Pergi ke Kepulauan Derawan tidak sah kalau tidak ke tiga pulau lain di sekitarnya. Ada Pulau Maratua, Kakaban dan Sangalaki yang terkenal dari total 31 pulau di kepulauan tersebut. Saya memang ingin mengunjungi daerah terluar Indonesia, menengok seperti apa kehidupan di perbatasan. Sabang, Merauke, Atapupu (perbatasan dengan Timor Leste) sudah saya tengok.
Sekarang giliran empat pulau ini, dengan bonus pemandangan indah dan kisah seru berenang bareng cendol di danau. Jadi ada apa saja di Maratau, Kakaban dan Sangalaki?
Pulau Maratua
Pulau ini punya hamparan pasir putih yang maha luas… apalagi pas saya kesana pas laut surut, jadilah kedatangan speed boat kami disambut karpet putih yang membentang bernama pasir pantai. Di bagian depan pulau ini ada Maratua Paradise Resort, penginapan kece milik orang Malaysia. Kata penjaga resort yang sempat saja ajak ngobrol, tanahnya sudah dibeli oleh orang Malaysia. Saya merasa miris setiap kali menemukan property bagus yang dikelola oleh orang asing, seperti di Kepa (NTT), Cubadak (Sumbar) dan tempat-tempat lain di nusantara. Tapi saya ragu tanah ini beneran dibeli orang Malaysia, karena setahu saya WNA tidak boleh membeli tanah di Indonesia, paling menyewa dan diberi hak guna selama 10-30 tahun. Entahlah, kalau teman-teman ada yang tahu duduk persoalannya, silakan berkomentar.
Namanya resort bagus, pasti lebih mahal. Semalam Rp 750.000 per orang, sementara berbagai cottage di Derawan mematok harga antara 250 hingga 500 ribu rupiah per orang. Orang yang bukan tamu resort boleh datang dan foto-foto tapi harus membayar tunai Rp 30.000 per orang. Matre ya? Nggak apa-apa lah saya bayar demi foto-foto kece ini. Satu hal yang bikin dongkol sebenarnya adalah restoran resort ini tidak melayani pembeli selain tamu resort mereka! Jadi abis foto-foto dan lompat-lompat kepanasan ini, nggak bisa tuh ngadem sambil beli es teh di restorannya, meskipun sanggup membayar! Asem banget! Karena dongkol, saya ajak Deni dan supir speed boat meninggalkan pulau ini.
Pulau Kakaban
Di pulau inilah terjadi hal-hal yang diinginkan!!! Speed boat kami merapat di dermaga, kami mengisi buku tamu di gerbang dan mulailah kami berjalan kaki mendaki tangga terjal dari kayu ulin menerabas hutan melewati pohon-pohon tinggi menjulang. Untuk apa kami naik tangga ke atas? Untuk turun lagi! Beneran, begitu sudah sampai di puncak tertinggi, tangganya berkelok turun, sama curamnya. Di ujung tangga inilah apa yang kami cari, danau Kakaban!
Danau Kakaban termasuk danau purba, tapi jangan bayangkan ada fosil dinosaurus ya. Di dalamnya ada stingless jellyfish, alias ubur-ubur tidak menyengat. My dream came true! Berenang bersama ribuan ubur-ubur di danau purba ini! Segera saya siapkan snorkel, masker dan kostum wedding untuk berenang, tak lupa kamera GoPro pinjaman untuk foto bareng ubur-uburnya di bawah air. Berenang bareng ribuan stingless jellyfish ini membuat saya merasa seperti… cendol! Saat kaki atau lengan saya nggak sengaja menyenggol ubur-ubur ini, rasanya empuk-empuk jinak menggemaskan gitu deh!
Tips kalau berenang di danau Kakaban:
1. Jangan pakai fin, karena tanpa disadari gerakan kaki dengan fin bisa membuat air danau keruh, kita rugi sendiri kalau nggak bisa melihat ubur-uburnya dengan jelas. Bila menyenggol, fin bisa merusak makhluk hidup lain di dasar danau.
2. Pas masuk ke air danau, melangkah pelan-pelan lewat tangga di dermaga, jangan melompat dan menceburkan diri biar air danau tidak keruh.
3. Ubur-uburnya jangan di angkat dari air ya! Kalaupun mau sentuh, di dalam air, dan lakukan dengan lembut. Saya sempat gemes lihat beberapa pelancong dari Malaysia (logat bicaranya ala Upin-Ipin gitu) heboh foto-foto dipermukaan air sambil sesekali mengangkat ubur-uburnya. Sampai pemandu mereka melihat kejadian ini dan memperingatkan.
4. Kalau mau ubur-uburnya banyak, berenanglah lebih ke tengah. Tapi kalau nggak pede atau nggak berani di tepian saja sudah ada satu-dua yang lewat.
5. Bawa snorkel dan masker sendiri, kalau bisa. Menyewa juga ada sih di Derawan. Sewa life jacket juga ada.
6. Bawa casing underwater untuk camera atau ponselmu. Udah jauh-jauh ke sini, masa nggak foto dan merekam video di bawah airnya? Dan ini dia hasilnya!
Habis berenang di danau, kami makan siang, lalu snorkeling di sekeliling pulau Kakaban, di bagian yang dangkal sehingga bisa melihat aneka terumbu karang, barisan ikan badut dan jutaan ikan-ikan lain, serta penyu laut! Ih, saya gemes banget baru snorkeling sebentar saja udah ketemu 2 ekor penyu laut besar berenang dengan damai. Tak terasa kami sudah sampai di ujung pulau, saatnya naik ke atas, dan kembali ke speed boad yang bergerak pelan (tanpa menyalakan mesin) menyusul kami.
Satu hal yang saya suka dari Kakaban adalah larangan mendirikan bangunan dan menghuni pulau ini, kecuali bagi petugas jagawana yang mendirikan pos sederhana di dekat dermaga. Peraturan ini dibuat demi kelestarian danau dan seisinya. Bagus deh, semoga kelak 7 generasi lagi anak cucu kita masih bisa berenang sama stingless jellyfish di sini.
Pulau Sangalaki
Pulau ini juga tidak berpenghuni, kecuali sebuah rumah di tengah pulau tempat tinggal petugas konservasi laut. Memang ada peraturan yang membuat pulau Sangalaki sebagai tempat penyu hijau bertelur. Tiap malam bisa sampai belasan ekor penyu laut naik ke pantai, menggali pasir, bertelur dan mengubur telurnya dengan pasir lagi sebelum kembali masuk ke laut. Puncak musim penyu bertelur terjadi di bulan April hingga Juni. Meski saya datang di bulan Oktober, saya bisa melihat jejak penyu bertelur dari malam sebelumnya dan di satu sisi pantai saja saya hitung ada 6 jejak penyu.
Sekali bertelur seeokor penyu betina bisa mengeluarkan 60 sampai 160 butir. Banyak ya? Tapi dari seluruh jumlah itu, tidak semua menetas dengan selamat karena ancaman predator seperti biawak, ular dan manusia! Ada lho orang berburu telur penyu untuk dijual. Sadis! Saya pernah begadang di tepi pantai malam-malam menunggu penyu bertelur. Amboi… tegangnya kayak mau melahirkan! Kita nggak boleh bersuara dan mengeluarkan cahaya (senter atau ponsel) sama sekali. Harus duduk diam, karena kalau ada suara dan cahaya, penyunya enggak jadi bertelur, balik ke laut.
Telur penyu setelah menetas jadi tukik (anak penyu) nanti harus berjalan kaki melintasi pantai menuju laut. Pada saat ini burung pemangsa pun mengincar mereka. Maka demi kelestarian penyu, ada petugas yang berjaga melindungi telur-telur ini, dipindahkan dalam lubang pasir di area yang dipagari tinggi, diberi label dengan penanggalan yang jelas. Jika sudah waktunya telur menetas, petugas akan melepas tukik-tukik itu kembali ke laut pada saat senja atau fajar, ketika matahari belum kuat.
Biaya buat ke Derawan, Maratua, Kakaban, Sangalaki:
Penerbangan dari Jakarta ke Balikpapan, lalu ke Berau one way Rp 1.250.000. Bisa juga dari Balikpapan lewat Tarakan karena ongkos pesawatnya lebih murah, tapi dari Tarakan tidak ada boat reguler untuk menyeberang ke Pulau Derawan. Kalau datang rombongan 4 orang atau lebih bisa sewa boat dan ongkosnya dibagi.
Dari bandara Berau ke pelabuhan Tanjung Batu saya naik mobil travel. Di Bandara ditawari taksi harganya Rp 200.000. Menyeberang dari Tanjung Batu ke Pulau Derawan kalau sewa boat untuk 4 orang antara 1,5 hingga 2 juta. Kata Ibu Nur yang saya ceritakan di sini ada boat reguler yang memuat warga menyeberang dengan tarif Rp 70.000 per orang.
Penginapan di derawan bervariasi antara 150 (homestay) sampai 500 ribu (water cottage) per orang per malam. Penginapan biasanya termasuk makan, atau kalau tidak pun bisa makan di warung, sekitar 30-50 ribu per orang. Sewa speed boat untuk mengunjungi pulau-pulau lain Rp 1,5-2 juta perhari utk kapasitas 4-5 orang, kalau lebih besar beda lagi sewanya.
Kalau mau praktis bisa ikut open trip dengan tarif bervariasi antara 1.750.000 hingga 2.660.000 untuk tiga hari. Enaknya ikut open trip adalah tidak perlu repot mengurus semua sendirian, bisa sharing ongkos dengan peserta lain dan bisa saling memfoto. Soalnya jalan-jalan sendirian itu paling sengsara kalau pas mau foto, cuma mengandalkan tongsis yang anglenya kadang kurang maksimal. Tidak enaknya adalah open trip biasanya dilakukan pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu sehingga tempat ini cukup ramai. Kata Deni yang memandu saya, setiap wiken pasti danaunya ramai pengunjung, kurang maksimal buat foto-foto, hehehe…. Saya beruntung ke sana pas hari Senin, cukup sepi. Jadi, kapan kamu mau ke sini?
Sebagai penutup, kamu bisa mendapatkan give away jam tangan kece dari Urban Icon yang fotonya muncul di atas itu! Caranya klik ini dan segera lakukan sebelum 2 November. Kamu juga bisa jalan-jalan gratis keliling Sumatera Barat, dipersembahkan oleh Google Indonesia dan Kementrian Pariwisata, caranya klik ini dan segera sebelum 31 Oktober ya. Mau? 🙂
November 26, 2015 pukul 7:22 am
Wah, ironis sekali yaw kak,,, nggak bisa beli makanan atau minuman di sekitar resort di Maratua,,, padahal kan ini tanah tanah kita,,, tapi kok nggak bisa leluasa di negeri sendiri salah satunya yaw itu. Hmmmm ironis sekali
November 26, 2015 pukul 9:38 am
Begitulah negeri kita Indonesia yg tercinta… Sebaiknya diapain ya?
Ping-balik: Pulau Lengkuas: Mendaki Mercu Suar Tua Jaman Belanda | About life on and off screen
Desember 4, 2014 pukul 9:13 pm
Rahmawati Nganjuk
Terima Kasih OM AGUS ..Nomer Ritual yang kami Terima Benar-benar Tembus, 100%..Hingga Kami sekarang bisa melunasi hutang-hutang kami sekeluarga…sekali lagi terima kasih kepada OM,AGUS yang kini telah merubah hidup saya…yg dulu selalu di kejar-kejar hutang..sekarang kami bisa bernafas lega..berkat bantuan mbah jenggot ..dengan Angka Ritual Ghoibnya..Bagi Anda yang ingin seperti saya..silahkan anda,HB=085-399-278-797 ..OM,AGUS
Ping-balik: Senyum Manis, Senjata Pas Traveling Sendirian | About life on and off screen
Ping-balik: Harga BBM Naik, Apa Tetap Traveling? | About life on and off screen
November 4, 2014 pukul 9:07 pm
Kenapa air danaunya keruh ya mba?
November 5, 2014 pukul 11:52 am
karena pas foto itu lagi ada beberapa orang lain yg snorkeling di sekitar dermaga Dit
Ping-balik: #IndonesiaOnly : When Googleyness Spread To 14 Travel Bloggers - WANDERBITES! Food Photographer & Food Blogger
Oktober 31, 2014 pukul 4:18 pm
Sekarang selfie kamu makin ahli dan bersinar ya. Terakhir ke kupang belum se ahli ini :))
anyway, kamu gak coba ke morotai? itu bagusnya pake super.
numpang update terbaru:
NXtrip Medan:
https://ifanishere.wordpress.com/2014/10/31/nxtrip-medan-soal-perut-keindahan-alam-dan-fotografi/
Oktober 31, 2014 pukul 5:47 pm
Ahaha…. masih belajar selfie ini Fan! Terpaksa belajar biar kalau jalan sendirian bisa foto. Aku nyesel dari dulu jalan2 nggak suka foto (diri). Yuk trip bareng yuk?
Oktober 31, 2014 pukul 6:34 pm
Myanmar aku mau banget. Kamu nyusul perth yuk. Desember ini
November 4, 2014 pukul 4:30 pm
Desember high season Fan… ntar aja aku cari tiket promo pas low season 🙂
Oktober 31, 2014 pukul 1:05 pm
kamu makin canggih! hahaha
Oktober 31, 2014 pukul 5:44 pm
Apanya yg makin canggih mbok? 😀
Oktober 30, 2014 pukul 11:42 am
Mbak ini travelling sendirian? huaaa keren banget.. pantai2nya sadis..
Oktober 30, 2014 pukul 8:31 pm
Iya… dan emang banyak pantai sadis di Indonesia ini! Yuk kunjungi?
Oktober 30, 2014 pukul 1:00 am
ternyata dimana-mana sama ya mbak, kalau menginap di cottage itu hitungannya per orang, bukan per kamar.
Oktober 30, 2014 pukul 5:36 am
iya, kalo di derawan krn mereka ngitung buat provide makannya juga 🙂
Oktober 28, 2014 pukul 9:49 pm
Always believe that there are thousands beautiful local spots in Indonesia. You just showed a few. Show us more.
Pengen banget infrastruktur bisa ditingkatkan sehingga berlibur around Indonesia is an affordable vacation.
Oktober 29, 2014 pukul 5:28 am
Nah, soal harga dan frekuensi penerbangan jadi penting. Ada kontak ke kementrian perhubungan Lyn?
Oktober 28, 2014 pukul 6:09 pm
Awww.. seneng deh bacanya.. Kamu bener2 sendirian kak? Tapi enak juga sih ditemenin sama ubur2. geli2 gemana gituu.. HIhihihi.. Semoga kapan2 bisa ngetrip ke maratua kakaban sangalaki juga. Aamiin. :*
Oktober 28, 2014 pukul 7:27 pm
Amiiiin… geli2 lembut macam cincau gitu Tiw. Kamu pasti suka deh! 🙂 😀
Oktober 28, 2014 pukul 11:07 am
wow lokasi yg indah mba, salam kenal,,,,,
mudah2an menjadi inspirasi siapapun utk rasa memiliki NKRI
dengan batas wilayah
dan keindahannya….
Oktober 28, 2014 pukul 7:26 pm
Salam kenal Heri! Amin, thanks ya 🙂
Oktober 28, 2014 pukul 9:50 am
wih, keren banget alamnay ya, masih asli sepertinya, asal jangan banyak yang mengotori dengan sampah saja
Oktober 28, 2014 pukul 7:26 pm
Nah!! Sampah plastik itu masalah yang serius banget.
Oktober 28, 2014 pukul 9:02 am
Semoga blog elo dibaca Pak Jokowi biar bisa menunjang visi maritim-nya ya mbak.
Oktober 28, 2014 pukul 7:29 pm
Amiiin! Gimana caranya agar blog ini dibaca Jokowi ya?
Oktober 28, 2014 pukul 7:41 pm
Sms aja pak Jokowinya mbak, cantumin link blognya disana 😀
Oktober 28, 2014 pukul 7:50 pm
Oh bisa ya? Nomornya berapa tuh?
Oktober 28, 2014 pukul 8:00 pm
Bisa liat di FB-nya Paul Iman Soesanto, mbak Tika. Kalo disini bisa kepanjangan
Oktober 28, 2014 pukul 8:00 pm
oke! Makasih banyak ya 🙂
Oktober 28, 2014 pukul 8:02 pm
Sippo ^^