Ada perasaan sendu dan sedikit mellow saat saya menapakkan kaki menyusuri lorong di Kampung Arab Al Munawar di Palembang, Sumatera Selatan. Deretan bangunan tua berdiri gagah di sisi kanan-kiri jalan, menjadi saksi bisu kejayaan kampung ini pada masanya. Seorang kakek dengan janggut panjang menyapa saya, mengajak saya masuk ke salah satu rumah.
Saya membuka sepatu, lalu mengikuti langkah pria dengan gamis panjang itu memasuki sebuah rumah kuno. Daun pintu yang kokoh namun kusam, menandakan rumah ini telah dihuni turun-temurun lebih dari tiga generasi tokoh kampung Al Munawar. Mata saya menelusuri seisi rumah ini dan mendadak saya merasa terlempar ke masa kecil saya. Melihat lemari bufet di ruang tengah, saya teringat almarhum nenek saya. Beliau punya bufet yang nyaris sama. Sungguh nostalgic.
“Dik… Adik! Melamun adik rupanya! Ini, silakan minum dulu kopinya!”
Kakek tua itu tertawa, memperlihatkan satu giginya yang ompong. Seorang perempuan gemuk separuh baya duduk bersimpuh di atas karpet, menuangkan kopi arab ke sloki-sloki kecil di atas nampan. Saya tersenyum dan mengambil satu sloki kopi hitam itu, lalu meresapi aroma sedapnya yang sejak tadi meruap di udara.
Pandangan saya beredar ke deretan kusen jendela yang tampak rustic. Ah, jendela-jendela ini instagramable sekali. Saya tersenyum mengamati teman-teman saya gantian berfoto dengan background lorong kampung ini. Ketika nenek moyang warga kampung Al Munawar datang dari Hadramaut di kampung ini 300 tahun silam, apakah mereka pernah terpikir kampung mereka akan dijadikan salah satu tujuan wisata religi Sumatera Selatan?
Warga kampung Al Munawar berasal dari jazirah Arab bagian selatan dimana Yaman sekarang berada. Mereka datang untuk berdangang dan menyebarkan agama Islam. Mereka kemudian membaur dengan warga Palembang dan menetap di Kampung Al Munawar. Kampung Arab terletak di sepanjang Sungai Musi, baik di bagian Ilir maupun di bagian Ulu. Lorong Al Munawar persisnya berada di Kelurahan 13 Ulu dan bisa dicapai dengan naik perahu ketek menyusuri Sungai Musi.
Meski warga Arab di sini telah beradaptasi dengan lingkungan sekitar, masyarakat Kampung Arab memegang teguh budaya mereka tentang Pernikahan. Seorang perempuan keturunan Arab tidak boleh menikah dengan laki-laki pribumi (masyarakat dari daerah sekitar). Namun, laki-laki keturunan Arab boleh menikah dengan perempuan pribumi.
Pernikahan di sini biasa dirayakan dengan makan secara Munggahan dan tarian Zapin. Dalam Munggahan aneka makanan Arab disajikan dengan nasi lemak, mulai dari kari kambing, gulai ayam, selada, hingga acar timun. Kami pun diajak mencicipi makan ala Munggahan ini. TERNYATA SEMUANYA ENAK!
Usai makan siang ala Munggahan, kami diajak masuk ke bagian dalam sebuah rumah lain yang tak kalah antiknya. Ternyata sekelompok pria telah siap dengan alat musik mereka, bermain musik gambus dengan irama rampak yang menghentak.
Saya masih terpesona dengan tepukan gendang para pemusik ketika dua orang pria masuk dengan menandak-nandak. Olala…. Tarian ZAPIN saudara-saudara! Para pria bersuka cita dengan musik dan tari, sementara para perempuan mengintip dari balik tirai yang memisahkan ruangan kami dengan ruang dalam. Mereka tampak ikut gembira, meski tradisi melarang mereka ikut menyanyi dan menari bersama para pria.
Tuh, menghayati banget! Di bawah ini foto karya Firsta yang juga menulis tentang Kampung Al Munawar. Juga tulisan Bolang, Wira, Yuki dan Shasy, point of view mereka tentang kampung Al Munawar di Palembang.
Kalau mau ke Palembang, tanggal 9 Maret nanti adalah waktu yang sempurna, karena ada gerhana matahari total terjadi di kota ini. Sebuah peristiwa langka yang terjadi tiap 350 tahun sekali. Tak sekedar menonton gerhana matahari total, Disbudpar Sumatera Selatan telah menyiapkan sederet acara menarik seperti gelar sarapan pagi di jembatan Ampera, serta menampilkan barongsai dan Naga Raksasa di kawasan yang sama. Selengkapnya klik ini, dan tujuan wisata lain di kota Palembang, klik ini. Jadi, kapan kamu mau ke Palembang?
Agustus 9, 2017 pukul 8:20 am
Sekarang kampungnya makin cantik 🙂
Agustus 9, 2017 pukul 7:21 pm
Bener! Dan warganya, terutama anak-anaknya, ramah! Pas kita ke sana main sama anak-anak di sana
Ping-balik: Kulit Wajah Bersih & Sehat Idamanku | About life on and off screen
Ping-balik: Cuci Muka Yuk? | About life on and off screen
Maret 17, 2016 pukul 4:22 pm
Kayaknya enaaaak…. nyaaaam….
Maret 18, 2016 pukul 8:22 am
emang enak pakai banget!
Maret 15, 2016 pukul 4:03 pm
menarik yaaa… apa lagi kalau udh dikelola profesional gitu jadi udah jelas CPnya siapa dan lain-lain. Di sana udah gitu belum kak?
Maret 16, 2016 pukul 8:06 am
Aku tanya org Palembangnya dulu yah
Ping-balik: Harta Karun Di Sumatera Selatan – About life on and off screen
Februari 28, 2016 pukul 1:44 am
hadeuuh mba, itu makanan ala Arab nya bikin pengeeenn ^o^.. kari kambing arab , dgn rempah kuat, udh pasti enak lah yaaa. 😉
Februari 28, 2016 pukul 12:05 pm
ENAK pakai BANGET!
Ping-balik: Mengejar Gerhana Matahari Total ke Palembang | Kata Shasy.......
Februari 20, 2016 pukul 7:51 pm
Daaan aku masih menyesali nggak foto di rumah putih hijau yang cantik itu. Kenapa siiih nggak ingetin : )))
Februari 20, 2016 pukul 10:40 pm
Hmmm… Ini pertanda harus balik ke Palembang lagi, ke Al Munawar lagi! Yekan?
Februari 20, 2016 pukul 10:44 pm
Dan next time kita bawa fotohrafer pribadih!
(plus tiga pasang baju buat ganti kostum)
Februari 20, 2016 pukul 11:01 pm
….dan anting. Jangan lupa 😉
Februari 20, 2016 pukul 7:05 am
Wihhh rumahnya kereeeen.. itu buat wisatawan ya?
Februari 20, 2016 pukul 11:50 am
Nggak sih, ini rumah warga yg masih dihuni. Kami pun bertamu ke rumah yg juga masih dihuni, dijamu makan dll. Tertarik?
Februari 19, 2016 pukul 10:00 pm
Kampung Arab ya Tik, Semacam Ampel kalo di surabaya. Itu sedang ada acara pernikahan betul atau ato hanya atraksi untuk wisatawan?
Februari 20, 2016 pukul 11:49 am
Wah, aku bolak balik ke Sby tapi malah belum pernah ke Ampel. Seru ya? Ada rumah2 tua nan antik juga?
Ini masakannya utk menyambut tamu sebenernya, tapi hidangan yg sama juga utk pesta pernikahan.
Februari 20, 2016 pukul 1:07 pm
aku yang dari orok udah d sby blm pernah ke Ampel juga. #nyengir#saya arek Suroboyo tak tau diri#hari minggu besok saya harus ke Ampel
Februari 20, 2016 pukul 2:36 pm
LHAAA… Hahahaha… Ditunggu blogpostnya ttg Ampel Suroboyo ya?
Februari 21, 2016 pukul 5:43 pm
Siap!!
Ping-balik: Kampung Al-Munawar: Kampung Arab yang Ramah Pariwisata