Sumbawa, 10 April 2016. Alunan musik gambus mengalun syahdu di bawah satu-satunya pohon di sebuah pulau kecil bernama Gili Gambus siang itu. Mustafa Daood memetik sitarnya dengan sepenuh hati, melantukan lagu Malam Ini yang dipopulerkan grup musiknya, DEBU. Spontan warga ikut bersenandung. Saya pun terhanyut… turut mengangguk-anggukkan kepala dan melafalkan liriknya. Meresapi irama dan lirik lagu ini, saya merasa siang yang panas mendadak jadi teduh…
Gambus is not my cup of tea. Sudah puluhan tahun sejak terakhir kali saya mendengarkan irama gambus secara utuh. Namun siang itu di Gili Gambus saya terlena oleh alunan musik gambus bersama puluhan warga setempat. Suasana pertunjukan out door, di pantai, serta kesungguhan hati Mustafa Daood membawakan karya musiknya adalah perpaduan pas untuk penyejuk jiwa.
Ada apa tiba-tiba Mustafa Daood, icon grup musik DEBU, tampil di sebuah pulau terpencil di Sumbawa?
Latar belakangnya membawa kita menengok jauh ke belakang, hingga 201 tahun lalu saat Gunung Tambora meletus di bulan April tahun 1815. Letusan gunung Tambora ketika itu menciptakan hujan abu vulkanik hingga ke Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Maluku. Bahkan efeknya terasa hingga ke Eropa dan Amerika. Mengutip sebuah sumber:
Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.
Wow… Kebayang nggak apa impaknya kalau letusan gunung berapi sedasyat itu terjadi di jaman modern saat arus informasi dan social media bergemuruh tanpa henti?
Tak heran setiap tahun dilakukan peringatan atas peristiwa tersebut sekaligus untuk memperkenalkan wisata Tambora kepada dunia. Bertajuk Ziarah Tambora-Moving Festival, peringatan tahun ini unik sekali. Namanya moving festival ya, bergerak! Jadi festival ini diadakan berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di sekitar Gunung Tambora di Sumbawa selama tanggal 7-17 April. Yup, masih 3 hari loh! Kalau kamu terbang ke Sumbawa hari ini, masih bisa nonton festivalnya.
Tak hanya pertunjukan musik yang melibatkan 16 seniman dari 12 negara, tapi juga ada teater, sedekah laut, lomba mancing, parade perahu hias, Tambora trail run dan pemutaran film “Tambora dan Climate Change: A Year Without Summer”. Budayawan Taufik Rahzen adalah salah satu sosok di balik festival ini.
Rencananya festival ini akan diadaka secara berkala setiap tahun, semoga dengan line-up yang semakin seru. Jadi kalau terlewat festival tahun ini, masih bisa datang tahun depan. Nah, lalu bagaimana caranya kalau mau datang ke Gili Gambus dan Gili Tapan, pulau kecil lain di Teluk Saleh, Sumbawa?
Transportasi
Naik pesawat ke Sumbawa Besar (biasanya transit di Praya, Lombok) lalu naik mobil sekitar 1 jam ke Pelabuhan Jonggar. Dari situ bisa naik kapal warga atau menyewa (kalau datang ramean enakan sewa, bisa patungan) ke gili atau pulau manapun di sekitar Teluk Saleh. Banyak pulau-pulau kecil yang cantik di perairan ini, seperti Gili Tapan, Gili Gambus, Pulau Meriam Besar, Pulau Meriam Kecil dan agak jauh sedikit bisa ke Pulau Moyo atau Satonda. Yak, silakan menikmati foto-fotonya:
Pelabuhan Jonggar, point penyeberangan dari Sumbawa Besar ke gili-gili di sekitarnya. Foto aerial di atas dipersembahkan dengan penuh dedikasi oleh kawan saya, Saifanah.
Bening ya? Pengin nyebur kan… ya kan? Ikan-ikan keci berenang menggemaskan!
Foto yang satu ini dijepret oleh kawan saya, si Bolang. Tampak Mustafa Daood (duduk di pohon, kaus hijau) dan beberapa musisi lain main musik di Gili Gambus, dinikmati bersama warga. Sebelah kiri Mustafa itu, yang berkaus coklat, adalah musisi dari Meksiko, kalau dari jarak dekat baru kelihatan gantengnya 😀
Foto terakhir itu penting nggak penting, sebagai bukti otentik aja kalau kami beneran ke sana 😀 Hehehe…. Terlihat jelas kan, siapa di antara kami yang kemana-mana langsung jadi idola dan dikerubutin anak-anak setempat?
Akomodasi
Di Sumbawa Besar ada pilihan tempat menginap seperti Samawa Hotel transit atau Hotel Tambora. Kami menginap di kedua hotel itu, bergantian. Fasilitasnya mirip, harga setara, keduanya terletak secara strategis, tapi saya pribadi lebih suka Samawa hotel transit karena lebih bersih, lebih nyaman dan pilihan hidangan sarapannya lebih beragam.
Bisa menginap di Gili Tapan, ada beberapa rumah penduduk yang bisa menerima tamu, jadinya semacam home stay gitu. Tapi bila ingin island hopping dan pulang ke Sumbawa Besar di sore hari juga oke. Para musisi manca negara itu pada tidur di tenda di puncak bukit Gili Tapan yang menghadap ke laut. Seru kayaknya!
Bisa juga live-on-board alias menginap di atas kapal dan berkeliling di sekitar Teluk Saleh. Saya belum mengeksplorasi option ini, semoga tahun depan 🙂
Budget
Tiket pesawat Jakarta-Sumbawa dengan Batik Air seharga Rp 750.000, atau dengan Garuda seharga Rp 1.050.000. Bisik-bisik sama abang yang membawa kami ke Gili Tapan, katanya bisa mengantar pengunjung dari Sumbawa ke Gili Tapan dengan tarif Rp 400.000-500.000 PP. Hotel di Sumbawa besar kisaran harganya antara 300-500 ribu. Jadi silakan dihitung sendiri berdasarkan kebutuhan, dan berapa lama mau di sana.
Persiapan lain
Sumbawa masih terhitung sebagai salah satu daerah endemik malaria di Indonesia, jadi perlu hati-hati. Boleh minum pil anti malaria atau minimal pakai lotion anti nyamuk sebagai pencegahan. Sebaiknya membawa snorkel dan perlengkapan sendiri kalau mau nyebur, karena pulau-pulau di Teluk Saleh ini masih sangat alami, belum tersentuh pedang bermata dua bernama industri pariwisata.
Sinyal GSM di sekitar Teluk Saleh juga masih sulit, kadang ada, sering tiada. Jadi beri tahu kekasih dan handai taulan kalau kamu bakal susah ditelefon, apa lagi di whats-app. Bagi saya, ketiadaan sinyal GSM ini adalah blessing in disguise, kita jadi bisa fokus menikmati keindahan dan kemurnian alam. Ya kan?
Jadi, tahun depan pas ada Ziarah Tambora, kita ke Sumbawa bareng yuk?
Juni 15, 2016 pukul 10:46 am
tiket jakarta sumbawa sama dengan tiket jakarta jogja kala weekend.. menarik banget.. tambora ini salah satu destinasi wisata yang masih di angan, tentu sekalian ke gili saja..
sempet punya harapan lebih mudah jelajah indonesia sebelah timur pas daftar kerja taun lalu, eh tinggal selangkah malah nggak lolos dan pupus harapan kerja sambil menikmati indonesia timur.. sampe sekarang pake WITA ya baru di Bali doang.. semoga nanti ada waktu kesini lah.. 😀
Juni 15, 2016 pukul 10:51 am
Wah iya, sangat seru menjelajah Indonesia ke arah timur, terus sampai Merauke.
Semoga ada kesempatan lain buat keliling Indonesia yaaa… semesta memberkati 🙂
Mei 5, 2016 pukul 8:53 am
jadi pengen ziarah tambora tahun depan….bening banget lautnya…foto drone nya baguss banget….
Mei 8, 2016 pukul 12:18 pm
Iyaaaa… tahun depan diagendakan, bulan April. Yuk?
April 21, 2016 pukul 1:13 pm
Cantik sekali pulau dan lautnya. Beruntung sekali mbak, bisa ke Sumbawa pas ada festival. Mupeng euy, tapi saya jadikan inspirasi 🙂
April 19, 2016 pukul 9:49 am
Ada musik gambus trus semua goyang dong hahaha
April 19, 2016 pukul 11:07 am
Hahaha… minus goyang, gerah banget soalnya 😉
April 16, 2016 pukul 11:23 pm
Fotonya keren ih.
April 19, 2016 pukul 7:38 am
makasih kak 🙂
April 16, 2016 pukul 7:49 am
Foto2nya juara kaka
April 16, 2016 pukul 12:19 pm
Makasih Richo 🙂 Penulisnya nggak juara? 😀
April 15, 2016 pukul 7:22 pm
jangankan ke tambora.. tingkat ke merapi aja aku pengen ikutan Kak.. apalagi klo kakak yang ngajak dan aku ikutan dalam paket team hore2nya kak Tika 😀
April 16, 2016 pukul 12:18 pm
Hahaha… Apa pula itu paket hore-horenya Tika? Tika mah nggak punya paket apa-apaaa….
April 15, 2016 pukul 4:31 pm
Beneeer kan kita gak jadi balik lagi ke gili gambus dan photo diatas bukit hijau itu! Heehee untung sempat photo-photo sepuasnya disana ya
April 16, 2016 pukul 12:18 pm
Iya, next time, don’t wait for the second chance, JUST DO IT! Ya kan?
April 15, 2016 pukul 1:08 pm
cantik banget pemandangannya, mbak 🙂
sungguh bikin mupeng dan nyebur (eh tapi ga bisa renang, hehe).
semoga suatu saat ada kesempatan ke sana
April 16, 2016 pukul 12:16 pm
Amin! Once in a lifetime Endah, kudu ke perairan Sumbawa, pakai pelampung aja snorkeling. Yuk?
April 15, 2016 pukul 11:39 am
mau bangeeeet ke Sumbawa
April 15, 2016 pukul 12:33 pm
Yuk Dit, April 2017 ya?
April 14, 2016 pukul 8:27 pm
Ikuttttt lagi yok kak tahun depannnnn 🙂
April 15, 2016 pukul 12:34 pm
Yuk bangetttt!
April 14, 2016 pukul 6:00 pm
Wagh keren ya… Sejak lama pengen jelajah ke Indonesia agak timur… Tapi belom sempet sempet…
April 15, 2016 pukul 12:35 pm
Ayok disempatkan, April 2017 ke Sumbawa ya?
April 14, 2016 pukul 5:59 pm
Duh jadi lap iler melihat foto-foto Mbak Ika. Letusan itu telah meluluh lantakan banyak kehidupan. Tapi peninggalannya jug menghidupi ya Mbak 🙂
April 15, 2016 pukul 12:35 pm
Bener banget, paling nggak tanah yg kesiram abu vulkanik jadi subur!