BLOG Swastika Nohara

Life is the coffee, while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life.

Membayar Bungkus Sampah, Mau?

72 Komentar

Pagi ini saya menerima kabar via whats app kalau mulai 21 Februari nanti berbagai supermarket akan menerapkan kebijakan baru yaitu pengunjung harus membayar untuk mendapatkan kantong plastik alias kresek untuk membawa belanjaan mereka. Bagi saya pribadi, sudah 10 tahun terakhir sebisa mungkin menolak plastik kresek saat belanja. Tapi bagaimana dengan masyarakat luas? Siapkah kita, konsumen Indonesia, dipaksa membayar bungkus sampah kita?

Mulai 21 Februari 2016 bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional berbagai supermarket Jabodetabek, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Ambon dan Papua menerapkan kebijakan kantong plastik bayar.

Kabar ini beredar dari satu whats app group ke group lain. Dari sekian ratus member group itu nyaris semua reaksinya setuju dan mendukung. Tak heran, soalnya mereka sudah memahami betapa mata rantai sampah plastik di muka bumi sudah sangat mendesak untuk diputus. Sama seperti pacar yang terlalu posesif dan demanding, maunya putusin aja sekarang!

ps ibu anak

Pasar Kalibobo, Nabire – Kami Bahagia

Foto tersebut saya ambil di pasar Kalibobo, Nabire, Papua beberapa tahun lalu. Pemakaian plastik kresek sudah sedemikian merasuk hingga pelosok.

Di Hong Kong peraturan membayar 50 sen untuk setiap kantong plastik yang diterima di supermarket sudah berhasil menurunkan konsumsi kantong plastik negeri itu sebanyak 70%. Orang Hong Kong pelit-pelit kali ya? Ehehehe… Gimana kira-kira keberhasilan peraturan ini di Indonesia?

Respon berbagai kalangan bisa beda. Coba kita test, bagaimana tanggapan ibu saya?

  • Saya: Ma, mulai 21 Feb belanja di supermarket kreseknya bayar lho!
  • Mama: Berapa? Palingan murah. Ya bayar aja dari pada repot
  • S: Belum tau sih berapa. Tapi Ma, kan lebih baik bawa tas kain sendiri buat belanja, kayak di luar negeri gitu lho!
  • M: Iya ya. Tapi kan gak setiap keluar rumah bawa tas kain untuk belanja. Kalau mendadak belanja gimana?
  • S: Bisa aja Mama masukin tas kain yang dilipat kecil ke tas Mama, atau minta kardus ke supermaketnya kalau belanja banyak.

Obrolan dengan ibu saya masih berlanjut, tidak mudah meyakinkan beliau bahwa langkah ini penting. Sampai akhirnya saya tunjukkan sebuah artikel yang menyebut kalau 90% dari plastik kresek supermarket berakhir menjadi sampah atau pembungkus sampah, lalu menjadi racun bagi tanah dan laut. Banyak penyu mati akibat menelan sampah plastik yang mengambang di laut karena sampah plastik dia kira sejenis ubur-ubur. Akhirnya ibu saya manggut-manggut dan setuju membawa tas kain sendiri untuk belanja.

Malahan ibu saya yang sudah lama bisnis rumah makan di Papua, melihat hal ini sebagai peluang. Beliau mau membuat tas kain belacu dengan motif cantik dan dijual sebagai tas belanja di rumah makannya, atau titip di berbagai supermarket. Aha! Idenya lumayan ya?

Lalu, bagaimana tanggapan asisten rumah tangga saya?

  • Saya: Nanti kalau belanja di supermarket, plastik kreseknya harus bayar, nggak dikasih gratis lagi.
  • A-R-T: Wah, terus nggak mau beli? Nanti ngasih alas tempat sampah pakai apa? Kan repot mesti nyuci tempat sampah tiap hari. Kalau gak dialasi plastik dan gak dicuci, bau dong!
  • Saya: Cucinya ya siram aja pakai air. Soalnya untuk mengurangi sampah plastik.
  • ART: Mengurangi sampah plastik tapi boros air buat nyuci tempat sampah tiap hari. Kalau pakai alas plastik, cukup nyuci 1-2 minggu sekali kalau udah kotor.

Bener juga. Bukan semata malas mencuci tempat sampah tiap hari, tapi memang pencucian itu akan mengkonsumsi banyak air. Jadi dari sisi dampak lingkungan, saya belum bisa memutuskan apakah tempat sampah di dapur lebih baik pakai alas plastik kresek atau tidak. Menurut kamu gimana?

Memang perkara plastik alas tempat sampah ini cukup pelik. Saya belum menemukan solusi jitu yang benar-benar memuaskan.Beberapa supermarket mengeluarkan kantong plastik yang katanya lebih mudah terurai. Really? Plastik tetap saja plastik kan? Kantong plastik yang konon mudah terurai ini butuh waktu berapa puluh tahun sampai bisa hancur di tanah dan bukankah proses penghancurannya tetap mencemari tanah?

Jadi saya tentu mendukung gerakan membawa tas kain belacu atau tas bekas goodie bags saat belanja ke supermarket, tapi mbak ART saya juga masih senang menerima plastik kresek saat belanja ke pasar tradisional atau abang tukang sayur dengan dalih masih perlu buat alas tempat sampah dan ini susah saya bantah.

Kalau kamu, bagaimana?

Iklan

Penulis: Swastika Nohara

I'm a freelance content and script writer for movies, television, commercials and internet-related content. With a team, I also do documentaries, video tutorial, video presentation and corporate video. I'm based in Jakarta but eager to travel anywhere on earth. For me, life is like a cup of coffee. Life is the coffee while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life. Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee provided…. So, don’t let the cups drive you, enjoy the coffee instead!

72 thoughts on “Membayar Bungkus Sampah, Mau?

  1. sebenar nya kembali pada masing2 pribadi kok mbak.. pii ya harus di akui, kesadaran masyarakat kita bisa di bilang masih rendah dalam hal ini . Pengen nya yang serba praktis ,nggak mau ribet sedikit dengan membawa kantong belanjaan dari rumah. beli roti 1 biji aja minta kantong plastik. padahal kalo mau menyadari dan peduli pada lingkungan kan bisa dimasukin tas apa di saku gitu.. Di mulai dari hal2 kecil dulu ,pelan pelan juga akan enjoy aja kalo udah terbiasa.. 🙂

  2. Kalau buat alas tempat sampah seh iya mbaakk. Tempat sampah yang gak diplastikin kok rasanya jorok yaaa. Apalagi kalau sampah organis yang berair gitu.

  3. Kalau sampah organik otomatis aku dimasukan ke kotak FELITA (fermentasi limbah rumah tangga yang nantinya bisa dijadikan kompos), sedangkan yang non organik dikumpulkan berhari-hari kalau sudah penuh baru taruh di tong sampah. setidaknya penggunaan plastiknya nga sebanyak yang dulu2. btw salam kenal yach.

  4. Tulisan yang menarik dan jujur. Dan sangat membumi dan sesuai banget dengan kondisi kekinian.
    Tik, gw pribadi, sangat setuju dengan gerakan mengurangi sampah.
    tapi, memang kalau belanja bulanan ke supermarket, masih minta ke mereka pakai plastik kresek buat bawa pulangnya.
    Alasannya sama kaya ART mu, buat alas tempat sampah. Payah ya guwe?

    • Bukan soal payah atau nggak payah sih, krn gue juga belum nemu solusi soal ini. Idealnya sampah makanan dipisah dan dibuatkan/dibuang ke lubang biopori. Jadi tempat sampah hanya isi sampah kering. Tapi prakteknya nggak gampang ya?

  5. Aku udah biasain bawa kantong plastik sendiri kalo belanja bulanan mba. Di tas juga udah sedia kantong buat kalo belanja dadakan.
    Btw soal plastik tong sampah aku juga masih dilema loh. Kalo gak pake, nyucinya susah dan boros air, kalau pake kok kayaknya buang2 kantong plastik juga. So far sih masih pake kantong plastik buat sampah cuma bener2 padat dulu baru di buang. Lagian kalo sampahnya gak di plastikin, tukang sampahnya juga suka ga mau angkut :/

  6. Aku punya jawabannya di Blog tapi baru dijadwalkan tayang minggu depan, hehehe….soal si mbak, ya kan ada plastik khusus sampah? Minta duit sama ibunya dong buat beli plastik sampah 😛😛😛

  7. Kalo belanja di minimarket dan cuma snack2 aja, aku pasti bilang, nggak usah kresek mbak.
    biar jadi kebiasaan yg baik

  8. Akhirnya ya Indonesia menerapkan kebijakan ini. Dulu aku tersadar untuk bawa tas kain untuk belanja karena suatu saat kaget dengan timbunan plastik2 dikamar. Akhirnya aku putuskan buat selipin tas kain disetiap tas buat keluar. Soalnya kantor juga sering bikin gimmick tas kain.
    Nah, di Belanda, per tanggal 1 Januari ada ketetapan untuk membayar €0.10 setiap tas plastik disemua lini. Kalo disupermarket dan pertokoan besar diterapkan. Bahkan ada supermarket yang ga menyediakan sama sekali tas plastik. Trus solusi beberapa supermarket, tas plastik diganti tas kertas (gratis). Dipasar ternyata ga berlaku, karena khusus untuk penjual buah, sayur, daging, ayam, dan ikan masih pakai tas plastik. Aku biasanya bawa box sendiri kalau mau beli ikan. Karena aku ga makan daging dan ayam, suami ga terlalu doyan, jadinya jarang beli ayam dan daging.

    • Nah, bawa box sendiri utk belanja ikan, daging, ayam bisa kita lakukan. Cuma di Jakarta (dan kota-kota besar lain) daging, ikan dan ayam di supermarket sudah dikemas pakai alas styrofoam dan tutup/bungkus plastik. Gimana dong?

      • Ah iya bener. PR banget kalau sudah ditempatin plastik dan styrofoam. Berarti kalau ada peraturan begini, yang diedukasi bukan hanya pembeli, penjual juga. Oh iya, disini juga sudah ditempatin wadah plastik dan diwrap plastik kalo disupermarket *baru ingat.

        • Iya, penjual juga perlu edukasi kalau mau total tanpa plastik. Di Indonesia tantangan banget mesti mengedukasi soal plastik ke abang2 dan ibuk2 penjual di pasar tradisional… Nggak kebayang caranya gimana ya?

  9. Aku banyaaaaak kantong belanja. Di tas ada satu yg medium (pake kantong bekas belanja di Lululemon) di rumah sedia yg gede u kesupermarket. Di mobil juga ada yg gede, kalo2 lupa bawa dari rumah 🙂

  10. Menjawab pertanyaan diatas, “Enggak!” #AkuMedit 😆

    Kalo aku sih kemana2 dibiasain bawa tas ukuran medium mbak jadi kalo ada kepepet belanja di tengah jalan dan jumlahnya ga banyak, cemplungin tas deh.. Lagian repot juga bawa2 plastik di tangan. Kalo belanja yang gede2 gitu (belanja mingguan/bulanan) udah bawa tas belanjanya sendiri 🙂 bisa dilipat

  11. Sebuah langkah baru lagi di Indonesia. Para kasir harus menyiapkan mental untuk mendengar protes dari para pembeli (tentu yang sekelas supermarket atau ind*mart dan alf*mart deh), kalau pedagang sayur di pasar kayaknya nggak ngaruh hihi. Udah lama juga di pasar plastik dijual sama orang 😉

    • Bener juga, edukasi ke para penjual di pasar tradisional dan abang2 sayur itu penting dan akan sangat menantang.
      Cara yang efektif gimana ya?

      • Kalau di Palembang, tempat saya tinggal, sebagian besar pedagang di pasar sudah menjual plastik mbak. Atau biasanya barang dagangan hanya diberikan dengan dibungkus koran bekas, ada pedagang lain (biasanya anak usia tanggung) yang menjual plastik. Biasanya, ibu-ibu yang ke pasar tradisional sudah siap dengan besek masing-masing 🙂

        Yang perlu disosialisasikan kayaknya orang yang akan berbelanja di supermarket. Akan selalu saja ada orang yang protes tentang ini, para kasir harus bersiap 🙂

        • Wah bagus tuh pasar tradisional di Palembang! Keren ibu2nya masih pada suka bawa besek buat wadah belanjaan!!!
          Sosialisasi program plastik bayar mmg harus kenceng, kasir juga harus siap mental ya 🙂

  12. Kalau belanja di supermarket atau minimarket, masih bisa pake tas belacu. Soalnya barang2 belanjaan kan sdh ada bungkusnya dan bersih.

    Yang rada PR ini kalau belanja sayur di pasar mbak. Walaupun kita bawa tas belanja dari rumah, tapi sayur2nya ttp butuh dibungkus pakai plastik 😦 Misal kalau beli tomat, kentang, wortel, dkk.

  13. Nah, aku pakai plastik dr supermarket untuk tpt buang pup-nya kucing, sempet coba pake koran tp malah suka ada pasir yg tumpah2 & berantakan.. Tp utk jajan sebisa mungkin gak minta plastik, lsg masuk tas aja, soalnya gak butuh kantong plastik yg kecil.. 😀

  14. Klo aku udah hmpr bbrpa thn ini sring nolak pmbgks plastik jka mmg tdk perlu2 bgt..aplgi jk msh bsa dimasukan dlm tas/mlh kantong saku/clna

  15. Aku setuju mba.
    Beberapa tahun belakangan juga membiasakan diri untuk bawa tas plastik lucu lucu itu dalam tas untuk belanja. Malah di Giant apa ya, kalau kita bawa tas sendiri belanjaannya diskon Rp. 300,- apa, ya.
    Sama halnya dengan membiasakan diri bawa botol minum sendiri.
    Semangat menghadapi global warming! \o/

  16. Sama ni yg teriak si mbak alasan utk bungkus sampah. Kalau mau rajin, sampah organik dibuat biopori mbak, sampah anorganik dibuang pake dus/taruh aja di t4 sampah besar.. *sekedar menghayal

  17. Tika. Si embaknya kritis.
    Aku sama kaya mbak art kamu tika, semua tempat sampah aku aku alasi sama plastik belanjaan.
    Tapi kita harus belajar dari sekarang mengurangi plastik..

  18. Sebenarnya kalo dipaksa sih pasti bisa aja. Seperti lotte mart wholesale kan emang ga dikasih kantong tp yg belanja tetap banyak aja tuh dan sepertinya ga masalahin soal ga dapat kantong belanja itu.
    Oya, yg biasanya sering beri banyak kantong belanja itu lotte mart. Sy sdh pernah bertanya, tapi katanya kantong plastiknya itu termasuk kantong plastik yang mudah terurai. Bahkan di plastik nya sendiri ada penjelasan seperti itu. Emang benar ya ada plastik yang mudah terurai?

    • Aku juga sering liat di lotte dan alfamart klo gak salah di kreseknya tertulis mudah terurai, krn lbh tipis dr pada kresek plastik model lama.
      Tapi tetap saja mudah terurai itu makan waktu belasan tahun, tetap membebani bumi dan laut. Ya kan?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s