Siapa yang nggak pengin ke Raja Ampat? Saya belum pernah ke Raja Ampat, meskipun sudah banyak sekali cerita tentang tempat indah ini. Lalu, belum pernah ke sana kok menulis blog post ini? Sabaaar… Posting ini adalah bentuk afirmasi saya. Katanya kalau kita menginginkan sesuatu, maka kita perlu ucapkan dan visualkan keinginan tersebut agar segera terwujud. Jadi sebagai blogger, boleh dong saya melakukan afirmasi itu di blog. Lalu, apa maksudnya wisata ke Raja Ampat yang membuka mata?
Sebagai penyuka traveling saya sangat beruntung selama ini bisa bekerja sambil jalan-jalan. Dulu jaman sebelum social media marak, saya biasa menghabiskan waktu sebulan lebih di pedalaman untuk shooting film serial dokumenter dengan tim kecil, mulai dari ujung barat Indonesia sampai ke Yahukimo, di punggung pegunungan Bintang, Papua. Tentu ini kesempatan traveling yang sangat memperkaya hidup saya. Sekarang, saat saya membuat tulisan untuk film fiksi, beberapa kali riset dan shooting ke lokasi yang masih jarang terjamah tangan wisatawan, seperti ke kampung Torobulu di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Juli lalu.
Dari sekian banyak tempat yang telah saya jelajahi, rasanya ada yang kurang kalau belum ke Raja Ampat. Teman-teman divers bilang, rugi ke Raja Ampat kalau tidak menyelam. Saya pernah kursus menyelam sampai dapat sertifikat open water diver di Gili Trawangan, tapi sebuah trauma membuat saya belum berani menyelam lagi. Sementara menyelam di Raja Ampat minimal harus sudah mencatatkan 50x penyelaman di log book. Syarat yang bagi saya, jauh panggang dari api. Tapi benarkah ke Raja Ampat harus menyelam? Apa iya kalau tanpa menyelam akan tidak menikmati tempat indah itu? Saya ingin buktikan kalau anggapan tersebut tak selamanya benar.
Jadi mau ngapain aja ke Raja Ampat tanpa menyelam? Ini rencana saya mengeksplorasi keindahan alam, budaya dan kearifan lokal di sana:
Kayaking! Ya, saya ingin mengayuh kayak menyusuri gugusan pulau di Raja Ampat. Terus terang ini terinspirasi oleh foto-foto seorang teman dari Singapura yang khusus ke Raja Ampat buat kayaking. Dari atas kayak kita bisa menikmati keindahan alam laut yang jernih, paling tidak melongok sedikit dari 1.320 spesies ikan yang ada di Raja Ampat.
Snorkeling. Nah ini tidak boleh dilewatkan untuk mengintip kekayaan alam bawah laut di tempat ini mengingat 75% dari seluruh spesies karang yang ada di dunia ini terdapat di perairan Raja Ampat. Jumlah ini 10 kali lipat dari jumlah spesies karang yang ditemukan di seluruh Karibia lho! Syukur-syukur kalau ketemu satu ekor saja dari 5 spesies penyu langka yang terdapat di sana.
Jalan-jalan ke desa Yenwaupnor dan Sawinggrai untuk bird watching, mengamati berbagai jenis burung khas Papua, karena sesungguhnya selain Cenderawasih masih banyak jenis burung yang tak kalah indahnya. Ini juga menjadi kesempatan bagi saya untuk menjajal kemampuan fotografi, karena memotret burung itu sulit jendral!
Berkunjung ke desa Arborek tempat kita bisa melihat-lihat dan membeli aneka kerajinan tangan warga setempat. Mama-mama di sana terkenal piawai membuat noken (tas dari kulit kayu yang secara tradisional diselempangkan di atas kepala) dan kerajinan lain. Dalam konteks kebudayaan setempat, noken ini bukan sembarang tas. Noken adalah simbol kehidupan yang baik, perdamaian dan kesuburan. Hanya perempuan yang boleh membuat noken. Laki-laki tidak boleh, karena noken melambangkan rahim perempuan. Meskipun terbuat dari kulit kayu, tapi karena sudah dipilin dalam jalinan tali-temali yang halus dan lentur, menenteng noken jadi sangat fleksibel bisa untuk tempat apa saja. Noken yang terbuat dari kulit kayu biasa dapat dibeli dengan harga sekitar Rp 50.000, beda lagi kalau noken dari kulit kayu anggrek Papua, harganya di atas Rp 100.000 satu buah.
Masih soal kebudayaan, selanjutnya mampir ke Sawandarek yang berpasir putih dan ke sebuah desa tradisional di sana. Seandainya ke Raja Ampat pas peringatan 17 Agusutus atau festival keagamaan, maka di bagian barat dan utara Pulau Waigeo kita bisa menyaksikan pertunjukan suling bambu tradisional, disebut suling tambur. Tentu keindahan sunset di sini juga tak boleh dilewatkan. Wajib hukumnya berfoto dan posting di twitter, FB, Path, IG, G+ dan semua sosial media channel saya 🙂
Bagian terakhir dan ini yang paling saya nantikan, adalah berkenalan, membaur dan bermain bersama anak-anak di sana. Misalnya saya menginap selama 5 malam di Waigeo, maka saya ingin meluangkan waktu 2-3 jam perhari untuk bermain dengan anak-anak di sekitar tempat saya menginap. Saya akan membawa buku-buku cerita untuk mereka dan kita bisa mendongeng bersama. Ini dulu sering saya lakukan sebagai jurus ampuh untuk membaur dengan masyarakat lokal saat saya dan tim shooting film dokumenter. Salah satu serial dokumenter kami bertajuk Anganku, tentang anak-anak di pelosok Indonesia. Biasanya begitu ada orang asing datang, anak-anak itu dengan penuh rasa ingin tahu akan berkerumun di sekitar kita. Nah, saya ajak mereka mendongeng, bisa mengambil cerita dari buku bacaan sebagai sumber inspirasi tapi kemudian dikembangkan dengan bebas. Lalu saya meminta salah satu anak untuk melanjutkan potongan dongeng ini, demikian seterusnya secara bergantian. Cara ini akan membangun interaksi yang aktif dan menyenangkan. Saya rindu mendongeng untuk anak-anak di daerah-daerah yang jauh, dan saya berharap sedikit dongeng, buku cerita dan interaksi kami ini akan membuka mata anak-anak tersebut akan luasnya dunia, karena mereka, anak-anak di seluruh pelosok nusantara, telah membuka mata saya akan banyak hal yang sangat patut disyukuri.
Foto di atas adalah anak-anak di Kosarek, Papua Tengah waktu kami ke sana tahun 2004. Foto di bawah ini bersama Ubertus, kami selama 8 jam menyusuri sungai dari Senggo ke Kepi, Papua.
Dibandingkan 10 tahun lalu ketika saya mulai terbang ke Papua dengan jumlah flight yang terbatas, sekarang sudah tidak sulit lagi terbang ke Sorong dari Jakarta. Ada Lion Air- Wings Air yang transit di Manado, atau Garuda dan Sriwijaya Air yang transit di Makassar. Dari Sorong ada jadwal reguler transit dengan boat menuju Waisai, ibu kota kabupaten Raja Ampat di Pulau Waigeo setiap hari jam 13.00 WIT. Serunya, kalau pergi rombongan dengan sekitar 6-8 orang, kita bisa sewa boat sendiri. Ini opsi yang sangat menarik. Ada yang mau jalan bareng-bareng dengan saya? Yuk, tulis di kolom komentar, siapa tau terlaksana.
Artikel ini dengan sepenuh hati saya ikut sertakan dalam blogging contest Seandainya Aku Ke Raja Ampat oleh Indonesia Travel. Doakan, semoga menang dan beneran bisa ke Raja Ampat. Nanti pasti saya laporan lengkap dengan foto-foto dan video 🙂
Oktober 9, 2015 pukul 2:07 pm
Keren artikelnya
Makasih ya sudah mau berbagi
Raja ampat emang keren banget deh
Semoga tempat wisata indonesia makin banyak dikunjungi wisatawan
Oktober 11, 2015 pukul 11:00 am
Amen to this!
Mei 29, 2015 pukul 4:08 pm
Reblogged this on Beautiful Oceania.
Ping-balik: Senyum Manis, Senjata Pas Traveling Sendirian | About life on and off screen
September 26, 2014 pukul 5:32 am
Boleh saya ikut jika ada trip ke raja ampat? Lowongan pekerjaannya spt apa?
September 26, 2014 pukul 8:53 am
Maaf, blog post ini bukan ttg lowongan pekerjaan.
September 20, 2014 pukul 3:08 am
jadi tambah pengen ksana,
btw, raja ampat skrg udah jd trend buat standar “wealthy” juga ya, bagus deh krn jalan2 ke Sg udah basi skrg…
September 20, 2014 pukul 11:54 am
SG, HK, Macau udah basi semua 😀
September 19, 2014 pukul 10:55 am
orang depan mejaku sudah berulang kali ke Raja Ampat. Semoga suatu saat bisa ke sana juga ^^
September 19, 2014 pukul 11:07 am
oooh.. Kirain Didut yg udah berulang kali 🙂 Amin!!!
September 19, 2014 pukul 4:13 am
Semoga menang.. Aku ikutan ya, mbak Tika hehehe.
Btw keberatan ga mbak kenapa sempat trauma diving? Belum ketemu solusinya ya biar ga trauma lagi?
September 19, 2014 pukul 11:02 am
Google dan tentakel lepas saat di bawah laut, agak panik, air laut membanjir masuk ke mulut, hidung, dan kena mata… Mungkin solusinya nyebur lagi, nyelem lagi, trus kita lihat apa yg aku rasakan.. cuma utk melakukannya butuh tekad yg kuat 😀 Kamu nyelam?
September 22, 2014 pukul 6:23 am
Engga mbak, baru snorkeling aja 🙂 hehehe
Kalau mau nyelam lagi musti ada pendampingnya, kan.. Ga coba latihan di kolam renang, mbak?
September 22, 2014 pukul 9:08 am
Bener, mesti ada pendamping dan sebaiknya bersertifikat master krn aku newbie 😀 Kolam renang? Entahlah…belum pernah diving di kolam. Dulu pun dilatihnya di pantai dangkal, lalu masuk laut. Kamu berminat mencoba diving ya?
September 22, 2014 pukul 9:16 am
Belum minat diving tapi hobi saya berenang, mbak Tika 🙂 waktu kecil saya sering lihat calon divers belajar di kolam kedalaman 5m dan ada pelatihnya, harusnya sih bersertifikat, ya. Mgkn mbak bisa coba dulu biar ga trauma lagi, pelan2 aja. Opsi dari saya, sih 🙂
September 18, 2014 pukul 7:53 pm
Saya doain kamu menang mbak. Dan saya doain semoga kapan2 bisa ke Raja Ampat. Amin.
September 18, 2014 pukul 9:20 pm
AMIIIIN! Amin banget. Thank you 🙂
September 18, 2014 pukul 1:25 pm
mauuuu dong mba ikutan ke raja empatnya … kata orang-orang Raja Empat itu bagus banget hanya sayang ongkosnya mahal bingit … 😀
September 18, 2014 pukul 4:37 pm
Emang bener, mahal bingits! Mana penginapannya mostly pakai Euro 😦 *nangisdipundakBradPitt
September 19, 2014 pukul 9:24 pm
Euro??? Raja empat itu bukannya masih Indonesia??? *mikir*
September 20, 2014 pukul 11:53 am
Karena targetnya turis asing, jadi pada pasang harga pakai euro atau usd
September 18, 2014 pukul 9:26 am
ah Raja Ampat, yang di depan meja saya bahkan sudah berulang kali ke sana. Mari kita lihat keberuntunganku ^^
September 18, 2014 pukul 4:35 pm
Lah, kamu kan udah berulang kali 🙂
September 18, 2014 pukul 12:50 am
Mba, aku sdg baca novel mba, Papua berkisah. Nemu di toko buku di Bandung, waktu pulkam kemaren. Ada tokoh ubertus juga, hampir kelar mba, seru.
September 18, 2014 pukul 4:34 pm
Aiiiih… Makasih Yayang 🙂 Memang ini aku pinjam nama Ubertus dari orang aslinya. Nanti klo udah selesai kabari bagaimana kesanmu yaaa… *kecup
September 18, 2014 pukul 11:29 pm
Udah selese baca mba kemaren, bagus banget endingnya, kita disuruh berimajinasi juga, kukira Eva mo jadian ama Ubertus, hihihi aku terlalu romantis kali, 😍 maunya jadian aja
September 19, 2014 pukul 10:59 am
Hahaha… aku gantungin memang, karena sebenarnya (ini rahasia lho, cuma krn kamu tanya aja) aku lagi nyiapin sequelnya. Doakan bs terbit 🙂
September 17, 2014 pukul 7:59 pm
kalo menang, ajakin aku ya sabai. hahaha.. eh aku ikutan ah lombanya :))
September 17, 2014 pukul 8:12 pm
Hayuuuuk mbok!! Kamu kan nyelem, pasti seneng ke R4 ini! 😘
September 17, 2014 pukul 5:28 pm
Aku juga pengennn ke Raja Ampat 😀 😀
September 17, 2014 pukul 6:31 pm
Yuuuuk…
September 17, 2014 pukul 5:26 pm
Walopun ga iku kompetisi blognya Indonesia.travel, tapi saya kok seneng banget ya baca tulisan ini 😀
Semoga menang ya mbak ^_^
September 17, 2014 pukul 8:10 pm
Amiiin!!! Terima kasih Dian, aku pun seneng kamu menikmati baca tulisan ini 😊
September 17, 2014 pukul 2:59 pm
Good luck yah kak, moga menang dan beneran main ke raja ampat 🙂
September 17, 2014 pukul 4:22 pm
AMIN!! AMIN AMIN!
September 17, 2014 pukul 2:08 pm
Saya juga pernah nyariiiisss ke raja ampat.dan sampe hari ini keinginan itu blum saya hapus.next, mati berdoa spy sama2 bisa kesana ya.
September 17, 2014 pukul 4:21 pm
Lho, kenapa kok cuma nyaris?
September 18, 2014 pukul 11:24 am
ada keluarga suami yg kawinan. mba,awalnya saya bingung nyari tombol komennya.maklum masih baruuu di dunia blogger ini.blog saya masih perlu banyak di koreksi ya.postingannya keren2 bikin blog walking serasa jappa-jappa kata orang Makassar.serasa jalan-jalan. :))
September 18, 2014 pukul 4:35 pm
Ah iyaaa…. mari kita jappa-jappa di dunia maya 😀
September 17, 2014 pukul 1:43 pm
senyum anak2 pulau yang selalu polos, even though were not as smooth as their life…. [cmiwwww]
September 17, 2014 pukul 1:59 pm
Yep. Anak2 ini sangat nyenengin, antusias banget nyimak dongeng & cerita2 kita…
September 17, 2014 pukul 1:29 pm
pengen jugaaa 😀
September 17, 2014 pukul 1:58 pm
Menggoda banget ya Ti 😆😄
September 17, 2014 pukul 1:26 pm
good luck mak, mmg raja ampat impian semua org ya 🙂
September 17, 2014 pukul 1:58 pm
Makasih banyak Mak 😘
September 17, 2014 pukul 1:22 pm
duh.. senangnya bisa jalan – jalan… berharap (banget) bisa seberuntung Kak Sabai nih..
September 17, 2014 pukul 1:57 pm
Klo utk ke Raja Ampat ini aku juga sama kok, masih di level ‘berharap’ 😆😂
September 17, 2014 pukul 1:21 pm
aku mauuu dong ikutan ya kalau menang haha
September 17, 2014 pukul 1:56 pm
Hayuuuuk!! Kayaknye seru juga jalan sm Noni 😊
September 17, 2014 pukul 1:57 pm
boleh yuk mba kapan2 kita ngetrip bareng hehe
September 17, 2014 pukul 2:00 pm
Maaaaauuuu!!!
September 17, 2014 pukul 2:02 pm
boleh deh mba kapan kita janjian jalan bareng ya 🙂
September 17, 2014 pukul 1:02 pm
Saya mau jalan2 bareng, kebetulan belum pernah ke Papua sama sekali. Tapi saya ngajak istri dan anak2 saya ya :))
September 17, 2014 pukul 1:56 pm
Mantaaap!!! Saya juga lebih seneng klo bisa ngajak keluarga, biar bs foto2 bareng 😊
September 17, 2014 pukul 12:49 pm
Masih ada low ga kak,kerja nya sambil jalan2.wkwkwk
September 17, 2014 pukul 1:02 pm
Masiiih… tapi butuh org yg bener2 tahan banting 🙂