Saat mendengar kata Sumatera Barat sebagai tujuan wisata, biasanya langsung teringat Ngarai Sianok, istana Pagaruyung, Bukittinggi dan jam gadangnya, Lembah Harau atau Danau Maninjau. Tempat-tempat itu memang indah. Tapi sebenarnya masih banyak sisi Sumatera Barat yang belum ‘go-public‘ dan tak kalah menariknya. Salah satunya ada di Kabupaten Pesisir Selatan, tepatnya di Langkisau.
Langkisau adalah sebuah kota kecil di area pantai yang bisa ditempuh dengan naik mobil selama 2,5 jam dari kota Padang. Tanggal 15 April lalu saya dan Adit diajak Kementrian Pariwisata mengunjungi tempat ini, bertepatan dengan pembukaan Festival Langkisau. Sebelum menuju Langkisau, saya sempatkan browsing mengenai tempat ini dan menemukan informasi kalau ada sebuah area di mana pantai berteluk yang dikelilingi bukit. Wah, mestinya sunrise di puncak bukit bakal cakep nih! Padahal rombongan berencana berangkat jam 7 pagi dari hotel di Padang… Kami galau… Sunrise or no sunrise?
Akhirnya saya, Adit dan seorang teman lagi memutuskan berangkat duluan sejak semalam sebelum pembukaan festival dari kota Padang dan menginap di Langkisau dengan satu tujuan: mengejar sunrise! Hahaha… Kami menyewa mobil demi tujuan mulia ini dan segera tancap gas ke Pesisir Selatan. Rio, seorang pemuda asli Minang, mengemudikan mobil dengan tangkas di jalanan yang berkelok. Esoknya jam 5 pagi kami sudah bisa bergerak menuju bukit demi melihat s.u.n.r.i.s.e. Sayang… sayang langit agak mendung. *sedih*
Kami melanjutkan perjalanan ke Jembatan Aka alias jembatan yang dibuat dengan menjalin akar dua pohon beringin di tepi sungai yang berseberangan. Wiiiih…. jembatan ini epic!!! Kalau kamu sempat nonton film Avatar-nya James Cameron, nah suasana magisnya tuh kayak planet Pandora itu! Pohon beringin yang sudah berusia ratusan tahun itu terlihat begitu kokoh dan magis. Saya nggak ngerti deh gimana caranya menjalin akar dua pohon ini sampai menjadi jembatan dan dipakai lalu lalang warga tiap hari. Menuju tempat ini cukup naik mobil sekitar 30 menit dari Langkisau.
Sejak pukul 10 pagi kami sudah stand-by di lokasi pembukaan Festival Langkisau. Meskipun dimulainya acara sempat ngaret, tapi para peserta festival yang sudah dandan dan pakai kostum lengkap sejak pagi tetap setia menanti. Pembukaan Festival Langkisau ini diisi dengan tarian selamat datang, kesenian saluang dan gendang tabuik serta pawai kebudayaan yang diikuti peserta dari 15 kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan. Sebenarnya lokasi pembukaan yang terletak di lapangan pantai Carocok akan lebih elok jika dibuat menghadap lepas ke pantai. Sayangnya, di acara kemarin justru bibir pantai ditutupi deretan tenda penjual aneka barang dagangan. Seandainya posisinya tenda-tendanya digeser, tentu pantai Carocok bisa menjadi fokus perhatian di foto-foto dan video dari festival ini.
Festival yang berlangsung selama 15-19 April ini cukup lengkap, selain acara budaya, ada juga bazaar yang menjual aneka rupa barang, termasuk batu akik, lalu ada beragam lomba yang seru untuk ditonton, seperti festival Randai Kreasi, festival Talempong Kreasi, festival Rabab, lomba lagu pop Minang, hingga lomba Selaju Sampan alias balapan sampan di laut dan lomba paragliding di bukit menghadap ke teluk.
Oya, kami menemukan penginapan Dorma persis di samping lokasi festival. Kamarnya sederhana tapi bersih, kasurnya luas dan empuk, plus karpet tebal yang bisa buat gegoleran. Semalam 300 ribu saja, kami patungan bertiga. Sangat lumayan untuk meluruskan kaki setelah ngebut dari Padang ke Painan 🙂
Selesai pembukaan kami langsung meluncur menyusuri Pesisir Selatan, sambil jalan ke kota Padang. Kami sudah jauh-jauh pergi ke Sumatera Barat, sayang banget kalau nggak eksplorasi spot-spot kece lain, terus foto-foto buat diupload di blog, Instagram, twitter dan tentunya sosmed paling epic yaitu Google+ karena apa yang kita posting di Google+ punya probabilitas muncul lebih tinggi saat orang-orang search di mesin pencari Google. Alasan inilah yang bikin saya rajin posting di Google+ sampai sekarang, komplit pakai hashtag #wonderfulIndonesia #indonesiaOnly dan #PesonaIndonesia.
Overall, perjalanan ini seru banget! Semoga tahun ini saya bisa datang ke berbagai festival budaya lain di nusantara. Oya, ada artikel lain soal photo session kami selama di Padang sehabis dari Langkisau. Thanks to Kemenpar RI, dan tiga teman jalan saya yang gokil dan penuh kejutan! Inilah dia sebagian dari hasil eksplorasi kami:
Intip juga artikel saya yang lain tentang Sumatera Barat sebelumnya:
– Lembah Harau yang memakau tapi menyedihkan.
– Sumatera Barat dalam sepekan
– Aneka jajanan Sumatera Barat yang menggoda
April 28, 2015 pukul 11:10 am
pesisirnya baguuuss… jadi kaya’ di luar negeri.
April 28, 2015 pukul 3:50 pm
Iya, ini emang di luar Jawa. Eh? 😀
April 28, 2015 pukul 8:45 pm
di luar Jawa rata-rata pesisirnya emang bagus. haduh jadi keingetan waktu lagi di Sorong dan Salawati.
April 28, 2015 pukul 9:25 pm
Waduuuuh…. Papua pantainya cakep semuaaa! 😀
April 27, 2015 pukul 10:20 am
aku dulu tinggal di painan, jadi tau banget jembatan aka. Sumbar kece ya? orang2nya juga. ihiiiir.
April 28, 2015 pukul 6:15 am
Sumbar kece. banget. Orang2nya? Hmmm… 😀
April 24, 2015 pukul 10:52 am
Huaaaa.. Sukak banget pohonnya yang berakar-akar gitu, Mbaaak.. Sebagai orang Minang, aku malu karena baru tau tentang Langkisau ini.. Taunya cumak sekedar Sikuai Pasumpahan doank 😦
April 24, 2015 pukul 8:03 pm
Hai Beby… iya, jembatan akar emang keren abis! Hayuk dong kapan main ke Langkisau?
April 21, 2015 pukul 5:48 pm
Menarik banget nih!! Baru dengar ada kota Langkisau dan Painan, kalau pas nggak ada festival enaknya di sana bisa ngapain aja ya? Jadi ngelamun, kapan ya bisa ke sana?
April 21, 2015 pukul 10:52 pm
Bisa paragliding, makan2 atau jalan menelusuri pantainya yg indah. Yuk!
April 22, 2015 pukul 10:58 am
Bung Dedi, sebenarnya Langkisau itu adalah nama sebuah bukit yang terletak di Kota Painan. Painan sendiri adalah nama Ibu Kota dari Kabupaten Pesisir Selatan, salah satu kabupaten yang ada di Prov. Sumatra Barat. Di kaki bukit Langkisau ada hamparan pantai nan indah yang selalau siap memanjakan dan membuat setiap pengunjung merasa nyaman dan terpesona dengan keindahan alamnya. Banana Boat, Jet Ski, Diving, Dll siap menanti kedatangan pengunjung kapan saja, terutama libur akhir pekan. Dari puncak bukit Langkisau yang tingginya Kira-kira 300 m DPL, jika pengunjung punya nyali bisa melakukan Paragliding yang endingnya tepat di bibir pantai. semoga suatu hari bung Dedi bisa menikmati liburannya di Painan.
April 22, 2015 pukul 6:25 pm
Wah terima kasih Defitra 🙂
April 20, 2015 pukul 8:22 pm
Sunrisenya suka. Unik akar” pohon yang merambat jadi menambah keindahan alamnya dan jembatan aka nya bikin mupeng pengen selfie 😀
April 20, 2015 pukul 8:41 pm
IYA BANGET!! Kita sampe puas ganti2an saling motoin di situ 🙂
April 20, 2015 pukul 10:13 am
Menarik!! Den sbg urang awak yg dah lama di perantauan jd kangen kampuang! Tapi dari dulu lom pernah ke Langkisau, palagi ka jembatan aka itu ha!
April 20, 2015 pukul 5:35 pm
Hayuk ke Langkisau!
April 20, 2015 pukul 9:27 am
Wiii, pengen ke jembatan aka nyaaa~~ Eh, jadi kemaren beli akik nggak kak waktu di festival? 😀
April 20, 2015 pukul 10:11 am
Sepertinya sekarang pemprov dan pemkab dimana-mana udah makin rajin bikin festival atau acara budaya buat promosi wisata ya. Sayangnya kami-kami ini nggak tau mesti cari infonya kemana. Kalau nggak ada artikel kayak di blog ini misalnya, aku nggak akan pernah tau ada Festival Langkisau.
April 20, 2015 pukul 5:34 pm
Benar, blog seperti ini dan sosmed memang channel yg rajin nyebarin info2 kayak gini. Stay tuned yaaa^^
April 20, 2015 pukul 5:33 pm
Aku nggak hobi akik, jadi nggak beli. Kamu suka?
April 20, 2015 pukul 5:34 pm
aku sukanya kalau pake batu mulia~ bisa dipake investasi kak ;v
April 20, 2015 pukul 7:01 pm
Ih SETUJU BANGET!!! Mari borong batu giok? Atau batu apa?
Ping-balik: Sudut Tua Kota Padang | About life on and off screen
April 20, 2015 pukul 7:53 am
pemandangannya kece mba, apalagi yang jembatan aka ituuuu unik banget 😀
April 20, 2015 pukul 8:29 am
Iyaaa… Yuk ke sana?