BLOG Swastika Nohara

Life is the coffee, while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life.

Pentingkah Bermain Bersama Anak?

35 Komentar

Buat yang punya anak kecil pasti pernah mengalami masa-masa si anak merengek mengajak main, tapi kitanya lagi sibuk. Bayangkan situasi saat kita sebagai orang tua lagi sibuk dengan pekerjaan yang dibawa pulang, atau sibuk mengurus cucian yang menumpuk, terus anak kita ngajak main. Lalu biar anak diem, kita kasih mainan buat dia main sendiri atau malah kita kasih gadget. Sounds familiar, uh?

Buat saya sih familiar banget! Saya bekerja freelance, jadi sering bekerja di rumah, dan punya dua orang anak kecil. Sudah jadi ‘makanan sehari-hari’ tuh situasi anak ngajak main sementara saya masih harus kerja. Saya pengiiiiiin banget bisa selalu mengiyakan ajakan bermain sama anak, tapi apa daya pekerjaan menumpuk. Saya yakin para ibu (dan ayah) yang bekerja kantoran juga sering menghadapi situasi ini. Ya kan?

Ada juga orang tua yang lalu memberikan smartphone ke anak agar anak ‘sibuk bermain’ sendiri dan tidak mengganggu kegiatan orang tua. Toh di smartphone tersebut sudah dipastikan hanya ada content & game yang sesuai untuk usia anak, termasuk yang berlabel educative games.

Malah sebuah studi oleh market research asal Amerika Serikat menyebutkan bahwa sekitar 60% orang tua jaman sekarang memilih smartphone dan tablet sebagai sarana bermain si kecil. Padahal keberadaan gadget secanggih apapun tidak dapat menggantikan kehadiran orang tua untuk anak.

Padahal menurut dr Tjhin Wiguna SpKJ(K) penggunaan gadget secara berlebihan berdampak pada kemampuan motorik kasar dan halus anak-anak karena saat menggunakan gadget anak tidak bergerak aktif. Penggunaan gadget secara terus-menerus juga membuat anak kurang bersosialisasi. Bahkan pada anak dibawah usia dua tahun, penggunaan gadget secara berlebih bisa mengakibatkan keterlambatan bicara.

Friso play day

Jadi mesti gimana dong?

Ya mesti bermain bareng sama anak-anak!

Meski sebentar, minimal 30 menit sehari, saya menyempatkan main bersama anak-anak. Salah satu triknya adalah menggabungkan kegiatan bermain dengan hobi. Misalnya, anak-anak saya suka menggambar, mewarnai, bikin prakarya, dan bikin kue. Jadi kami menggambar bersama sambil bercerita.

Kadang kami melakukan role play, alias bermain peran. Sebenarnya ini mainan jadul juga, cuma beda istilah saja. Waktu saya kecil paling suka main masak-masakan dan rumah-rumahan. Nah, ini termasuk role play. Kita bertiga, saya, si kakak dan si adek, berbagi peran. Misalnya kakak jadi koki, adik jadi pramusaji merangkap kasir, mereka berdua membuka restoran, lalu saya jadi tamu restorannya. Kami menyusun meja dan kursi kecil, kakak di ‘dapur’ siap dengan alat masak, adik siap dengan mainan cash register dan buku notes, dan saya bertamu di ‘restoran’ mereka.

Suatu hari saya pernah jahil, pura-pura menemukan kecoa dalam mangkuk sup yang disajikan si adek. Lalu terjadilah dialog ini dengan si adek yang waktu itu masih duduk di TK-A. Saya acting marah, pakai mengangkat alis sok galak gitu.

  • Saya: Ini kenapa ada kecoa dalam mangkuk supnya?
  • Adek: Kecoanya mati atau hidup?
  • Saya: Udah mati dong…
  • Adek: Oh, berarti dia belum bisa berenang, jadi tenggelam!

Lhaaaa…. Saya yang acting marah, malah jadi ngakak!!!

 

Adeline sabai lari

Bermain bersama anak-anak sering membawa kejutan yang menghibur saya. Mungkin ini juga yang bikin saya awet muda. Mungkin ya… Yang pasti bermain bersama anak-anak adalah quality time kami. Salah satu kegiatan favorit kami adalah main sepeda keliling kompleks, meskipun belakangan jadi agak jarang karena sering hujan.

Pentingnya bermain bersama anak juga ditulis dalam jurnal Friso dalam rangka kegiatan #FrisoPlayDay. Jurnal ini mengangkat pentingnya orang tua bermain bersama anak, baik manfaat fisik maupun psikologisnya. Tentu agar anak bisa bebas bermain, mereka harus sehat dari dalam sehingga bisa bermain dan bebas bereksplorasi berkaitan dengan kandungan Friso yang mampu menjaga daya tahan tubuh anak, stronger inside.

Yuk, bermain bersama anak! Seberapa seringkah kamu bermain dengan anak (atau ponakan, buat yang belum punya anak)?

Penulis: Swastika Nohara

I'm a freelance content and script writer for movies, television, commercials and internet-related content. With a team, I also do documentaries, video tutorial, video presentation and corporate video. I'm based in Jakarta but eager to travel anywhere on earth. For me, life is like a cup of coffee. Life is the coffee while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life. Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee provided…. So, don’t let the cups drive you, enjoy the coffee instead!

35 thoughts on “Pentingkah Bermain Bersama Anak?

  1. Perlu sekali. Bermacam cara dan fasilitas untuk itu. Disamping itu, penambah intelektual anak, kita bisa jarkan yang berbahaya. Berbahaya? Apa tidak salah? Tidak! Contoh, saya pernah ajarin anak saya main sepeda yaitu di taman, saya suruh dia ke jalan raya, dia nolak, saya paksa dan dia nolak. Ha ha ha…ini berarti bentuk ketanggapan anak itu ada kan hal yang sebenarnya salah besar. Namun setelahnya saya jelaskan bahwa dia pintar, tau yang tidak bagus. Akhirnya ya minta maaf dan satu pelajaran motivasi tercipta pada anak. Tapi ini autodidak saja. Apa nanti menimbulkan efek lain? Saya kurang paham juga. Barangkali Mbak lebih paham dan juga teman lainnya?

  2. Yah typo deh mau nulis penting kepencet jadi pending 😀

  3. Informasi yang pending dan bermanfaat juga buat orang kayak aku yg belum punya anak. Keep writing kak!

  4. Karena merasa kurangnya waktu saya bersama anak. Akhirnya saya memilih freelance (halah ngomong nganggur aja sudah yud hihi). Alhamdulillah akhirnya bisa jalan2 terus keliling aceh bareng anak2. Biar kere yang penting kece hehe

  5. Aku seharian cuma bdua eden, kebetulan ga kerja n ga punya nanny/maid. Tp klo udah lg mati gaya ya kluar jg deh tuh gadget, apalg klo pas urusan mkn 😁 seminggu ini lg bjuang bgt jd ibu super kreatif secara lg usaha lepas gadget sm sekali plus lepas asi. Semangat!

  6. Aku lumayan sering main ama keponakan. Tiap hari ada kali 30 menit main ama mereka. 😀

  7. dan saya sudah siap siap nih, karena inshaAllah 3 bulan lagi dekbay lahir 🙂

  8. Saya jarang maen ama ponakan, soalnya jauh jarak rumahnya,
    tapi paling suka maen sulap ketika ketemu mereka, responnya suka kocak saat penasaran gimana trik sulapnya.
    Biasanya nanti godain dulu, terus baru diajarin triknya. :))

  9. Tiap Rabu jadwal rutin untuk main sama ponakan, dari mulai nari-nari konyol, mainan robot, main bola di luar (kalau cuaca mengijinkan). Gawai (gadget) kadang-kadang diberikan, paling untuk nonton satu atau dua kartu. Abis itu drama deh nangis karena gawainya diambil.

  10. Karena kerja kantoran. Jadi klo udah di rumah pas pagi bangun tidur dan sore sampe malam menjelang tidur isinya maen bareng anak terus. Aktivitas laen kayak masak dll dilakukan pas anaknya udah tidur. Gak tahu seh ntar klo udah besar gimana.

  11. Setuju banget Mbak, lebih baik main diluar seperti sepedaan, lari2, berenang, dan jalan2 daripada asik main gadget. Tapi ortunya juga harus memberi contoh tidak banyak main gadget.

  12. Saya sih belum punya anak mba, tapi harusnya meluangkan waktu buat anak itu penting. Hehehe masa mau punya anak tapi diabiarin aja iya ga? Kasian anaknya. Sesibuk2 nya ortu, masa gak punya waktu buat anak nya even cuma 30 menit? 🙂

  13. terlalu sibuk bekerja, jarang bermain dengan anak; akan menjadi penyesalan terbesar orang tua.

  14. Buahhaha… Dialog seperti itu sambil ngebayangin muka si adik yang masih polos. Begimane mau marah. 😆

    Aku juga pernah mengalami hal serupa. Saat di rumah, si sepupu paling kecil ngajak main, bukannya nggak mau tapi ketikan harus cepat kelar. Begitu ketikan kelar, si sepupu sudah kecapean dan tidur pules 😦

Tinggalkan Balasan ke Moefid Batalkan balasan