Letaknya tersembunyi di tengah rimbun pohon di Kaliurang, Jogjakarta, Museum Ullen Sentalu belum menjadi tujuan populer bagai traveler. Hal ini terbukti ketika saya bertanya pada 3 orang Jogja, bagaimana cara menuju ke Ullen Sentalu selain naik taksi, tak seorang pun bisa menjawabnya. Malah dua orang diantaranya mengaku belum pernah mendengar nama museum yang unik ini. Ullen Sentalu sebenarnya adalah singkatan dari “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Blencong adalah lampu minyak yang ada di atas dalang dalam pertunjukan wayang. Jadi diharapkan setelah time travel ke masa lalu di Ullen Sentalu, hidup kita akan tercerahkan, ya kan?
Saya dan Venus ke Ullen Sentalu naik mobil sewaan, tentu setelah memastikan pengemudinya tahu jalan ke sana. Pertama kami bayar tiket masuk ke kawasan wisata Kaliurang, Rp 9000 untuk tiga orang, lalu tiket masuk ke Museum Ullen Sentalu Rp 30.000 per orang. Harga ini sudah termasuk guided tour selama 1 jam dan minuman Ratu Mas yang racikannya hanya diketahui oleh keluarga keraton. Meskipun hari Sabtu, museum ini sangat sepi. Hanya ada kami plus pemandu seorang perempuan mungil yang lincah, Antin. Dengan seragam batik warna merah muda, Antin bercerita dengan tangkas soal sisik melik Dinasti Mataram (Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman).
Guided tour ini memang perlu, karena ruang-ruang dalam museum dipisahkan oleh jalan setapak outdoor yang berliku seperti labirin. Tanpa guide, sangat mungkin kita nyasar! Antin seolah membawa kita time travel ke masa lalu dengan bermacam ceritanya soal keluarga keraton. Saya paling terpesona saat menyimak kisah Gusti Nurul Kusumawardhani, putri sultan Hamengkubuwono VII, lahir tahun 1921. Gusti Nurul sangat cantik, cerdas dan outspoken untuk ukuran puteri keraton pada masanya. Selain mengenyam pendidikan sekolah Belanda, beliau juga mahir berenang, main tennis dan berkuda. Soal hobi berkudanya ini sempat jadi polemik karena dianggap tidak pantas untuk puteri keraton. Tapi Gusti Nurul keukeuh, hingga sang ayah akhirnya mengijinkan, malah membelikan kuda dari Australia. Jangan bayangkan puteri keraton pakai kain jarit dan kebaya naik kuda yaaa… pasti ribet. Ada fotonya Gusti Nurul pakai kostum berkuda ala Eropa gitu, dan tetep anggun.
Kecantikannya ini mempesona banyak pria, termasuk Soekarno, Sultan Hamengkubuwono IX, Sutan Sjahrir dan Kolonel GPH Djatikusumo. Ketika itu Soekarno orang nomor satu di Indonesia, Sultan HB IX orang nomor satu di Jogja, Sutan Sjahrir perdana menteri dan Djatikusumo adalah panglima tentara (KSAD). Coba bayangkan apa rasanya ditaksir petinggi-petinggi negara macam itu? Eh, atau malah jadi bingung ya?
Sebagai puteri keraton Gusti Nurul mahir menari, sampai tahun 1937 pernah diundang untuk menari di depan Ratu Juliana di Belanda pada pesta pernikahannya. Dulu belum ada rekaman CD gamelan untuk mengiringi tarian. Alhasil, seperangkat gamelan tetap dimainkan di Jogja dan streaming suaranya melalui radio untuk mengiringi Gusti Nurul menari di Belanda. Jaman segitu udah ada streaming lho! Gusti Nurul sekarang tinggal di Bandung, di usia 90an tahun dan dulu beliaulah yang meresmikan museum ini tahun 1997.
Tentu Antin bercerita banyak hal lain seputar budaya dan kesenian Jawa, termasuk kenapa Surakarta dicabut statusnya sebagai Daerah Istimewa (dan Jogja masih memegang status itu sampai sekarang) pada masa Presiden Soekarno, lalu soal batik, bedanya batik Solo dan batik Jogja, motif dan makna ragam hias batik serta banyak hal lain. Oya, di beberapa foto puteri keraton Solo, terlihat berpose pakai kain jarit, kebaya tapi sepatunya gaya Eropa. Modis deh! Terus ada ratu Solo yang kalau plesir suka memakai topi model Eropa, sampai punya koleksi topi yang diimpor langsung dari Paris. Sayang di dalam museum kita tidak boleh memfoto, dengan alasan terkait copy right dan konon mengganggu taksu dari berbagai koleksi kuno di sana.
Setelah sampai di sisi luar, semacam teras belakangnya, barulah boleh foto-foto. Sore itu ada beberapa anak perempuan yang sedang belajar menari. Saya betah duduk memperhatikan mereka menari di sana, pemandangan yang indah dan menenangkan. Nah, di lantai atas museum, ada cafe dan resto yang interiornya cantik sekali, menghidangkan masakan Eropa yang nikmat luar biasa… Soal resto ini layak menjadi posting tersendiri, nanti 🙂
Kekurangan museum ini adalah sulit menuju ke sana dengan transportasi umum. Seandainya lebih mudah dijangkau, tentu lebih banyak pengunjung yang datang. Jadi, kalau kamu pas ke Jogja, sempatkan mampir ke museum Ullen Sentalu, oke beib? 😀
Ping-balik: Harga BBM Naik, Apa Tetap Traveling? | About life on and off screen
Ping-balik: Di Balik Gemah Rempah Mahakarya Indonesia | About life on and off screen
Ping-balik: Dicari: Dua Orang Buat Dibayarin Liburan Keliling Sumatera Barat | About life on and off screen
Agustus 6, 2014 pukul 3:20 pm
Menarik nih, buat referensi klo pas jalan ke Yogya
Agustus 7, 2014 pukul 1:24 pm
Selamat mampir ke Ullen Sentalu!
Agustus 5, 2014 pukul 8:15 am
yg kusuka di ullen sentalu ialah bagian ruang yg berisi surat2 jadul, suka banget bacanya sambil ngikik2 baca gaya bahasanya. mungkin itu rasanya kl surat2 lama disimpan dan dibaca beberapa tahun mendatang,
saya kalo ke ullen sentalu tinggal ngesot aja, wong rumah mertua di kaliurang. oh iya saya juga suka wisata merapi, naik ke rumah peninggalan mbah marijan. itu pemandangannya juga indah banget 😀
Agustus 5, 2014 pukul 5:19 pm
Wah, wisata Merapi itu klo mau ikutan gmn caranya? mesti daftar kemana & dimana lokasinya?
Agustus 4, 2014 pukul 9:51 am
Aku sudah ke Ullen Sentalu 3 kali sama orang yang beda-beda saking seneng nya kesini, dan gak pernah bosen lihat dan denger cerita nyaaaa hihihihih 🙂 Kalo kesini mungkin karena kebawa suasana kaliurang jadi nya enak gituh, hati rasa tenang hahahha 🙂
Agustus 5, 2014 pukul 5:20 pm
Wah keren udah 3x!! Aku pun pengin kesana lagi, tapi penginnya dapet guide yang ngomongnya lebih pelan dan mau menunggu kita lihat-lihat koleksi setelah dia jelaskan.
Agustus 4, 2014 pukul 12:07 am
eh itu ke ullen sentalu nya kapan ? gak nanya saya sih ck ck 😀
Agustus 5, 2014 pukul 5:21 pm
Eh maap… hehehe… itu kesana sama Simbok sekitar tgl 13 Juni lalu deh 🙂 Emang kalo tanya om Warm mau nganterin?
Agustus 2, 2014 pukul 2:59 pm
Dari foto di atas tempatnya sangat tradisional, keren dan memanjakan mata
pammadistro.blogspot.com
Agustus 5, 2014 pukul 5:22 pm
Terima kasih Pamma 😀
Juli 29, 2014 pukul 12:42 am
Wahhh kyknya kapan2 hrs ke sini neh
Agustus 1, 2014 pukul 12:57 am
Bener, sangat perlu dicoba 🙂
Juli 28, 2014 pukul 1:52 am
Beukenhof Restaurant ya Tik ?
Agustus 1, 2014 pukul 12:56 am
Betul sekalin
Juli 28, 2014 pukul 12:06 am
Saya udah kesana tapi nggak berjodoh karena pengunjung dibatasi, antri lama untuk masuk, apalagi waktu itu pas libur Lebaran. Sebenarnya akun twitternya cukup informatif, selalu menjawab pertanyaan. Mungkin memang harus dibantu dengan postingan2 blog supaya lebih banyak orang tertarik kesana. Apalagi sekarang makin tertutup dg info2 vulcano tour yang lebih diminati.
Juli 28, 2014 pukul 12:30 am
Jadi waktu Lusi ke sana akhirnya masuk nggak?
Juli 27, 2014 pukul 1:26 pm
wah bagus sekali museumnya, wih…
Juli 28, 2014 pukul 12:29 am
Yup. Highly recommended 🙂
Juli 27, 2014 pukul 8:43 am
Ish, aku selalu mudik ke Yogya, tapi belum pernah sama sekali ke sini, padahal udah tahu dan ngerencanain tapi selalu batal 😦
Baca ceritamu yang seru, kudu mewajibkan ke museum ini.
Juli 27, 2014 pukul 9:57 am
Ayo mbak Indah, sempatkan kesini. Btw kalau hari Senin tutup lho…
Juli 26, 2014 pukul 11:10 am
Girlls,thanks info nya.Kalian luar biasa.
Juli 27, 2014 pukul 8:09 am
you”re welcome 🙂
Juli 26, 2014 pukul 10:19 am
Wah tika baru 1 minggu kemarin saya antar tamu ke sana.
Kalau aku memang selalu mengajak siapa aja yg mampir ke rumah aku buat mampir kesana lumayanlah 30 menit dari rumah .
Tapi setiap aku kesana aku sering ktmnya sama bule bule jarang orang lokal.
makanya aku berusaha mempromosikan ulen sentalu.
jadi adakan tour kecilnya ke ulen, kaliuran telaga putri, merapi, jadah tempe dan berahkir makan di jejamuran.
Juli 26, 2014 pukul 10:49 am
Waaah… telaga putri dan jadah tempe aku belum pernah tuh! Jadanya enak ya?
Juli 26, 2014 pukul 10:56 pm
Enak tika..
Harus di coba masih satu jalan kok.
Juli 27, 2014 pukul 8:09 am
Baiklah… kalau kesana lagi akan kucoba 🙂