Saya akui kali ini saya mainstream, merayakan lebaran dengan mudik ke kampung halaman. Saya jarang mudik karena ongkos mudik ke Nabire itu mahal banget. Apalagi sekarang ada 4 orang anggota keluarga yang mesti dibelikan tiket pesawat PP. Sebagai gambaran, ongkos mudik kami kalau dibelikan LM bisa dapat 56 gram! Hehehe…
Tapi tahun ini beda. Kami mencoba jurusan baru untuk mudik, ke arah barat, tepatnya ke Payakumbuh, Sumatera Barat. Lho kok bisa ganti arah mudik? Emang bisa ganti kampung halaman? Eit, bukan ganti kampung halaman, tapi bertambah kampung halaman. Setelah menikah, saya punya pilihan untuk mudik ke kampung halaman ibu mertua saya yang orang Minang asli. Maka, berangkatlah kami ke Payakumbuh naik Lion Air pada tanggal 2 Syawal alias 29 Juli 2014. Yay!!
Sampai di Padang kami langsung menuju ke Sicincin, yang terletak sedikit di luar kota Padang. Namanya perjalanan mudik, tentu kami menginap di rumah sanak saudara. Saat bertemu dengan sanak saudara inilah kami mendengar kabar, kalau jalan raya antar kota di Sumatera Barat beberapa hari ini sering macet. Penyebabnya tentu arus mudik yang mengalir deras, kendaraan dari Jakarta, Pekanbaru dan beberapa kota lain yang memasuki Sumbar. Untung di banyak titik pemandangannya keren!
Meskipun cemas dengan kabar macetnya jalan raya, kami berangkat ke Bukittinggi esok paginya. Kami berencana mampir ke air terjun di Lembah Anai yang terletak persis di tepi jalan rute kami. Sayangnya, begitu sampai ke air terjun tempat ini penuh sesak! Tampaknya orang-orang yang bosen berlebaran di rumah pada tumpah ruah di air terjun ini. Meskipun air terjunnya cantik sekali, tapi kalau penuh orang nggak bakal bisa jadi backdrop foto yang cakep. Maka kami pun batal mampir.
Mobil merayap meninggalkan air terjun. Beberapa puluh meter dari air terjun itu, anak saya tiba-tiba berseru sambil lompat-lompat menunjuk ke luar jendela. Dia minta berenang! Rupanya di sisi kanan jalan ada kolam renang yang juga ramai banget. Tempat ini lebih tepat disebut kolam pemandian dari pada kolam renang, karena dangkal sekali, kita cuma bisa mandi-mandi di dalamnya. Kalau orang dewasa nekat mencoba berenang di kolam ini, kaki dan tangan dijamin mentok!
Pemandian ini unik karena terletak persis di pinggir jalan, dingin banget, dengan kabut yang menggantung rendah di pepohonan sekitarnya. Pemandiannya gratis, pengunjung hanya perlu membayar parkir serta bayar kamar mandi kalau mau membilas badan dan keramas usai berenang. Membilas ini wajib, karena kolamnya penuh sehingga airnya agak kotor. Meskipun suhu air dan udaranya dingin sekali, kedua anak saya tetap semangat dan betah berenang lama-lama. Bibir si Adek sampai membiru dan badannya gemetar kedinginan, tapi anehnya dia tetap tertawa-tawa. Ah, kayaknya saya yang mulai lupa senangnya jadi kanak-kanak 🙂
NGARAI SIANOK
Setelah beberapa jam merayap di atas aspal, akhirnya kami sampai di Ngarai Sianok sekitar jam 4.30 sore. Saya sudah sering melihat foto tempat ini, tapi ketika beneran sampai di sana, wow… saya terpukau! Saya mendadak merasa mungil diapit tepian jurang tinggi dengan sungai kecil mengalir di tengahnya. Ngarai Sianok menurut Wikipedia:
Ngarai Sianok dalam jurangnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m, dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang (patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau—hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal)—yang dialiri Batang Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai karbouwengat atau kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai ini.
Saat kami di sana memang ada serombongan kerbau lewat. Kata seorang penjaga warung di situ, saat ini debit air sungai sedang mengecil. Nggak masalah, justru air sungai yang cuma setengah betis ini membuat anak-anak saya leluasa mandi dan main perahu, dan saya nggak perlu kuatir. Oya, kami membawa 2 perahu mainan dari kulit jeruk Bali, dibuatin sama saudara sepupu yang punya pohonnya. Waaah… udah 20 tahun lebih saya nggak mainan perahu kulit jeruk Bali! Kalau kamu, waktu kecil pernah mainan kayak gini?
PAYAKUMBUH
Macetnya lalu lintas membuat kami batal singgah di Bukittinggi dan langsung ke Payakumbuh, menginap di rumah salah satu paman kami. Di kota ini Adal Bonai, sepupu kami, mengajak mandi di sungai. Anak-anak saya seneng banget begitu ketemu sungai yang luas dan bening ini! Saking asiknya mandi di sungai, sampai buyar rencana ke rumah Tan Malaka, istana Pagaruyung dan lain-lain. Maklum, di Jakarta sudah nggak ada sungai seperti ini.
KELOK SEMBILAN
Kelok Sembilan ini sebenarnya jalan raya biasa yang kita lewati setelah meninggalkan kota Payakumbuh ke arah Pekanbaru, Riau. Tapi karena pemandangannya rancak bana, apalagi setahun terakhir sudah jadi jalan layangnya, orang-orang jadi senang mampir sebentar di salah satu sudut kelokan untuk foto-foto atau makan jagung bakar. Btw, jagungnya manis banget!
Cuma satu kekurangannya, sampah bertebaran di sekitar jalanan, terutama bungkus cup noodle dan air mineral. Saya perhatikan di sekitar lokasi pemberhentian kendaraan memang tidak ada tempat sampah. Tapi soal sampah yang mengganggu ini juga terjadi di berbagai sudut Sumatera Barat, sayang sekali.
Demikianlah catatan singkat ini. Moral of the story: hindari jalan-jalan di Sumbar pas lebaran, karena jalanan macet dan sulit menemukan sayur segar. Saya sempat kehilangan nafsu makan setelah 3 hari ketemunya lauk bersantan terus. Sebenarnya saya masih mau cerita soal kedasyatan Lembah Harau serta jajanan-jajanan enak dan kadang ajaib yang kami temui sepanjang jalan. Tapi nanti postingnya jadi kepanjangan, jadi bersambung ya di posting berikutnya 🙂
Juli 21, 2020 pukul 3:52 pm
Ternyata saudara AB juga teman kita.
Juli 22, 2020 pukul 11:43 am
Iyo…
Ping-balik: Karupuak Di Lembah Harau & Aneka Jajanan Minang | About life on and off screen
Ping-balik: Jelajah Gizi Sepiring Nasi Goreng | About life on and off screen
Ping-balik: Sudut Tua Kota Padang | About life on and off screen
Ping-balik: Festival Langkisau: Pesona Pesisir Selatan Sumbar | About life on and off screen
Ping-balik: Dicari: Dua Orang Buat Dibayarin Liburan Keliling Sumatera Barat | About life on and off screen
September 25, 2014 pukul 3:54 am
Indah banget pemandangannya.
Salam
September 25, 2014 pukul 6:17 am
Thank you
Agustus 16, 2014 pukul 11:13 am
Reblogged this on lisnawatihesti0 and commented:
wooow
Agustus 13, 2014 pukul 12:13 pm
Mak, anak-anaknya kelihatan happy banget saat menemukan sungai ya :))
Setuju banget, banyak daerah yang belum optimal dalam menyediakan tempat sampah. Alih-alih menikmati pemandangan malah disuguhi sampah…
Agustus 13, 2014 pukul 4:20 pm
Iya mak, anak2 senang to the max! hahaha…
Agustus 13, 2014 pukul 11:40 am
keren banget pemandangannya, kaapn ya bisa melihat ke sana, mudah2an diberi kesempatan untuk ke sana
Agustus 12, 2014 pukul 7:44 pm
Dulu papa sering ajak keluarga pulang ke Medan lewat jalan darat, sambil mampir ke tempat sepupu (dari mama) di Jambi, mbak 🙂 seru kalo lewat jalan darat, banyak pemandangannya ya ^^
Trus kalo lewat kelok 9 suka dagdigdug krn jalanan curam & menyenangkan, skrg ga gitu lagi ya udah aman. I guess you already had a good time there, mbak Tika 😉
Agustus 12, 2014 pukul 10:13 pm
Ya ampun itu seru banget pasti jalan darat lintas Sumatera dr Jkt sampe Medan!! Ruteku jalan darat di Sumatera paling jauh cuma Banda Aceh-Toba lewat pantai timur dan Pekanbaru-Padang.
Iya skrg Kelok 9 udah nggak nanjak serem krn ada jalan layang.
Agustus 12, 2014 pukul 5:59 pm
Selamat datang di kampuang halamanku kak
aku org bukittinggi dan kmrn jg mudik ke bukittinggi
Sumbar emang slalu muacettt saat lebaran. Krn org rantauuuu buanyakkkk bgt di luar sumbar. Apalagi prov sblh jg byk yg traveling ke sumbar
salam kenal
Agustus 12, 2014 pukul 7:33 pm
Salam kenal Rizka… Provinsi sebelah itu Riau ya? Hehehehe…
Agustus 12, 2014 pukul 5:44 pm
Ongkos ke Nabire memang mahal, mbak. Ngomong2, orangtuamu di Nabire?
Agustus 12, 2014 pukul 7:31 pm
Yup! Wulan dari Nabire?
Agustus 21, 2014 pukul 7:49 am
nggak mbak, aku lahir di Jakarta, ortuku orang Jawa tapi udah lama tinggal di Jakarta
Agustus 21, 2014 pukul 11:01 am
Oooh.. kirain dari Nabire atau ortu tinggal di Nabire. Mau mampir kalo iya 😀
Agustus 12, 2014 pukul 5:39 pm
Salam kenal…
Selain masalah macet juga byk toko oleh2 yg masih tutup… itu kenapa aq ga pernah mudik hahahha… ke kampung paling pas bkn saat liburan deh.. aq biasanya nikmatin liburan di bln aprilnatau oktober… sepi, tenang, tiket pesawat pun murah ^_^
Agustus 12, 2014 pukul 7:30 pm
Ah, setuju banget!! April & Oktober pasti lebih nyaman utk jalan2…
Agustus 12, 2014 pukul 4:59 pm
Foto yang paling atas keren mbak. Suka sama biu langitnya. Btw, mudiknya asyik banget ya. Banyak tempat wisata yang dikunjungi
Agustus 12, 2014 pukul 5:32 pm
Wah, ini belum seberapa…. baca deh posting sambungannya yg judulnya Lembah Harau dan Ceceran Sampah SUmatera Barat 🙂
Agustus 12, 2014 pukul 5:32 pm
eh, oiya, thank you 🙂
Agustus 12, 2014 pukul 3:45 pm
so amazing….
Agustus 12, 2014 pukul 3:47 pm
Thank you
Agustus 12, 2014 pukul 3:31 pm
dari dulu udah pengen kesana, soalnya waktu itu pacar orang padang,,, kaaaaaaan jadi pengen kesana, etapi kalo ketemu mantan gimana? #persoalan | pergi aja dulu sik, soal ketemuan sama mantan itu dipikir belakangan | iya juga siii, etapi kan harus ada yang nemenin, siapa lagi kalo bukan mantan? soalnya ga punya temen anak padang | karepmu nik … menyingkir sebelum disambit mba sabai :))
Agustus 12, 2014 pukul 3:32 pm
Hahahaha…. selama mantan belum punya pasangan baru, ya gapapa jalan2 ditemani mantan… setuju kan?
Agustus 12, 2014 pukul 3:59 pm
iya juga sii mbak *mikir keras
Agustus 12, 2014 pukul 4:08 pm
Masalahnya adalah, kamu masih nyimpen nomer telfon mantan apa udah dihapus dari hp (tapi masih tersimpan di hati)? 😀
Agustus 12, 2014 pukul 2:28 pm
Uwwooo asik bangeet mba hehehe, astaga awan nya cantik bangeeet …. 😀
Agustus 12, 2014 pukul 3:09 pm
Hihihi.. cuma awannya ya yang cantik? 😀
Agustus 12, 2014 pukul 3:13 pm
Aku tak melihat ada mba swastika nohara di sana hihihi.. foto close up dong mba 😀 *dikate buat foto model ape*
maaf…maaf 😀
Agustus 12, 2014 pukul 3:29 pm
Hihihihi…. aku belum beli tongsis buat foto selfie close up yg cakep. Nanti ya klo udh punya tongsis? 😀
Agustus 12, 2014 pukul 1:52 pm
Oleh-olehnya belum sampe sebrang jalan niiih :p
Agustus 12, 2014 pukul 2:28 pm
Hahahaha…. siap!
Agustus 12, 2014 pukul 1:02 pm
mirip piket nol di lumajang ya,hanya tikungannya lebih banyak kelok 9, sama2 mengerikan lagi 😀
Agustus 12, 2014 pukul 2:24 pm
aku malah belum pernah ke piket nol di Lumajang. Mirip banget ya?
Agustus 12, 2014 pukul 9:26 pm
saya juga belum pernah kesana mbak,hanya liat di gugel saja,ehheehe
Agustus 12, 2014 pukul 10:10 pm
Oooh… hehehe… kirain 🙂
Agustus 12, 2014 pukul 11:16 am
kelok 9 manteb beneeer…btw potonya bagus banget…
Agustus 12, 2014 pukul 12:55 pm
Iya, Kelok 9 manteb, asal jangan pernah sekalipun melihat ke bawah, ke tepi kanan kiri jalan mulus ini, karena ada pemandangan mengerikan….
Agustus 12, 2014 pukul 9:00 am
Tika met idul fitri mohon maaf lahir dan batinya.
Wah kalau aku ingin bnget ke kelok 9 nya mantap ajib katanya apalagi kalau sekeliling ada yg jual duren serbu..
dari yogya sekarang ada penerbangan langsung ke pekanbaru jadi mantap tanpa transit lama di jakarta.
wah pasti oleh oleh keripik sanjai, kue kambojo ma ikan asin tak lupa ya tik..
Agustus 12, 2014 pukul 7:28 pm
Ayo, rajin nabung semoga dlm waktu dekat bisa jalan2 ke Riau & Sumbar. Mau aku kasih tau tempat jual duren yg paling enak di sini?
Agustus 12, 2014 pukul 10:38 pm
Dimana tik…?
Agustus 13, 2014 pukul 11:21 am
Di pinggi jalan menjelang masuk kota Pekanbaru kalau dari arah Payakumbuh 🙂
Agustus 13, 2014 pukul 9:57 pm
Siiip wah harus tanya kakak yang tinggal di pekan baru nie biar kalau ke sana minta di antar..
Agustus 14, 2014 pukul 6:20 am
Wah enak banget kalau ada kakak yg tinggal di Pekanbaru 🙂
Ping-balik: Lembah Harau Dan Ceceran Sampah Sumatera Barat | About life on and off screen
Agustus 11, 2014 pukul 7:55 pm
Postingan kedua hari ini yg gue baca ttg SumBar, kelok Sembilan nya lagi2 bikin dag dig dug serr..Tp pemandangan nya bagus bgt. Gunung2nya, hijau nya, lembah nya, ahhh…cantik!
Agustus 11, 2014 pukul 8:12 pm
Iyaaa… cantik banget!! Cuma sayang banget sampahnya berantakan, dimana-mana tersebar botol plastik, bekas makanan dan sterofoam bungkus popmie 😦
Agustus 11, 2014 pukul 8:50 pm
Sayang bangeett 😦 liat yg kayak gt miris dan bawaannya pengen mungutin sampah ya. Duh semoga pemda nya tergerak untuk nyediain tong sampah ya.dan orang2nya jg punya kesadaran tentunya ttg buang sampah.
Agustus 12, 2014 pukul 7:27 pm
Amiiiin!! Semoga…
Agustus 11, 2014 pukul 6:53 pm
Tmn ku jg mudik ke sumbar mba, dia cerita jg mslh makan makanan lauk bersantan trs xixixi sama yah hahahaha
Btw iyaaa lanjutkan ceritanya yahh 😀
Wahhh rmhnya dkt sm rmh ku, kpn2 bisa kopdar tuh mba 😀
Agustus 11, 2014 pukul 7:10 pm
Eh, oyaaa? Rumah kamu dimana toh memangnya?
Agustus 11, 2014 pukul 4:20 pm
kak Tikaaa, alamat rumah donk 😀 😀
gelangnya udah selesai aku buat kmrn liburan, tapi menunggu email alamat rumahnya belom masuk, bingung mau menghubungi dirimu kemana hihihi
mau dikirim via pos, atau kopdaran aja? 😛
Agustus 11, 2014 pukul 4:34 pm
Oh ya ampuuuun… terima kasih banyaaak 🙂 Aku tulis di sini aja ya, takut kelupaan. Bonavista Residence blok B3 no.36 Lebak Bulus Jaksel 12440
Makasih makasih makasiiih 🙂
Agustus 11, 2014 pukul 6:13 pm
Oke kak.. Aku kabarin kalo udah kirim yaa 🙂
Agustus 11, 2014 pukul 6:18 pm
Dan kabari nomer rekening biar aku bisa ganti ongkos kirimnya 🙂 Thank you big time!!
Agustus 11, 2014 pukul 6:20 pm
Gapapa kak ongkirnya murah kok 🙂
Agustus 11, 2014 pukul 6:28 pm
aduuuh…kamu baik hati sekali… semoga dilancarkan segala urusan dalam hidupmu ya 🙂
Agustus 11, 2014 pukul 7:51 pm
Hehe jadi ga enak kak, cm begini 🙂
Makasih byk yah doanya, the same prayer goes to you and family 🙂
Agustus 11, 2014 pukul 4:12 pm
ditunggu mbak, untuk kelanjutannya 🙂
Agustus 11, 2014 pukul 4:15 pm
Lagi disiapkan draftnya 🙂
Agustus 11, 2014 pukul 4:12 pm
Switzerland of Indonesia !! Keren abisss !
Pasti bawaan oleh2nya gak nyante deh :))
Btw, selamat hari raya yah bo !
Agustus 11, 2014 pukul 4:15 pm
Thank you 🙂 Btw, emang iya ya, Sumbar disebut Swtzerland of Indonesia?
Agustus 11, 2014 pukul 4:18 pm
eh ga tau sih, ngeliat ijo2 nya SumBar gitu aku suka samain sama Swiss tanpa Alpen 🙂
Agustus 11, 2014 pukul 4:36 pm
Good point!! Keren juga lho kalau kita sebut Switzeland of Indonesia 🙂
Walaupun aku belum pernah ke Alpen sih… hihihi…