Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang putri bernama Dayang Merindu di sebuah desa di tepi hutan di kawasan Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan. Sebagaimana layaknya putri, Dayang Merindu berparas cantik jelita meski tanpa polesan make up dari Korea. Seandainya Dayang Merindu hidup di jaman modern ini, pasti kemolekan parasnya sudah membuat dia direkrut jadi personel SNSD, girl band yang anggotanya cantik semua.
Namun Dayang Merindu adalah putri yang bersajaha. Dia tidak suka glamornya panggung K-Pop apalagi main sinetron. Tidak. Dayang Merindu lebih suka menyendiri dan menulis bait-bait puisi di dalam goa yang memang menjadi tempat tinggalnya.
Goa itu luas sekali, dengan hiasan stalaktit dan stalakmit bertebaran di setiap sudut, dengan sebuah sungai mengalir di salah satu lorongnya sebagai sumber air bagi Dayang Merindu. Ada ruang tidur, ruang makan, dapur dengan sumber air tawar dari sungai bawah tanah yang tak pernah kering meski di musim kemarau, ada juga ruang tengah yang bentuknya luas seperti panggung tempat Dayang Merindu menuliskan puisinya.
Ini bukan fotonya Dayang Merindu yaaa… Cuma mau kasih lihat pintu masuk Goa Putri.
Interior goa yang luas. Coba tebak, foto di atas itu ruangan apa?
Bagian teras goa, tempat Dayang Merindu suka ngopi cantik di sore hari. Kamu mau ngopi sambil makan red velvet cake di sini? Asik kan?
Meskipun nyaris semua kegiatannya dapat dia lakukan di dalam goa, seminggu sekali Dayang Merindu tetap perlu keluar dari dalam goa untuk sun bathing, agar kulit mulusnya tidak terlalu pucat. Dayang Merindu tahu, sebagai gadis dari daerah tropis, berkulit kecoklatan tentu lebih cantik dan eksotik. Maka pada hari Minggu pagi yang cerah, Dayang Merindu tengah keluar goa untuk sun bathing sambil menjemur cuciannya, berupa kain-kain jumputan dan songket khas Sumatera Selatan yang indah.
Dayang Merindu menjemur baju mengenakan selapis kain yang menutupi badannya dari dada hingga betis. Saat menjemur, angin bertiup menyibakkan kainnya hingga terlihatlah kakinya yang jenjang. Diam-diam seorang pengembara yang melintasi hutan melihat Dayang Merindu, dan langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Pengembara itu menyapa dengan sopan, tapi Dayang Merindu tak sudi menjawab, sehingga terjadilah monolog ini:
“Wahai nona yang cantik jelita, bolehkah hamba bertanya? Apakah kiranya di sekitar sini ada sinyal 4G LTE?”
Dayang Merindu diam saja. Si Pengembara bicara lagi.
“Baiklah, nona mungkin tak faham pertanyaan hamba. Kalau begitu, bolehkah hamba minta minum barang seteguk saja? Haus rasanya hamba sudah berjalan dari Bekasi,”
Dayang Merindu diam saja. Si Pengembara bicara lagi, mulai kesal.
“Nona, kenapa diam saja? Nona lagi sariawan kah?”
Dayang Merindu masih diam saja. Si Pengembara masih mencoba beberapa pick up line yang biasanya sukses dia pakai untuk menggaet gadis-gadis desa, tapi Dayang Merindu tetap diam seribu bahasa. Akhirnya kekesalan si Pengembara memuncak sampai ke ubun-ubun, dia pun menyumpahi Dayang Merindu.
“Nona ini cantik tapi diam saja macam batu! Sekalian kau jadi batu!”
Dan benar saja, Dayang Merindu pun segera berubah menjadi batu!
Rupanya pengembara itu adalah si Serunting Sakti yang mendapat julukan si Pahit Lidah, orang yang terkena sumpah serapahnya akan berubah menjadi batu. Begitulah legenda Goa Putri yang sangat terkenal hingga kini. Kecantikan interior Goa Putri memang sangat memukau. Siapa pun bisa masuk dan menikmatinya, tidak perlu keterampilan dan alat-alat caving yang ribet. Pikiran saya melayang di setiap sudut goa ini, tersesat ke masa lampau saat Dayang Merindu masih hidup di dalamnya.
Di depan kamar tidurnya Dayang Merindu. Bagian yang putih di sisi kiri saya, itu sebuah ceruk luas di dinding. Bayangkan tidur di situ tiap malam, kayak apa ya rasanya?
Menuju ke Goa Putri bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi atau travel selama 7 jam dari kota Palembang ke arah kota Baturaja. Di dekat Goa Putri ada sebuah museum yang menampilkan koleksi temuan purbakala di sekitar daerah ini.Saat ini museum ini masih dalam tahap pembangunan, tapi katanya akan menjadi museum terbesar se-Asia Tenggara. Definitely worth visiting!
Nah, dari Goa Putri sekalian deh main ke Danau Ranau, lalu ke Muara Enim dan ke Pagar Alam. Ada apa saja di sana? Tentunya akan saya tulis dalam blog post terpisah. Jadi, kapan kamu mau main ke Sumsel?
Ping-balik: 5 Hal Seru Di Pagaralam – About life on and off screen
Maret 19, 2016 pukul 3:39 am
wah gua selalu eksotis
Maret 20, 2016 pukul 10:38 pm
setuju! Sudah masuk gua mana aja?
Maret 18, 2016 pukul 3:08 pm
Cahayanya lumayan ya, jadi gak terlalu pekat suasana di dalemnya. Bentuk patung Dayang Merindunya ada di situ juga ga?
Maret 18, 2016 pukul 7:02 pm
Cahayanya bagus kok… sayang nggak ada patungnya 😀
Maret 17, 2016 pukul 4:16 pm
Jadi pengin jalan ke sana…. mahal gak ongkosnya kak?
Maret 17, 2016 pukul 8:32 pm
Ongkos mah relatif ya. Kamu berangkat dr kota mana?
Maret 17, 2016 pukul 3:07 pm
Tak kira Goa Putri hanya ada di Pacitan ew mbak,,, ternyata ada juga tow di Sumatera Selatan 🙂 salam kenal mbak
Maret 17, 2016 pukul 4:13 pm
Wah ada juga ya Goa Putri di Pacitan?
Namanya kembar? Sejarahnya kembar nggak?
Maret 16, 2016 pukul 8:54 pm
oohh dayang merindu 😀 jika dikau masuk menjadi anggota girl band SNSD.. aku pasti jad fanboy dan hardcore fans-nya kamu 😀 hahahaha
Maret 17, 2016 pukul 12:34 pm
Hahaha… kamu diangkat jadi manajernya Dayang Merindu di SNSD ya?
Maret 16, 2016 pukul 7:52 pm
Halo Putri Mayanggggg 🙂
Maret 17, 2016 pukul 12:38 pm
Halo Putra Bolaaaaaanggg 🙂
Maret 16, 2016 pukul 6:28 pm
Pahit lidah ini sensi banget sih orangnya. Di daerah Pangkalan Lampam juga ada pasangan pengantin yang gak noleh pas ditegor sama doi. Jadi batu juga deh.
Maret 17, 2016 pukul 12:39 pm
Wah, orang sakti kalau sensi bikin repot yak :)))
Maret 16, 2016 pukul 4:23 pm
Aku selalu merindu sama seseorang yg tak perna mau kujadikan dayang2 ihik ihik
Maret 17, 2016 pukul 12:40 pm
Hhhhmmm… apakah ini cinta terlarang yang kamu sebut pas makan siang itu?
Maret 16, 2016 pukul 7:06 am
Mbak Tika, rupa-rupanya kamu ya Putri Dayang Merindu itu. Hehehe!
Maret 16, 2016 pukul 7:59 am
Sssssh…. please don’t tell anyone! I grew tired of photo and signing request, if you know what I mean 😉
Maret 15, 2016 pukul 9:10 pm
ternyata ada legendnya ya kak Goa putri itu
Maret 16, 2016 pukul 8:00 am
Adaaaa… dan masyarakat setempat meyakini dia mmg pernah hidup di suatu masa…
Maret 15, 2016 pukul 8:50 pm
hahaha ngakak di bagian 4G LTE
duhh sang pengembara kayaknya mengidap FOMO nihh x))
Maret 16, 2016 pukul 8:01 am
Hahaha… pengembara gaul!
Maret 15, 2016 pukul 4:25 pm
eh beneran itu ceritanya mbak?
Maret 15, 2016 pukul 5:33 pm
Hehehe… Intinya sih emang gitu ceritanya, dengan sedikit bumbu pertanyaan 4G LTE dari aku. Kenapa?
Maret 15, 2016 pukul 5:39 pm
knapa dia tinggal di goa *dibahas
Maret 16, 2016 pukul 8:01 am
Karena gak kuat bayar apartment kak… KPR bunganya tinggi 😀
Maret 16, 2016 pukul 8:05 am
I fell her, hiks.. *nyari goa*
Maret 16, 2016 pukul 1:53 pm
hahaha… di goa juga gak bayar service charge yg mehel itu kak 😀
Maret 15, 2016 pukul 3:51 pm
Oh jadi begitu ya singkat cerita dari goa putri ini, tempatnya bagus banget. Saya kira akan gelap didalamnya tapi ternyata tidak ya mba malahan nggak perlu bawa senter untuk menerangi ketika jalan. Bagus dan indah banget ❤
Maret 15, 2016 pukul 5:32 pm
Iya, tempatnya baguuus banget! Ga perlu bawa senter, pakai cahaya yg ada malah syahdu. Kapan mau ke Goa Putri?
Maret 15, 2016 pukul 3:38 pm
Ja..jadi kamu adalah titisannya Dayang Merindu kak? 😱😱😱
Maret 15, 2016 pukul 3:56 pm
Wow… ternyata Dayang Merindu sempat punya keturunan? Dan orang itu adalah kak Tika?
Maret 15, 2016 pukul 5:31 pm
Hehehe… Gak jelas infonya apakah Dayang Merindu punya anak atau nggak
Maret 15, 2016 pukul 5:30 pm
Bu… Bukan… Aku titisan Dayang Sumbi! 😂😂😂