Woohhooo… Doa anak baik biasanya dikabulkan, katanya, maka dulu saya sempat berdoa semoga bisa main ke Lembah Harau lagi karena pertama kali ke Lembah Harau pas libur lebaran ya ampuuun ramai dan jorok. Sampah kemasan & botol plastik berceceran dimana-mana, di tepi jalan sejak dari parkiran hingga ke air terjun dan tempat-tempat lain. Anyway, ceceran sampah ini sudah pernah saya tulis, saat ini kita fokus pada makanan saja. Siap?
Lembah Harau dapat ditempuh selama 45 menit naik mobil dari kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Tempat ini indah dan punya kesan misterius di balik tebing-tebingnya. Begitu memasuki kawasan Lembah Harau yang dikelilingi gunung, saya langsung membayangkan sebuah setting film silat Cina klasik dimana jagoannya berlari vertikal di dinding tebing dengan ilmu meringankan tubuh. Wuuzzz… wuuuzzz… #penginBisaSilat #apadayaSplitAjasusah
Di Lembah Harau ada beberapa air terjun dan kolam pemandian. Sewaktu kami ke sana bareng teman-teman yang tukang makan semua ini, sayangnya hanya sempat mampir ke satu air terjun saja. Di sini aja kami sudah berfoto tiada henti, seakan tidak ada hari esok 🙂 #anakMudaHausFoto #TakApaAsalHalal
Oh, di sini Shasya kegirangan karena menemukan jagung bakar yang katanya juara nasional. Saya percaya aja deh sama penilaian Shasya, dari pada saya harus jadi juri lomba jagung bakar?
Sambil duduk-duduk syantique, teman saya Terry terpesona menemukan satu spesies makanan yang unik dan enak! Ada yang bilang namanya Laweh, ada pula yang menyebutnya Lasa. Bebas deh… Yang jelas enak!
Terbuat dari karupuak a.k.a kerupuk a.k.a opak lebar dengan topping mie dan sambal yang diracik saat pembeli pesan. Kunci kenikmatan ada pada opak alias karupuaknya. Opak ini harus digoreng dengan minyak goreng yang baik agar renyah dan menggelinjang saat digigit. Lalu saus kental yang mirip kuah sate padang dioleskan di permukaan opak ini, lalu ditaburi mihun, lalu sentuhan akhirnya diberi sambal merah merona. Siap santap!
Saya pun tergoda mencobanya. Ternyata rasanya gurih pedes gitu… Rasa ini sangat ditentukan oleh racikan saus kentalnya. Nah, kalau cara makannya dilipat dua lalu digigit, maka jadilah Taco the Minang style.
Tentu makanan ini hanyalah satu diantara sejuta ragam jajanan Minang lainnya. Lihatlah ini parade jajanan Minang, mulai dari Sala Lauak, Rakik Maco, Pinokuik, Lamang Baluo, Paragede dan Pisang Kapik, mana yang kamu suka buat ta’jil berbuka puasa?
Dari semua jajanan itu, saya jatuh cinta sama Sala Lauak, karena makanan ini enak dicemilin, kalau mau juga bisa pakai nasi biar kenyang. Orang Indonesia banget, apa-apa pakai nasi biar kenyang. #wanitamandirimakannyabanyak
Resepnya sederhana, dari tepung beras, ikan teri (di Minang ikan teri kecil-kecil ini namanya Maco… rada nggak sesuai ya nama sama bentukannya tapi memang begitulah nasib baiknya), diadoni dengan bumbu halus yang terdiri dari BMBP, jahe, kunyit, garam dan cabai.
Berikut ini sejarah Sala Lauak:
Jaman dahulu kala di sebuah nagari di Sumatera Barat, dua orang perempuan yang bertetangga saling berlomba siapa lebih cantik. Sebut saja namanya Uni Mawar dan Uni Melati. Uni Mawar iri karena Uni Melati kini lebih cantik dengan hidung mancung dan rahang lancip sepulang dari liburan di Korea. Maka Uni Mawar mengendap-endap masuk ke dapur Uni Melati dan menghancurkan sekarung beras di dapur itu hingga remuk menjadi bubuk.
Uni Melati tidak terima. Besok malamnya dia gantian mengendap-endap masuk ke dapur Uni Mawar. Dilihatnya ada sekeranjang ikan teri alias maco di dapur, lalu dengan penuh ambisi dia hancurkan ikan teri itu hingga menjadi bubuk. Besok paginya Uni Mawar berteriak-teriak histeris menggedor rumah Pak RT, melaporkan ulah Uni Melati. Uni Melati pun tidak terima, mengadukan ulah Uni Mawar malam sebelumnya.
Pak RT pusing tujuh keliling. Dia ingin warga di nagari yang dia pimpin bisa hidup damai dan bijaksana bagaikan cerita di novel Haruki Murakami.
Maka Pak RT menumpahkan beras dan ikan teri yang sudah menjadi tepung itu dalam satu baskom, menuangkan air mendidih dan menghukum kedua Uni dengan menyuruh membuat bulatan-bulatan dari adukan itu. Delapan jam kemudian, jadilah bulatan-bulatan satu tampah… sayang kan kalau dibuang. Akhirnya Uni Mawar dan Uni Melati bergantian menggorengnya. Maka jadilah SALA LAUAK… bukan SALA TETANGGA…
Kamu punya cerita asal-usul Sala Lauak yang lebih seru? Silakan dishare di sini 🙂
Kalau ke Payakumbuh jangan lupa makan sate dangung-dangung yang asli, atau ke Bofet Sianok yang iconic. Sementara di kota Padang jangan lupa mampir ke kota tuanya yang instagrammable dan makan siang di Pagi Sore asli yang berdiri sejak tahun 1947 (pegel banget kan?).
Juni 25, 2020 pukul 8:35 pm
Makanan kita waktu kecil di kampung tuh.
Juni 26, 2020 pukul 12:43 pm
sedap banget… aku suka!
Juni 26, 2020 pukul 1:32 pm
😁
Ping-balik: Apa Beda Nasi Kapau Dan Nasi Padang? | BLOG Swastika Nohara
Ping-balik: Ketan Srikaya Paling Enak Sedunia | About life on and off screen
Juni 24, 2016 pukul 9:52 am
Kerupuk pakai kuah ya jadi melempem dong kak
Juni 24, 2016 pukul 12:50 pm
Tep enak!
Juni 10, 2016 pukul 3:30 am
Gak focus gara-gara hashtag #wanitaMandiri. LOL.
Juni 10, 2016 pukul 3:52 pm
Hahahaha… Gitu deh kalau ngeblog sambil galau 😀
Juni 8, 2016 pukul 12:20 pm
Udah dibilang itu Jagung Bakar paling enak senusantara. Entah efek air terjun di Lembah Harau, entah efek gosip online goes offline. Pokoknya enak!
Juni 8, 2016 pukul 11:37 pm
Gosip online goes offline? Apakah itu???
Juni 9, 2016 pukul 12:56 am
nanti aja pas off line lagi.
Juni 8, 2016 pukul 8:06 am
ah pengen ke lembah harau lagiiii, kok dulu aku nemu Sala lauak ini yaa…cuma nemu pensi (kerang kecil2 yang dibumbu) eh tapi itu sih di danau maninjau ya 😀
Juni 8, 2016 pukul 8:06 am
errr typo….gak nemu maksudnya 😀
Juni 8, 2016 pukul 8:38 am
Hehehe.. agak mengernyitkan kening pas baca komen pertama, tapi sdh menduga ada typo sih 🙂
Juni 8, 2016 pukul 8:39 am
Iyaaa… aku nemu pensi juga tapi di pasar Bukittinggi, katanya dari kerang danau Maninjau. Dita suka pensi?
Juni 8, 2016 pukul 7:24 am
Taco ala Minang itu ada juga di kampung saya, tapi gak pakai mie/bihun.
Jadi terinspirasi menulis tentang lamang baluo ala saya. Lamang baluo ini sewaktu saya kecil menyangkut tradisi dan perayaan keagamaan.
Juni 8, 2016 pukul 8:39 am
Oya? Di kampungmu taco ala Minang ini apa namanya?
Juni 9, 2016 pukul 3:29 am
Karupuak kuah. Kan kampung saya di Minang juga, 🙂
Juni 9, 2016 pukul 11:54 am
Karupuak kuah it is! Minangnya di kota apa?
Juni 8, 2016 pukul 7:23 am
Aku jatuh hati sama suasana lembah harau ini, syahdu dan teduh.
Tapi aku ngak makan kerupuk nya ihik ihik
Juni 8, 2016 pukul 8:40 am
Bener banget, syahdu merayu gitu! Btw minta digojekin aja kerupuknya Cum?