BLOG Swastika Nohara

Life is the coffee, while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life.

Mie Jalak, Kuliner Istimewa Dari Sabang

22 Komentar

Sabang terletak di sebuah pulau kecil. Biasanya di pulau kecil makanan enaknya adalah sea food. Tapi Sabang ini pengecualian. Di Sabang kuliner yang terkenal justru mie! Ada mie Jalak dan mie Sedap yang jadi unggulan. Keduanya adalah mie dengan kaldu daging dimasak Chinese style, kedainya pun dikelola oleh warga Tionghoa di Sabang. Mie Sedap di sini bukan merk mie instan lho ya… Kedai Mie Sedap di Sabang sudah ada lama sebelum nama itu populer dipakai sebagai merk mie instan.

Mie Jalak kalau di Jawa termasuk kategori mie kocok. Terdiri dari mie yang dimasak dengan kaldu lalu disajikan dengan topping potongan daging, tauge dan telur rebus. Katanya sih pakai kaldu ikan. Mungkin itu rahasianya sehingga tercipta kaldu bening yang gurih tapi ringan, sehingga tidak ‘eneg’ meskipun porsinya besar. Serius, porsinya kayak ngasih makan orang abis melaut seharian. Tapi karena enak, tak terasa ludes juga satu piring mie ini.

Topping dagingnya gurih dan lembut, kalau kurang bisa minta ekstra daging (tentu nambah bayarnya). Sementara telur rebus merekah yang disajikan di atas mie menambah ragam rasa sepiring Mie Jalak yang dibandrol dengan harga Rp 15.000 saja. Campuran tauge yang menari di sela-sela helai mie membuat rasanya lebih segar dan renyah. Kelezatannya membuat kedai Mie Jalak populer di kalangan warga Sabang maupun pelancong.
image

Satu hal yang mengecewakan adalah minumannya. Sumatera bagian utara kan terkenal dengan teh dan kopi tariknya ya? Jadi begitu pramu saji menawarkan kedua minuman itu, kami semua langsung memesan teh tarik. Sudah terbayang di benak saya segelas teh tarik dengan buih yang membubung tinggi, creamy dan kesat, minuman khas yang biasa ditemukan di warung-warung di Banda Aceh. Harapan ini terhempas saat pramu saji menghidangkan gelas-gelas tak berbusa.

Setelah saya cicipi, terasa sekali teh tariknya memakai teh tarik instan sachetan. Masih ditambah susu kental manis, jadi manis banget. Aduh… mood killer banget! Secara umum kopi susu dan teh manis di Aceh rasanya manis banget. Jadi kalau saya pesan di warung lebih suka minta teh tanpa gula, atau gulanya terpisah.

Kedai Mie Jalak biasanya buka mulai sekitar pukul 08.00 pagi hingga 12.00, dan seperti toko/warung lain di Sabang yang tutup untuk istirahat siang, kedai ini buka lagi pukul 16.00 hingga pukul 22.00. Lokasinya di Pulau Baru (Mie Jalak) Jl. Perdagangan No.29B, Sabang.

Lalu, apa lagi makanan enak lainnya di Sabang?

Rujak Pulau Klah

Saya menyebutnya Rujak Pulau Klah karena warung rujaknya berada di tepi jalan raya yang berbatasan dengan tebing, lalu dari warung ini kita bisa melihat dengan jelas Pulau Klah yang terletak persis di depan kita. Rujaknya terdiri dari berbagai buah-buahan lokal yang diiris kecil-kecil dengan sambal kacang yang kacangnya dicincang kasar. Saya suka gaya rujak yang bumbunya cincang kasar, jadi crunchy saat dikunyah!

Sebuah bumbu yang membuat rujak ini istimewa adalah pemakaian buah Rumbia sebagai campuran sambal rujaknya, sehingga ada cita rasa agak kesat yang menggemaskan. Agar getahnya tidak keluar, saya dibisiki kalau cara membuka buah Rumbia ini harus diinjak pakai tumit, jangan diiris!

Saking enaknya sambal rujak ini, setelah buahnya habis, saya menyendoki sisa sambal rujak yang masih ada di piring sampai ludes!!! Teman saya sampai berkomentar, “Piringmu udah licin, nggak perlu dicuci lagi Tik!”

Habisnya gimana doooong… udah rujaknya enak, makannya sambil lihat pemandangan dari atas tebing ke laut lepas gitu, tampak pulau Klah di kejauhan, plus angin sore yang semilir! Sempurna bukan?

rujak sabang buah rumbia

Gulai Kambing Kota Ateuh

Nah, ini dia kuliner yang pas buat kamu semua yang mengaku carnivor! Saya sebenarnya bukan penggemar daging kambing. Tapi kali ini saya takluk…

Di Kota Ateuh (Kota Atas), persisnya di depan masjid Agung Sabang alias Masjid Babusalam, siang itu kami ditawari makan gulai kambing Gampoung oleh Bang Fendi, pria kekar yang kesepuluh jemarinya dihiasi cincin batu akik sebesar mata biawak. Binar mata ceria Bang Fendi yang disaput eye liner hitam meyakinkan saya, bahwa saya bakal rugi berat kalau melewatkan kesempatan mencicipi makanan ini.

Sabang gulai kambing

Saya tadinya nggak tertarik ikut memesan. Tapi pas sudah duduk di warung makannya, aroma gurih kuah gulai meruap di udara saat kuali dibuka oleh abang penjualnya. Begitu aroma ini menggelitik hidung saya, tak urung saya tergoda mencicipinya. Maka sepiring gulai pun saya pesan, tanpa nasi putih. Kenapa? Karena makan daging dan protein hewani lain (seperti sea food) sebaiknya tidak digabung dengan karbohidrat, melainkan dengan sayuran, demi optimalnya pencernaan.

Setelah terhidang, saya pun menyeruput pelan kuah gulai ini. Alamaaaaaak…. sedapnya sampai ke tulang sumsum!

Sepiring gulai berisi sekitar 10 potong daging dengan ukuran yang memuaskan, disajikan dengan nasi putih dalam piring terpisah. Dagingnya empuk, matangnya pas. Lamat-lamat saya mencecap rasa dan aroma daun Salam Koja di kuahnya. Sepertinya inilah rahasia kelezatan masakan Aceh. Atau jangan-jangan masaknya pakai daun gan… *sinyalhilang 😀 🙂

IMG_2628

Dari kiri: Bolang, Fiona, Bang Fendi, saya, Satya, Dayu

imageimageimage
Lokasi: Pantai Sumur Tiga dan Pantai Gapang, di Sabang. Foto oleh Satya Winnie Sidabutar.

Nah, sederet makanan enak plus pantai-pantai kece di berbagai destinasi di Pulau Weh adalah dua alasan utama untuk menjadikan Sabang tujuan liburan kamu selanjutnya. Saya pun sudah nggak sabar pengin balik lagi! Soal transportasi, akomodasi dan spot-spot cantik di Sabang sudah pernah saya tulis, klik aja link ini. Apa lagi alasan untuk nggak ngetrip ke Sabang?

Iklan

Penulis: Swastika Nohara

I'm a freelance content and script writer for movies, television, commercials and internet-related content. With a team, I also do documentaries, video tutorial, video presentation and corporate video. I'm based in Jakarta but eager to travel anywhere on earth. For me, life is like a cup of coffee. Life is the coffee while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life. Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee provided…. So, don’t let the cups drive you, enjoy the coffee instead!

22 thoughts on “Mie Jalak, Kuliner Istimewa Dari Sabang

  1. Ping-balik: Sabang, Primadona Pariwisata Aceh – About life on and off screen

  2. Ping-balik: Sambut Gerhana Matahari Total Di Palembang – About life on and off screen

  3. Alamaaak, sedap ya kuliner nya. Penasaran sama buah rumbia? yg daun nya untuk atap kah? mungkin fungsinya seperti buah pisang batu ya? Baru denger soalnya rumbia ada buahnya terus di buat bumbu rujak pula 😀

  4. Mba Tika perginya bareng Kak Fiona juga (seniorku di kampus dulu)…Selalu penasaran pengen coba kalo mie-miean 😀

  5. Ngliat telor di mienya jd ga nahan huhuhu

  6. Iiih telur nya keliatan enak mau mau coba mie kalau teh tarik lidah aku ngak cocok hahha
    Duuuh ini satu paket yang luar biasa wisata kuliner yang mantap dan pemandangan yang elok..
    I love it..

  7. Sebagai pecinta rujak garis keras, fix ngiler liat rujaknya apalagi makannya sambil liat pemandangan indah gitu. Kerreeeen. *.*

  8. Sepertinya enak banget #ngiler

  9. Cuman bisa komen “glekkk!!” Baca deskripsi makanan sabang, terutama mie jalak. Andaikan ada abang mie lewat jam 1 malam begini haha.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s