Seperti yang saya tulis dalam posting sebelumnya, saya bersama beberapa orang teman pergi ke Kabupaten Sumbawa Barat dalam rangka #KSBTrip 24-28 Desember lalu. Terus, ngapain aja di Sumbawa Barat? Wah, macam-macam! Soal main mata sama kuda yang merumput di kaki bukit, main di pantai Maluk yang kece banget dan snorkeling di teluk Benete sudah saya tulis di sini. Kalau mau belajar membuat pelopo, pundut atau gogos (snack khas Sumbawa Barat) bisa dilakukan di desa Taliwang, tentu jangan lupa makan ayam bakar Taliwang. Soal ragam kuliner yang menggoyang lidah itu sudah saya tulis juga di sini.
Bagaimana rute menuju Sumabawa Barat? Kami berangkat naik pesawat menuju Mataram, Lombok dan menginap semalam di sana sebelum besok paginya naik mobil sewaan ke pelabuhan Kayangan. Perjalanan memakan waktu sekitar 2.5 jam karena harus melintasi jalan raya dari kota Mataram di sisi barat ke pelabuhan di sisi timur. Kami menyewa mobil travel, meski sebenarnya ada angkutan umum ke pelabuhan ini. Dari pelabuhan Kayangan ada dua option untuk menyeberang ke Sumbawa Barat, yaitu naik ferry ke Pototano atau ke Benete. Kami masuk melalui pelabuhan di Benete.
Nah, mumpung ada yang mengajak ke Batu Hijau, maka saya sekalian cek-cek lokasi buat setting film. Dari dulu saya ingin membuat cerita film dengan setting yang unik, yang sejauh ini belum pernah saya lihat di layar bioskop Indonesia, yaitu areal pertambangan. Dugaan saya, bukan karena nggak kepikir sama para filmmaker Indonesia, tapi karena area pertambangan biasanya tertutup dan dijaga ketat, tidak bisa dikunjungi dengan bebas sehingga tidak mudah untuk menulis ceritanya tanpa pernah mengunjungi langsung lokasinya.
Kami bertujuh, saya, Sasha, Nico, Aline, Ivan, Naimah dan Imad melihat tempat pengolahan ore milik PT Newmont Nusa Tenggara dan ke lokasi reklamasi yang konturnya berbukit-bukit luas sekali. Reklamasi ini adalah proses menanami kembali permukaan tanah yang sudah selesai dieksplorasi dengan jenis-jenis tumbuhan yang sedekat mungkin dengan ekosistem aslinya, sekitar 80% masih sama, dan luas lahan yang direklamasi adalah 20-30 ha pertahun. Rupanya cukup sulit juga prosesnya, karena harus mengembalikan posisi bukit-bukitnya dengan kemiringan tertentu, lalu menebar puluhan ribu benih tanaman, disiram pakai kendaraan semacam mobil pemadam kebakaran itu, dan permukaan tanahnya mesti ditutup coconet untuk mencegah erosi sambil menunggu tanamannya tumbuh besar.
Nah, apakah coconet itu? Bagi saya ini pengetahuan baru. Coconet adalah net dari coconut. Iya, jaring yang dibuat dari sabut kelapa. Sabut kelapa dipintal menjadi tali panjang, lalu dianyam menjadi jaring. Karena organik, setelah dipasang jaring ini tak perlu dilepas lagi, alias dibiarkan saja hingga rusak sendiri dan melebur dengan tanah seiring dengan waktu. Pembuatan coconet ini dikerjakan oleh kumpulan ibu-ibu di sebuah desa tak jauh dari Batu Hijau sebagai mata pencaharian mereka.
Bagi saya yang baru pertama kali masuk ke lokasi pertambangan, langsung tersusun adegan-adegan seru seandainya jadi beneran shooting di situ. Sehabis berkeliling, sudah terjalin sebuah sinopsis singkat calon film baru saya itu, mulai dari awal sampai akhir, tentu dengan adegan kejar-kejaran di perbukitan sekitar area reklamasi itu. Jadinya semacam film drama-action gitu. Pas saya lagi asik-asiknya merangkai cerita, tiba-tiba Ivan dengan sangat kreatif ngasih usulan judul: Hantu Tambang Gentayangan, terus Nico kasih judul: Pekerja Tambang Yang Tertukar. Duh… Nggak ada yang cocok blas judulnya! Anyway, semoga jadi beneran filmnya! Kamu ada usul film ini mau dikasih judul apa? Silakan lho…
Ping-balik: Traveling Bikin Kulit Gosong? | About life on and off screen
Ping-balik: Balada Kerja Malam | About life on and off screen
Januari 26, 2015 pukul 2:52 pm
ntr bakalan ada pemain pekerja tambang dgn body kekar, tampang co bgt gitu kan :D???
kulinernya yg bikin aku pgn kesanaa mbaaa ^o^
Januari 26, 2015 pukul 8:27 pm
Jelas dong, perlu ada pekerja tambang dengan perut six packs! 😀
Januari 22, 2015 pukul 8:55 pm
ga pernah berani komen, postingannya bikin ngiri terus.
dari lama pengen nanya kok nama blognya nggak sabai.com aja gitu ” 😐
Januari 23, 2015 pukul 12:02 am
hahahaha…. dulu aku pernah cek, Sabai.com udah dipakai orang, buat usaha spa di Thailand. Sabai memang artinya ‘fine/everything is alright’ gitu dalam bahasa Thai. Lalu mencari nama lain, dan ketemu yg ini. Anyway, bebas komentar lho Om 🙂
Januari 19, 2015 pukul 8:10 am
Menurut saya judulnya perjuangan orang berompi.
Karena kerja di tambang itu keras dengan resiko tinggi.
Ditambah lagi yg kerja disana gak ada yg pakai jas dan dasi.
Yg ada pake rompi dan alat safety lainnya.
Klu gak judulnya berompi vs berjas..
Jd ceritanya perbedaan kehidupan pada pekerja pertambangan dengan pekerja di metropolitan.. Pasti keren. 😁😁😁
Kebetulan saya mahasiswa tambang juga.
Hehehehe..
Januari 19, 2015 pukul 9:51 pm
Wah, pantesan Piter menghayati banget! hehehe…
Januari 18, 2015 pukul 7:03 am
Sumbawa Barat kece neh! Hayuklah kapan shooting? Sutradaranya udah siap lahir batin! Ini serius. Camkan itu.
Januari 19, 2015 pukul 9:56 pm
Udah dicamkan. Mari diseriusin ke Newmont 🙂
Januari 17, 2015 pukul 2:31 am
Bagus nih makin banyak sineas yang mengeksplorasi alam Indonesia yang jarang dilihat orang banyak. Semoga filmnya nanti sukses mbak!
Hmm, judulnya sebenarnya tergantung genre filmnya sih, ga mungkin kan kalau genre filmnya thriller dikasih judul “Cintaku di Pertambangan”? Hehe 😀
Januari 17, 2015 pukul 7:38 pm
Cintaku Di Pertambangan itu cocok kalau yg main Roy Marten! Hahaha… jadul abis ya?
Januari 17, 2015 pukul 10:06 pm
Atau “Kejar Daku, Kau Kutambang”? Yg maen Deddy Mizwar dan Lydia Kandau.
Hahaha
Januari 20, 2015 pukul 9:40 am
Hahaha… Deddy Mizwarnya udah jadi pejabat kak 😀
Januari 16, 2015 pukul 10:17 am
belum kesana sih tapi kalau searching tentang Sumbawa bagus juga lokasi buat shoting, riset terus ini ya mbak?
lokasi yg di pake Pendekar Tongkat Emas sama kan ya mbak? yg paling asik tuh liat kuda diumbar bebas tanpa dituntun 🙂
Januari 17, 2015 pukul 7:37 pm
Beda dong… lokasi film Pendekar Tongkat Emas itu di Sumba, lebih ke timur lagi dari Sumbawa Barat. Yuk ke Sumbawa Barat?
Januari 18, 2015 pukul 1:24 pm
ohhh gtu kirain deketan , nanti deh mbak belum ada waktunya untuk skrg ini, update aja foto”nya di IG ya 😀
Januari 19, 2015 pukul 9:52 pm
Hahaha… sip sip! Akan update di IG 🙂
Januari 16, 2015 pukul 8:31 am
Huaaaaa. Kece ya, mba tikaaa.
Sumbawa kudu jadi next destination. \o/
Januari 16, 2015 pukul 10:00 am
IYA… kece berat!! Yuk? NUnggu abis musim ujan sebaiknya
Januari 17, 2015 pukul 11:51 am
Emang keren Sumbawa barat…savana khas Indonesia bngt…sdh visit ke pantai trophi?
Januari 17, 2015 pukul 7:35 pm
Wah belum tuh ke pantai Trophi!! Apakah ini pertanda aku harus balik ke Sumbawa Barat lagi?
Januari 16, 2015 pukul 12:08 am
Ah kangen malukkkkkkkkkk … berangkat 🙂
Januari 16, 2015 pukul 6:33 am
Yuk cusss!! Jangan lupa swimming pants polakdotnya dibawa yes?
Januari 15, 2015 pukul 10:42 pm
eh aku mau dong jadi asistennya Mba… 😛 *serius… asal diajak pergi, hehehe
Januari 16, 2015 pukul 6:32 am
hehehehe…. mana sanggup aku menggajimu selaku asisten. Pasti ratenya udah diluar jangkauan deh 🙂
Januari 16, 2015 pukul 3:14 pm
hahaha…. Gajiku gaji standar kok…. 🙂 sueeerrr dehhh…
yang penting diajak mba aja ke mana… udahh *menatap dengan penuh menghiba….penuh harap…
Januari 15, 2015 pukul 8:04 pm
haduuh..,, tarik nafas..
temanku ada yg asli orang sini .. cerita pulkamnya seru.., naik bisa dari Jakarta soalnya, tapi dia nggak pernah cerita kampungnya secakep ini deh
perlu tim medis nggak Tik? he..he..
Januari 16, 2015 pukul 6:32 am
he he he… pasti selalu perlu tim medis. Tertarik menjelajah Sumbawa Barat? 😉
Januari 15, 2015 pukul 12:44 pm
Ikuuuuutttt:))
Januari 15, 2015 pukul 5:10 pm
Hayuuuuukk :))
Januari 15, 2015 pukul 9:23 am
Mba, perlu orang buat bantu2 gak sih hehe
Januari 15, 2015 pukul 9:32 am
Hahaha same question sama Mbak Noni. *lempar CV*😂
Januari 15, 2015 pukul 9:40 am
hahaha… yakin? kerja film itu long hours dan sering lembur lho 🙂
Januari 15, 2015 pukul 10:11 am
Hehehe iya pasti long hours. Aku aja bikin video 5 menit untuk klien, syutingnya bisa seharian. Tapi gpp, Mbak asal pemandangannya seindah ini, mah. *kekeuh* 😀
Januari 15, 2015 pukul 5:08 pm
baiklah aku catet! Lho kamu kerjanya termasuk bikin corporate video?
Januari 15, 2015 pukul 5:33 pm
Iya, Mbak. Pernah jadi script writer untuk tayangan tv anak dan tvc. *promosi abis* tp levelku blm advance😁
Januari 15, 2015 pukul 7:37 pm
hahaha… kayak kursus bahasa Inggris aja ada level advance segala 😀
Januari 15, 2015 pukul 7:55 pm
😀
Januari 15, 2015 pukul 9:36 am
Perlu, selalu perlu.
Januari 15, 2015 pukul 9:40 am
Asik, lamaran dikirim kemana mba haha
Januari 15, 2015 pukul 9:42 am
Yakin? Shooting itu bisa dr subuh sampai menjelang subuh lagi lho… Nanti minta kerokan pake minyak kayu putih gak? 😉
Januari 15, 2015 pukul 7:27 am
Kirain judulnya “Ganteng2 Tarik Tambang” . ini sudah aktif lagi ya perusahaan pertambangannya?
Januari 15, 2015 pukul 9:01 am
Hahahaha… ide bagus juga tuh!! Tapi nanti dikira sinetron? 😀 Udah aktif.
Januari 15, 2015 pukul 7:09 am
Masya Allah.. Bagus banget pemandangannya, Mbaaaak.. 😀
Sumbawa Barat ini beda ya sama Pulau Sumba? Aku mupeng sama savanna en pantainya.. Kyaaaa >,<
Januari 15, 2015 pukul 9:00 am
Beda, Sumbawa Barat ini lebih di barat, Sumba lebih ke timur. Yuk ke Sumba th 2015?