku hanya bbrp kali ke Sby, dan iya, maceeet… sedih.
Maret 30, 2017 pukul 10:38 am
Iya, aku dari suroboyo
Punya family di jakarta
Super macetnya
Maret 30, 2017 pukul 10:57 am
Waaah… dua kota dalam hidupmu kebetulan kok ya masuk daftar atas yang paling macet se-Indonesia. Semangat yaaa..
Maret 30, 2017 pukul 11:00 am
Semangat juga Tika 😀