Riset untuk film terbaru kami yang berjudul GARUDA 19 membawa saya serta dua orang teman, Eko dan Engkong, menuju Pulau Alor, sebuah pulau kecil di ujung provinsi Nusa Tengga Timur yang berbatasan laut dengan Timor Leste. Ternyata, pulau mungil yang elok ini tidak hanya menghasilkan kacang kenari kualitas ekspor, tapi juga menghasilkan pemain-pemain sepak bola muda berbakat. Tentu anak-anak muda itu tidak begitu saja bisa bermain sepak bola. Ada orang-orang seperti Arifin Panara yang sudah puluhan tahun tekun melatih anak-anak di Alor secara suka rela, demi sepak bola.
Berjumpa dan mengobrol soal sepak bola dengan Pak Arifin ini kalau diladeni bisa tidak selesai dalam 3 hari 3 malam. Dia begitu antusias menceritakan potensi anak-anak Alor dalam mengolah si kulit bundar. Di sela-sela kesibukannya sebagai PNS di Dispora Kabupaten Alor, setiap sore Pak Arifin mengganti seragam PNS-nya dengan kostum olah raga lengkap dengan stop watch dan peluit, lalu mengkomandoi sekitar 30-an anak usia belasan tahun di lapangan kota Kalabahi untuk latihan sepak bola. Kegiatan ini sudah dia lakukan sejak dulu saat dia masih menjabat sebagai lurah di Kalabahi, satu-satunya kota di Pulau Alor. Tanpa kenal lelah dia memberikan waktu, tenaga dan kadang merogoh kocek sendiri agar anak-anak asuhnya bisa latihan terus secara gratis.

Pak Arifin menunjuk anak-anak asuhannya sambil ngobrol santai dengan Eko, sang wartawan PSSI yang sangat akrab dengan Ketua PSSI 🙂
Salah satu anak didiknya yang sukses menembus seleksi dan memperkuat Timnas U19 adalah Yabes Roni Malaifani. Keberangkatan Yabes pada waktu seleksi dulu juga penuh drama. Di antara anak-anak asuhannya, Pak Arifin memilih 4 anak untuk di bawa ke Kupang, ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur yang waktu itu kedatangan pelatih U19, Indra Sjafri. Menjelang seleksi Pak Arifin sampai di Kupang lebih dulu untuk mengikuti coaching clinic yang diberikan Indra Sjafri. Tapi naas, pada saat anak-anak asuhnya mau berangkat naik ferry dari Pulau Alor ke Kupang, mendadak cuaca tidak bersahabat, langit gelap, ombak meninggi dan ferry pun batal berangkat.
Pak Arifin tidak ingin kesempatan seleksi yang sudah di depan mata itu lepas. Dia pun meminta secara khusus pada Indra Sjafri untuk menunda kepulangannya ke Jawa, agar bisa melihat anak-anak asuhnya dari Alor. Padahal Indra Sjafri sudah memegang tiket pesawat untuk bertolak dari Kupang esok paginya. Tapi rupanya Pak Arifin berhasil meyakinkan coach timnas itu. Indra merobek tiket pesawatnya, sambil berucap, “Oke, saya tunggu anak-anak dari Alor,”
Pak Arifin pun menghubungi kenalannya, Daeng Amir, seorang pemilik toko di Kalabahi yang tergerak membantu mengusahakan tiket pesawat untuk keberangkatan anak-anak itu. Daeng Amir ini juga cinta mati pada sepak bola. Di masa mudanya dulu, saat tinggal di Dili, dia pernah memperkuat squad Timor Leste (ketika itu masih Timor Timur, sebelum referendum 1999). Maka berangkatlah Yabes dengan 3 temannya ke Kupang untuk mengikuti seleksi, naik pesawat. Namanya juga baru pertama kali naik pesawat, Yabes sempat deg-degan saat pesawat baling-baling yang mengangkut sempat mengalami mati mesin menjelang take off. Di atas pesawat tak henti-hentinya anak-anak Alor ini berdoa untuk keselamatan penerbangan mereka. Akhirnya, mereka tiba dengan selamat di Kupang.
Selama beberapa hari di Kupang, Indra Sjafri sudah lebih dulu menseleksi sekitar 400-an remaja dan hanya mengambil 1 orang pemain saja dari Kupang. Tibalah hari dimana anak-anak dari Alor ini berlaga. Ketika Indra Sjafri melihat permainan anak-anak dari Alor yang berlaga di Stadion Oepoi ini, dia berkata pada Pak Arifin, “Apa yang saya cari ada di Alor,”
Tanpa diduga, coach Indra memilih 3 anak dari Alor untuk dibawa memperkuat timnas U19. Kemudian dari ketiga anak tersebut ada yang dipulangkan karena cidera ankle cukup parah, dan satu lagi usianya masih terlalu muda jadi dipindahkan ke timnas U17, hingga tinggal Yabes seorang dari Alor yang masih di tim U19 hingga kini. Tentu kehadirannya mengharumkan nama Pulau Alor. Kini setiap kali Yabes pulang kampung, setiap orang yang dijumpainya selalu memanggil namanya, minta foto bareng dan lain-lain. Tak banyak orang menyadari, bahwa di balik kesuksesan Yabes Roni, terdapat sosok Pak Arifin, the unsung hero.
Januari 12, 2015 pukul 10:33 am
Ario: Iya, skenarionya dari saya. Awal tahun 2015 ini sudah pernah main di Kalabahi, dibuatkan layar tancapnya. Btw Ario tinggal dmn?
Ping-balik: Wonderful Indonesia: Raja Ampat, Wisata Yang Membuka Mata | About life on and off screen
Ping-balik: Preview Film Garuda 19 Bersama Indra Sjafrie | About life on and off screen
September 15, 2014 pukul 7:55 pm
keren ceritanya…Yabes itu kalo gak salah dari kecamatan Moru, dari Kalabahi sendiri buat kesana cukup jauh
kalo ke alor musti nyempetin pantai Mali, pantai sahbanjar, pantai batu putih, pantai deera, ke alor kecil, maritaeng yang ada patung jenderal sudirman, banyak lah…pokoknya keren di Alor itu
September 16, 2014 pukul 8:04 am
Terima kasih Ario, benar, Yabes dari Moru, dia harus naik angkot cukup jauh untuk ke Kalabahi. Dulu jaman dia latihan di lapangan Kalabahi, kalau kemalaman angkotnya udah abis, dia jogging sampai di rumahnya 😀
Ario dari Alor ya?
Januari 9, 2015 pukul 4:45 pm
oh gitu to mbk, di belain jogging dari lapangan kalabahi ke Moru? gilee, lumayan jauh itu mbk
Terus itu, siapa yang bisa ngangkat sosok Yabes bsa keliatan mbk?kan lumayan kurang perhatian kyaknya, padahal kalo tiap sore gak pernah sepi lapangan dan setiap fasilitas olahraga di sekitaran lapangan kalabahi, muda mudinya demen banget olah raga.
Dulu pernah di Alor mbk, 3 bulan. Luar biasa disana!!
Januari 10, 2015 pukul 9:59 am
Iya, kami mengangkat kisah Yabes (dan 2 remaja lain) dalam film GARUDA 19. Kamu udah nonton film itu?
Januari 11, 2015 pukul 10:36 am
Belum ee mbk, baru liat trailernya.
Jauh bioskopnya mbk, kadang telat jg, yg di jkt lama baru masuk kesini
Sekenarionya dari mbk?
Ping-balik: Dibalik Film Garuda 19 | About life on and off screen
Ping-balik: Shooting Film GARUDA 19 | About life on and off screen
Ping-balik: Naik Kapal Ke Pulau Alor | About life on and off screen
Maret 28, 2014 pukul 2:21 pm
Teman2 sy dari alor wktu nyantri d jatim dulu emang skillnya tingkat dewa….
Ditunggu mbak filmnya. Goodluck.
*Sy sdh nonton hari ini pasti menang lho
Maret 28, 2014 pukul 7:23 pm
Aiiih.. terima kasih 🙂 Nanti klo filmnya mau rilis pasti saya posting lagi di blog
Maret 24, 2014 pukul 4:28 pm
Wah, terharu jg ngeliat dedikasi Pak Arifin pada sepak bola Alor, terutama saat meyakinkan coach Indra, sampai2 coach Indra merobek tiket pesawatnya. Ini bukan film, tapi nyata,.. dan terjadi di sepak bola Indonesia, salut!
Semoga proses pembuatan filmnya lancar mbak.
Selalu ditunggu film2 yang mengangkat perjuangan sepak bola di Indonesia.
Di Jepang, jauh sebelum negara itu bisa masuk Piala Dunia, sudah ada kisah Captain Tsubasa yang membawa Jepang masuk ke Piala Dunia.
Sekarang, meskipun prestasi timnas Indonesia belum bisa menembus Piala Dunia, semoga2 film2 bertema sepak bola bisa menjadi pemicu harapan rakyat negeri ini.
Maret 24, 2014 pukul 11:06 pm
Amin! Semoga film Garuda 19 nanti bisa diterima dan disukai masyarakat 🙂
Maret 24, 2014 pukul 3:35 pm
Alornya keren, dan cerita soal pak Arifinnya bikin tersentuh ih.. Salut!
Maret 24, 2014 pukul 11:05 pm
Thanks Nath. Besok mau ngeblog soal Mama Yabes, sosok yg keren juga 😀
Maret 23, 2014 pukul 9:15 am
Alor punya alam yg indah ya..
beruntung lho bisa memanfaatkan kerja nyambi jalan2
Maret 24, 2014 pukul 11:04 pm
Yup! Itulah salah satu sebab kenapa aku sangat suka pekerjaanku 🙂
Maret 23, 2014 pukul 9:12 am
ada orang2 hebat dan inspiratif di belakang Yabes…
merinding baca perjuangan pak Arifin
Maret 24, 2014 pukul 11:04 pm
iya, dan Pak Arifin ini nggak sendiri. Besok mau nulis blog post ttg Mama Yabes, lebih syahdu! 🙂
Maret 21, 2014 pukul 6:46 pm
Ah jadi pengen ke sana. 😀
Maret 24, 2014 pukul 11:09 pm
Hayuk Chik! Ke sana naik kapal biar seru. Mau?
Maret 21, 2014 pukul 9:23 am
Magnificent!
Maret 21, 2014 pukul 4:36 pm
Thanks Eka ^^
Maret 20, 2014 pukul 10:17 pm
Waw.. pak Arifin ini keren sekali ya ^_^
Ngefans deh 😀
Maret 21, 2014 pukul 4:36 pm
Iya Pungky, dedikasinya buat anak2 calon pesepak bola Alor emg keren!
Maret 20, 2014 pukul 5:19 pm
Sukses untuk filmnya dan juga sepakbola Indonesia, mba.
Btw, alor itu indaaaah sekali
Maret 20, 2014 pukul 8:26 pm
SETUJU! Alor itu indaaaaaah sekali!! Thank you 🙂