Dulu waktu masih mahasiswa, saya pengin banget segera punya rumah sendiri biar bebas mau saya cat warna apapun dan bebas dikasih dekorasi yang saya suka. Soalnya dulu kan anak kos, misalnya pas lagi kepengin mau menghias kamar kos, langsung mikir “Ah cuma tinggal di sini sementara dan ini punya ibu kos,”… Jadi batal. Namanya nge-kost ya terima aja apa-adanya, yang penting listrik dan air nyala. Ya kan?
Lulus kuliah terus kerja, masih nge-kost juga. Setelah bekerja keinginan untuk punya rumah sendiri semakin menggebu karena ada aja kejadian berujung drama di kost-an. Dulu sih masih kuliah temen kostnya kompak dan baik banget, temen-temen seangkatan meski beda-beda fakultas.
Ceritanya udah kerja pindah kost ke Benhil biar deket ke Wisma Intiland. Nah sama temen-temen kost yang ini saya nggak akrab, karena sebagian besar (termasuk saya) pergi pagi dan pulang malam, di kost cuma mandi sama tidur. Karena nggak akrab (cuma tau nama doang, itu pun kadang lupa) jadinya jujur aja saya suka sungkan bertanya kalau misalnya susu cokelat kotak yang saya simpan di kulkas hilang… Jreeeeng…. Nggak mahal sih makanannya, cuma ngeselinnya itu!
Sempat pengin punya rumah kayak di atas itu. Hehehe..
Lagi pula, masa iya mau nge-kost terus? Saya pernah nempel poster peta Jakarta segede gaban di dinding kamar kost, terus 2 sisi dinding kamarnya saya cat ijo tosca (aslinya putih), eh ketahuan ibu kos, eh disuruh balikin ke warna semula… DUH! Akhirnya saya bertekad kuat, sebelum umur 30 harus sudah beli rumah sendiri, apa pun caranya.
Ketika akhirnya sudah punya cukup dana, saya browsing cari rumah dijual di Jakarta Selatan karena area ini paling sedikit terimbas banjir musim hujan. Saya khatam sama banjir selama kost di Benhil! Langit mendung aja saya deg-degan, berdoa agar hujannya bentar. Di Benhil dulu, hujan monyet aja bikin banjir loh! Untung banjirnya bukan banjir monyet.
Waktu itu saya belum kepikir beli apartemen, karena belum terlalu booming atau saya-nya nggak update dengan perkembangan tren properti. Di benak saya, pengin beli properti ya cari rumah. Rumah second, kecil gapapa, yang penting bebas banjir, ada halamannya dan lokasinya masih di DKI, nggak mau Cinere (yang masuk Depok), Bekasi atau Tangerang Selatan, karena saya nggak mau bohong sama orang tua.
Orang tua kan kadang ngomong sama teman atau kenalannya, “Anak saya tinggal di Jakarta…” padahal saya tinggalnya di Bintaro yang udah masuk Tangerang Selatan. Kan bohong sama orang tua ya? Kan bikin dosa ya? 🙂
Masih kepengin punya living room kayak foto di atas 🙂
Akhirnya terbeli deh sebuah rumah di Cilandak Barat, Jakarta Selatan, dari sepasang suami istri yang baik sekali. Sang suami yang PNS kabarnya mau pindah dinas ke Jogja, makanya mereka jual rumah cepat. Nah, setelah 5 tahun tinggal di rumah ini, anak sulung saya mau masuk SD dan saya memutuskan untuk membeli properti yang dekat dengan lokasi SD si kakak agar dia bisa jalan kaki ke sekolah. Alasan yang lebay untuk beli properti?
Tidak juga. Karena akan ada 6 tahun si kakak sekolah di SD plus 3 tahun si Adek yang harus diantar jemput. Kalau sekolahnya jauh dan macet, kan malas yaaa… buang waktu, tenaga dan uang buat antar jemput. Belum lagi si anak stress kalau kelamaan macet di jalan. Jadi saya jual rumah lama, sambil memproses pembelian rumah baru (ya rumah second juga sih, tapi bagi saya kan baru). Nah, saya baru tau kalau PROSES MENJUAL RUMAH ITU MELELAHKAN FISIK DAN MENTAL.
Saya pasang iklan online dan koran. Salah satunya di website Rumah123 lalu siap-siap HP saya diserbu telefon dan sms dari orang yang mau datang lihat rumah. Nah, saya harus jadi host yang baik, menunjukkan seluk-beluk rumah, menjawab semua pertanyaan dan merespon komentar orang atas rumah saya dengan senyum walau kadang KOMENTARNYA NGESELIN! Hahaha…
“Rumahnya enak, adem, kokoh, tapi sayang depannya jalan buntu ya… sempit lagi cuma muat satu mobil,”
Ya kali jalan depan rumah punya bapak saya yang bisa saya lebarin sesuka hati? Hih! Beragam kisah dramanya, termasuk SMS porno, pernah saya posting, klik ini :)))
Pokoknya semua yang bikin bete harus ditelen aja, yang penting rumah cepat laku. Dari yang tadinya semangat, masuk bulan ke-tiga jual rumah, saya mulai stress. Dan semua proses ini saya kerjakan sendiri, karena suami saya nggak mau ikut repot… Laki-laki emang suka curang 🙂
Akhirnya setelah melalui proses panjang, rumah lama terjual dan bisa beli properti baru yang dekat sekolah anak. Lega rasanya punya tempat berteduh dan tempat pulang bagi kedua anak saya hingga mereka dewasa nanti. Sekarang terpikir beli properti dengan alasan investasi, tapi masih belum cukup dananya. Hehehe…
Kalau kamu, apa saja alasanmu beli properti?
Coba deh, posting alasanmu beli properti di akun sosmedmu (bisa twitter, IG, Youtube atau Facebook) dengan hashtag #123AlasanBeliProperti boleh juga mention @rumah123 segera. Soalnya ada hadiah hingga 20 juta dan voucher-voucher IKEA serta INFORMA senilai jutaan rupiah buat siapapun yang alasannya kreatif dan seru. Kalau mau baca selengkapnya klik ini. Atau tonton ini. Saya juga ikutan lombanya loooh… Udah ngetwit dan posting di IG beberapa kali.
Mau kan voucher belanja dan hadiah lainnya? Yuk ikutan?
Juni 24, 2016 pukul 9:50 am
kLo aku sih karena udah bosen ngekost terus. Punya rumah enak juga ndak usah bayar uang kost. Tapi tetep harus bayar listrik sama air pam deng ya :))
Juni 24, 2016 pukul 12:49 pm
IYa :))
Juni 1, 2016 pukul 12:28 pm
Kalau belum punya rumah ya buat ditinggali, kalau sudah punya rumah ya buat investasi dan bisa disewakan. Ya toh? Atau apartemen sih biar lokasinya bagus, karena lokasi kan sangat sangat sangat penting apa lagi kalau mau disewakan.
Juni 1, 2016 pukul 1:02 pm
Setuju banget! Cuma yg lokasi bagus biasanya mahal ya
Mei 30, 2016 pukul 7:29 pm
Wah keren kali tu gambar yang nomor dua, cocoknya interior macam tu buat aku! Pengin punya apartemen aja, biar kekinian dan biar di tengah kota dan ada kolam renangnya. Repot kan kalau beli rumah mesti bikin kolam renang sendiri! hahahaha…
Mei 30, 2016 pukul 8:47 pm
Repot sih enggak ya, bisa panggil tukang. Tapi mahal, itu iya jelas 🙂
Mei 30, 2016 pukul 10:16 am
Kalau aku sih pengin beli properti alesannya standaaaar… biar ada tempat berteduh dan nggak nebeng orang tua terooosss… Alasan sejuta umat yaaaaa?
Mei 30, 2016 pukul 1:29 pm
Iya, alasan sejuta umat ini justru penting, menggambarkan semua manusia punya kebutuhan yang sama kan