Saya tidak pernah menyangka sebelumnya kalau jalan-jalan ke kebun teh bisa menjadi pengalaman yang seru banget! Saya sudah sering denger orang ngadain tea-walk dan biasanya di area puncak. Tapi baru kali ini saya beneran tergerak, semangat nyiapin day-pack dan berangkat ke Ciwidey, Jawa Barat hari Selasa kemarin. Kenapa kok semangat banget? Karena lokasinya unik! Yang mau kita datangi bukan kebun teh biasa, sebab lokasinya ngumpet di balik 10.000 hektar hutan cagar alam Gunung Tilu di mana masih hidup bebas satwa-satwa spesies aslinya macam owa jawa, surili, burung elang dan macan kumbang. Auuuuummmm!!!
Suntikan semangat lainnya adalah kali ini jalan bareng sama temen-temen yang seru, ada Teh Nit, Popon, Popok (iya, nama mereka mirip tapi wajahnya nggak ada mirip-miripnya, sumpah), Chika, Didut dan teman-teman lain yang baru kenalan di lokasi. Kami berangkat naik bus dari Senayan jam 10 pagi. Kami sampai di Ciwidey jam 3 sore, langsung ngamar, soalnya butuh ngelurusin kaki abis duduk 5 jam di bus. Saya sekamar sama Teh Nit dan begitu konek sama wifi hotel Albis kami berdua langsung buka laptop! Hahaha…. dasar anak digital, gak boleh nemu wifi kenceng. Mari leyeh-leyeh dulu, kami mesti menyimpan tenaga buat tea walk besoknya. Ya kan?
Besoknya kami bangun jam 3.30 dini hari. Ngapain? Mau siap-siap adzan subuh? Jam segitu mah merbot mesjid juga belum bangun… Kami harus berangkat pagi buta karena dari Ciwidey masih harus naik mobil 3 jam untuk sampai ke kebun teh. Dan surprise!! Subuh itu sepuluh buah Land Rover sudah parkir cantik di depan hotel siap mengangkut kami. Berangkatlah kami beriringan membelah kabut sutera ungu di tengah pelukan hawa dingin yang menusuk tulang.
Meski masih gelap dan ngantuk, goncangan jalanan yang lubang-lubang dan berbatu membuat kami tetep melek. Pas mulai sunrise, saat semburat warna oranye merekah di ufuk timur di lereng bukit, wiiiiih….. kebayar deh gubrak-gabruknya naik Landy! Pemandangannya bener-bener bikin saya mengelus dada sendiri, bukan dada temen saking bagusnya…
Habis naik Landy, kami mampir sarapan di tepi sungai, lalu lanjutin perjalanan naik truck. Yup. Berasa kayak sapi? Nggak juga sih. Soalnya sapi kalau naik truck baris rapi menghadap ke satu arah semua, sementara kami naik trucknya tanpa formasi, acak-acakan menghadap kemana pun bebas! Akhirnya kami sampai di hamparan perkebunan teh Dewata seluas 600 hektar yang dikelilingi hutan lindung Gunung Tilu. Perkebunan teh ini dimiliki dan dikelola oleh PT Kabepe Chakra.
Lalu kenapa harus ke kebun teh yang ini sih? Selain pemandagannya spekta, kebun teh inilah yang mensuplai daun teh berkualitas unggul untuk diolah menjadi teh hijau kemasan botol Nu Green Tea yang kini tersedia dalam rasa original, less sugar, madu dan royal jasmine+gula batu. Saya jadi lebih bisa mengapresiasi setiap teguk Nu Green Tea yang saya minum, karena ternyata butuh effort yang luar biasa untuk membuatnya, plus diolah dari bahan teh baru, bukan teh layu sehingga memberikan kebaikan yang maksimal.
Di sana kami diajari cara memetik daun teh oleh Pak Ujang yang sudah 20 tahun bekerja di kebun teh ini. Hanya 4 helai daun teratas di pucuk batangnya saja yang dipetik dengan tangan, dimasukkan keranjang, dikumpulkan, lalu langsung dibawa ke pabrik pengolahan yang lokasinya masih di kompleks perkebunan. Jadi di hari yang sama, pucuk daun yang baru dipetik itu langsung diolah menjadi teh hijau siap seduh. Pada prinsipnya daun teh yang sudah dibersihkan lalu dipanaskan dan digulung, semua dalam proses yang higienis dan berstandar tinggi.
Istimewanya lagi, daun teh di Indonesia berasal dari pohon teh jenis asamica (di negara lain jenis sinensa) yang rasanya lebih sepat dengan kandungan polyphenol yang bersifat antoksidan lebih tinggi, sehingga lebih sehat.
Daun teh yang sama sebenarnya bisa diolah menjadi green tea atau black tea. Perbedaannya ada pada cara pengolahan. Untuk membuat green tea, daun diolah tanpa melalui proses oksidasi sehingga kandungan gizinya lebih baik karena mengandung lebih banyak polyphenol.
Maka pada green tea, daun teh baru yang telah dipetik kandungan antioksidannya, yakni cathechin, masih terjaga. Cathechin merupakan zat antioksidan yang dapat mengurangi kerusakan sel hingga mencegah kerusakan sel penting bagi tubuh, demikian kata Pak Rakhmat Badruddin selaku Ketua Dewan Teh Indonesia. Pak Rakhmat juga menambahkan, minum teh hijau setiap hari bisa membantu mengurangi kadar kolesterol jahat, mengurangi risiko penyakit jantung, mengurangi bakteri di rongga mulut, mencegah bau mulut, dan meningkatkan metabolisme (ada yang ingin menurunkan berat badan?). Untuk masuk ke dalam pabrik ini kami semua harus pakai kostum ala-ala dokter bedah, lengkap dengan jas putih, masker, penutup kepala, sarung tangan, dan sarung sepatu, biar tetep higienis.
Keberadaan teh ternyata tak bisa dipisahkan dari budaya dan gaya hidup manusia. Teh berperan secara ekonomis & sosial karena tumbuh di 35 negara, dan menjadi tulang punggung perekonomian negara-negara tertentu. Di kebun teh Dewata saya kami melihat sendiri tak kurang dari 700 orang karyawan setiap pagi berangkat ke kebun teh, naik truk hingga sampai di sebuah area yang hendak dipetik hari itu. Lalu para pemetik teh bekerja hingga jam 2 siang, memetik daun teh yang baru tumbuh di pucuk-pucuk batangnya. Mereka ini keterampilan metik dauh tehnya cepat dan amazing banget!! Saya langsung ingat film Edward Scissorhands yang dibintangi Johny Depp itu!!!
Setelah sebuah pohon teh dipetik, perlu menunggu antara 10 hingga 15 hari agar bisa memetiknya lagi. Maka hitungannya setiap dua minggu sekali bisa ‘dipanen’. Tanaman yang produktif ya? Dalam sehari perkebunan ini memproduksi antara 10-15 ton daun teh. Banyak ya? Secara nasional produksi teh Indonesia dulu pernah berada di peringkat ke-4 dunia setelah China, India, dan Kenya tapi sekarang merosot ke peringkat ke-8. Padahal konsumsi teh dalam negeri kita terus meningkat lho, rata-rata pertumbuhannya 8% pertahun.
Kece ya bukitnya? Kayak Hobbiton nggak sih? Saya sih langsung pengin shooting film di sini!
Tak terasa sudah sore, kami puas banget keliling pohon teh, foto-foto kece, makan siang di lereng gunung dan kenalan sama teman-teman baru, kini tiba saatnya pulang. Dalam perjalanan pulang, ditengah guncangan Land Rover yang membawa kami kembali ke Ciwidey, saya membayangkan kayak apa ya rasanya kalau jalan-jalan ke kebuh teh di Vietnam, Srilangka atau India gitu? Pasti saya akan kalap bikin foto setiap 5 menit sekali, lalu pamer sana-sini di twitter, instagram, FB dan Google+, akun sosmed yang lagi naik daun. Ah, semoga bisa segera memetik daun teh di Vietnam!
Ping-balik: Green Tea Adventure: Di Balik Nikmatnya Teh Hijau – RenjanaBerkata.com
November 21, 2018 pukul 8:16 am
Thanks for info, jangan lupa kunjungi website kami https://bit.ly/2DKQvRy
Juni 15, 2017 pukul 10:57 am
Mmmm…sudah kuduga… 😀
Juni 16, 2017 pukul 10:53 am
Menduga apanya? 😀
Juni 17, 2017 pukul 10:32 pm
Asyiknya lari hash
Maret 3, 2017 pukul 3:50 pm
Hello, Salam kenal. Ayoo berkunjung ke Trans Studio Bandung bersama rombonganmu!
Kurnia Jaka
Sales Edutainment
Trans Studio Bandung
Kontak HP/WA 0812-23425181
Email: jaka.tsb@gmail.com
Terimakasih
Agustus 24, 2016 pukul 8:08 pm
dewata emang the best ..hhaha ane pernah kesana gak sengaja gara2 kesasar tpi dari arah pangalengan cukul masuk hutan super lebat gak bisa balik dehh ..oo iya ane pake motor trail sama anak2 adventure balik lewat ciwidei jelang sore ampe jam 8 malam ..rasanya seperti matii banyak binatangnya .jalana menanjal berbatu seperti gak ada ujung plus kabutnya gilaa ..ane tidak akan melupakan pengalaman itu ..
Agustus 25, 2016 pukul 10:43 am
wow pakai motor trail? pasti seru ya?
Mei 15, 2015 pukul 2:34 pm
Pemetik tehnya geulis-geulis.. Hihihi.. 😛
Kalok di Sumut aku ngga tau Mbak, paling kebun teh yang di Siantar aja. Tapi keknya ngga sekece yang di postingan ini 😀
Mei 15, 2015 pukul 3:26 pm
Oh di Siantar ada kebun teh?
Wah aku baru tauuuu… ^^
Mei 11, 2015 pukul 8:57 pm
seru bangettt…sampe sekarang masih kangen banget naik mobil land rover lagi,seru aja rasanya. dan seumur2 belum pernah main ke kebun the xixixixixi…
salam kenal mbak^^
Mei 11, 2015 pukul 6:21 pm
cuma 4 pucuk diatas aja yg diambil ya mba… baru tau ih… emg bener2 harus org yg udh terampil utk metikin daunnya ya… Aku bukan pecinta teh sih… tapi kalo lg puasa, ya teh biasanya yg diminum dulu saat buka 😀
Mei 11, 2015 pukul 7:36 pm
Iya, cuma daun di pucuk aja yang dipetik dan langsung diolah agar daun tehnya selalu baru 🙂 Kamu suka jenis teh apa?
Mei 9, 2015 pukul 9:55 am
Aku mau rajin minum green tea ah!
Mei 10, 2015 pukul 2:34 pm
Gak pake gula ya Chik… 😉
Mei 10, 2015 pukul 2:52 pm
*tambahin madu*
Mei 10, 2015 pukul 3:47 pm
Laporin ke Winnie the Pooh!
Mei 8, 2015 pukul 10:40 am
Jadi tau informasi pembuatan Nu green tea. Traveling sambil menimba ilmu, mantap kakanya untuk informasinya ^^
Mei 9, 2015 pukul 7:18 am
Iya, jadi travelingnya nggak cuma liat pemandangan dan foto2 aja kan?
Mei 9, 2015 pukul 8:36 pm
Nah ini perlu ditiru 🙂
Mei 10, 2015 pukul 2:34 pm
Setujuuuu!!!!
Mei 7, 2015 pukul 9:53 pm
Wiiih…jadi ternyata rumit jg ya perjuangan dbalik pembuatan Nu green tea!!! *jadipenginNugreenteadingin *tapiudahmalamcaridimana
Mei 9, 2015 pukul 7:19 am
Hahaha… udah coba cari di kulkas? Iya, mmg utk menghasilkan barang yg bagus pembuatannya butuh perjuangan.
Mei 6, 2015 pukul 10:05 pm
Thanks infonya mbak, padat berisi! Jadi lebih appreciate minum green tea termasuk yg kemasan botolan, apalagi kalo siang2 disajikan dingin….. Btw Nu green tea favorit aku yg less sugar, pas rasanya. Cuma kadang nggak nemu di kampusku, adanya rasa yg lain.
Mei 9, 2015 pukul 7:20 am
My pleasure. Coba usul sama pengelola kantin kampus agar re-stock yg lebih lengkap 😉
Mei 6, 2015 pukul 5:35 pm
Wah informatif dan insightful banget artikelnya. Sepertinya Nu Green Tea punya treatment khusus untuk daun teh dan pengolhannya ya kak? Dilihat dari lokasi kebun tehnya aja udah spesial gitu. Impressive!!
Mei 9, 2015 pukul 7:21 am
Thank you. Ya itu semua yg saya tulis kan treatment yg istimewa biar hasil daun teh hijaunya selalu baru dan bagus 🙂
Mei 6, 2015 pukul 3:37 pm
Aku pingin naik landrover nya hehehe
Mei 9, 2015 pukul 7:21 am
Kamu naik di atas kap ya Cum? 😀
Mei 6, 2015 pukul 9:10 am
saya pengen naek mobilnya 😀
Mei 9, 2015 pukul 7:21 am
Boleeeh… Mau naik di atas kap depan atau kap atas? 😀
Mei 11, 2015 pukul 6:02 am
mau duduk samping kakak aja deh 😀
Mei 11, 2015 pukul 8:16 am
Hahaha…. Di samping saya ada karung beras. Gimana dong?
Mei 11, 2015 pukul 8:21 am
Kan berasnya dimasak mbk :p, bwt makan bareng smbil bakar2 di alam gitu 😦
Mei 11, 2015 pukul 9:54 am
Wah ciamik itu… sekalian yg dibakar jadiin barapen 😀
Mei 11, 2015 pukul 1:30 pm
hahahahah siaaap kak 🙂
Mei 6, 2015 pukul 7:47 am
Itu naik Land Rovernya yang bikin iri pisan kak!
Mei 9, 2015 pukul 7:23 am
Hayuk ikut naik! Mau di kap depan atau atas? 😀
Mei 6, 2015 pukul 7:34 am
Panjang ya cerita tentang teh ternyata. Penasaran banget ama lokasinya yang deskripsinya seru abis itu Tik. Trus ngikik pas baca dibandingin ama sapi. Hihihi. Baca ini jadi naik apresiasi gw sama brand Nu Green Tea nya.
Mei 9, 2015 pukul 7:24 am
Hahaha… Iya Dan, emang lokasinya epic banget. Glad that you enjoyed reading it 😀
Mei 6, 2015 pukul 2:00 am
Penasaranku akhirnya terjawab 😆
Kemarin-kemarin sering banget penasaran soal perbedaan green tea dan teh yang biasa. Kirain beda jenis tanaman. Ternyata …..
Btw, ceritanya seru banget mbak
Mei 6, 2015 pukul 2:39 am
Thank you Dian, senang bisa menjawab penasaranmu. Btw kamu lebih suka green tea atau black tea?
Mei 5, 2015 pukul 11:21 pm
Ih jahattttttt aku gak diajakkkkkkk. Kan mau duduk di kap depan landy sambil dadah2 ke eneng2 pemetik teh kakk
Mei 6, 2015 pukul 2:37 am
Hihihihi… aku pun langsung memvisualkan Om Bolang duduk di kap Landy sambil dadah2 lho… hahaha… ntar aku videoin yes?
Mei 5, 2015 pukul 7:55 pm
Waaaaaa, seruuu bgt ya. Jadi pngn kesana. B-)
Mei 6, 2015 pukul 2:36 am
Yuk yuk?
Ping-balik: Belajar Memetik Teh di #GreenTeaAdventure | cK stuff
Mei 5, 2015 pukul 12:57 pm
Wah seru juga ya mbak adventurenya! Dan tulisannya jg menarik, penuh info berguna. Btw green tea lebih bagus dininum tanpa gula kan ya? Aq jarang minum teh hijau sih… cuma seingatku klo di resto jepang gitu green teanya tawar kayak di warung Sunda
Mei 6, 2015 pukul 2:36 am
Mestinya manfaat green tea-nya sih tetap ada ya, baik diminum dengan atau tanpa gula, asalkan kualitas daun teh sebagai bahan bakunya bagus.
Mei 5, 2015 pukul 12:22 pm
Akkkk, aku suka kebun teh kaaaak! Bisa dapet banyak foto yang instagram able soalnya :p
Mei 5, 2015 pukul 12:54 pm
Aaaak… coba kamu ikut kak, bisa saling foto2an kita!!
Mei 5, 2015 pukul 1:11 pm
huahaha, iya~~ semoga ada next time ya kak xixixi~
Mei 6, 2015 pukul 2:36 am
Amiiiiin!!!
Mei 5, 2015 pukul 12:05 pm
Saya berjanji: gak bakalan ngeremehin teh botolan lagi. Sumpah!
Mei 5, 2015 pukul 12:54 pm
Sumpah banget!! Ternyata effortnya luar biasa!