Sherlock, on BBC One. This whole series is a genius work. Sungguh saya angkat topi buat Mark Gatiss dan Steven Moffat, dua pria sebagai dalang dibalik suksesnya serial ini. Menghidupkan kembali karakter yang begitu ikonik dan populer, dalam setting jaman yang sudah jauh lebih maju, tentu bukan pekerjaan gampang. Apalagi belum lama berselang Guy Ritchie mengangkat Sherlock Holmes ke film bioskop yang jadi box office tahun 2009 dan sequelnya tahun 2011.
Tapi di tangan Mark Gatiss sebagai penulis skenario utama, Sherlock menjadi serial TV yang… jauh lebih mempesona. Apalagi Mark dan tim produksinya memperlakukan serial TV ini sebagai layaknya film bioskop. Setiap episode berdurasi 90 menit, dan dalam satu season hanya dibuat 3 episode. Maka setelah season pertama rilis tahun 2010, fans Sherlock harus rela menunggu jeda yang cukup panjang sebelum season berikutnya dirilis.
Kesuksesan Sherlock tidak lepas dari casting yang sempurna, memasang Benedict Cumberbatch dan Martin Freeman sebagai duo Sherlock Holmes dan Dr John Watson. Lahir dan besar di London, berasal dari kelas atas, mengenyam pendidikan di sekolah berasrama khusus pria paling mahal dan bergengsi adalah latar belakang Benedict yang membuatnya pas memerankan Sherlock. Namun, yang utama, dia memang aktor brillian. Dia pernah menerima beasiswa untuk sekolah seni dan drama, sejak kecil sudah sering mencuri perhatian di panggung teater. Tentu bukan kebetulan bahwa Benedict memerankan tokoh detektif partikelir ini. Dia terlahir untuk peran ini. Mengutip kata Sherlock:
The universes is rarely so lazy – there is no such thing as coincidence.
Begitu pula keberadaan Martin Freeman sebagai John Watson. Interaksi kedua aktor ini begitu sempurna, dan hubungan keduanya yang saling mengisi, meski sering kali ucapan Sherlock terdengar mengejek intelektualitas Watson, dan orang kebanyakan. Misalnya:
Oh John I envy you so much. Your mind is so placid, straight forward, barely used.
Is it nice not being me? It must be so relaxing.
Menurut Sherlock otak manusia pada umumnya itu begitu tenang dan damai, nyaris tidak pernah dipakai untuk berpikir yang sesungguhnya. Sherlock sering berucap, “You see everything but you don’t observe,” Mungkin benar juga, apabila kita benar-benar mengobservasi situasi di sekitar kita dan mengorganisir informasi yang pernah kita peroleh seperti mind palace-nya Sherlock, mungkin hidup kita akan lebih mudah. Setidaknya, saya akan lebih jarang lupa dimana menyimpan barang. Mungkinkah?
Sherlock menolak di sebut sebagai psychopath, tapi dengan suka rela menyebut dirinya high-functioning sociopath. Memang dia sosok yang eksentrik, tidak peduli sekitarnya, kaku dalam bergaul dan nyaris tidak punya teman.
Yang menarik dari serial ini adalah hubungan Sherlock dengan kakaknya, Mycroft Holmes. Sejak season 1 hingga sekarang, peran Mycroft semakin bertambah, dan pelan-pelan diungkapkan kalau Microft sebenernya lebih genius dari pada Sherlock. Bahkan pada season 3 episode 1, ada adegan dialog Mycroft dan Sherlock yang menyatakan dulu waktu kecil, Sherlock merasa dirinya idiot karena kalah cerdas dari Mycroft, sampai kemudian mereka bertemu anak-anak lain dan menyadari bahwa mereka berdua genius. Ungkapan arogansi yang disampaikan dengan kocak tapi mengena. Mycroft bahkan bilang,
In real life, I’ve been living in a world of goldfish.
Hal ini untuk menggambarkan betapa orang-orang disekitarnya tidak pakai otak, karena memori ikan emas sedemikian singkatnya, hanya 5 detik. Saya curiga, Mark Gatiss membuat karakter Mycroft lebih cerdas dan sangat penting bagi Sherlock, karena dia sendiri yang memerankan Mycroft. Yup, Mark Gatiss is a bloody talented screen writer and actor.
Dialog-dialog yang menyenangkan dalam serial ini membuat saya betah menonton ulang sampai 3-4 kali per episodenya. Arogansi Sherlock terutama dia tujukan pada satuan polisi Scotland Yard yang sudah berulang kali dia bantu memecahkan berbagai kasus. Malah dalam satu episode, Sherlock bilang kepada polisi-polisi itu,
So this investigation might move a bit quicker if you would detect my words as gospel!
Oh, satu trivia lagi yang cukup mengejutkan adalah di season 3 episode 1 dalam adegan ketika Sherlock dikunjungi kedua orang tuanya, ternyata tokoh bapak Sherlock itu beneran diperankan oleh bapaknya Benedict Cumberbatch, yang memang aktor. Dan perhatiin deh kerah mantel ibunya Sherlock… Jelas kan dari mana Sherlock punya kebiasaan menaikkan kerah mantelnya?
Eh, udah pada tau kan kalau pemeran Mary, istri John Watson, dalam kehidupan nyata memang pasangan Martin Freeman dan mereka berdua punya 2 orang anak?
—His Last Vow (spoiler alert)–
Gimana pendapatmu setelah nonton ending episode ini? Puas? Kecewa? Atau apa?
Seperti akhir dari season 2, kali ini season 3 juga berakhir gantung, biar penonton penasaran menunggu season berikutnya. Sebenarnya sejak nonton season 3 episode 1, Sherlock kan sudah menganalisa Mary dan menyebutnya ‘liar’. Nah, sejak saat itu saya sudah menduga kalau Mary pasti menyembunyikan rahasia kelam tentang masa lalunya. Misalnya dia anaknya penjahat kelas kakap gitu, soalnya dia mengaku yatim piatu. Saya bayangkan, bapaknya diam-diam adalah bos mafia atau cartel obat bius yang wajahnya tidak pernah kelihatan. Bahwa ternyata Mary adalah mantan assasin, well, prediksi saya nggak terlalu meleset lah…
Pas melihat di episode ini Sherlock kencan sama Janine, dan Janine bangun pagi di kamar Sherlock, bagaimana perasaanmu? Menurutmu mereka having sex beneran nggak?
Saya awalnya nggak percaya Sherlock sebagai sociopath beneran punya pacar, tapi gesturenya saat mereka berciuman itu sangat meyakinkan. Saya nggak rela Sherlock punya pacar! That’s so un-Sherlock! Hahahaha… Jadi saya girang banget pas di rumah sakit ada dialog yang mengindikasikan mereka belum having sex. Janine bilang, “Once would have been nice,”. Sherlock menjawab dengan nada bercanda, “I waited until we get married,” yang tentu Janine tidak percaya pada jawaban ini, setelah dia sadar Sherlock mengencaninya sebagai bagian dari penyelidikan.
Lalu apakah Sherlock homoseksual atau malah aseksual? Nggak juga. Buktinya dia pernah sempat tertarik sama Irine Adler. Sherlock sedemikian terpesonanya pada Irine sampai sempat tidak bisa menganalisa Irine saat mereka pertama bertemu. Sherlock is defenitely heterosexual. He just thinks that love is human error. 🙂
Pas melihat Sherlock membunuh Magnussen, bagaimana perasaanmu?
Saya sih nggak rela Sherlock jadi pembunuh. Nggak rela banget… Tugas dia adalah solving crime, bukan membunuh penjahat. Tapi sekali lagi Sherlock menegaskan dirinya adalah high functioning sociopath, jadi dia menyelesaikan kejahatan Magnussen dengan satu-satunya cara yang ada, yaitu menembak kepala Magnussen, memusnahkan ‘harddisk’ dimana Magnussen menyimpan seluruh ingatannya.
Pas melihat video Moriarty muncul lagi di akhir cerita, menurutmu dia beneran belum mati?
Saya sih yakin Moriarty secara fisik sudah mati di atap gedung itu. Tapi Moriarty kan digambarkan Sherlock sebagai ‘spider’, laba-laba yang menguasai jaringan security berbagai tempat penting, yang punya kode untuk membobolnya. Jadi tentu Moriarty bisa menyiapkan sebuah sistem untuk menyebarkan rekaman video dirinya dan rencana jahatnya, semacam virus komputer yang sudah di set untuk aktif pada tanggal dan jam tertentu. Begitu prediksi saya. Sounds good?
Well, saya nggak sabar nunggu season 4, tapi tetep tidak akan melewatkan kesempatan nonton season 3 yang di Indonesia bakal tayang 27 february 2014 di AXN Asia. Selama ini saya nonton Sherlock secara streaming di sini (dapet info linknya dari @madalkatiri) lalu season 2-3 di sini. Yang jelas, nonton Sherlock ini bikin saya kangen berat sama London… pengin mengulang lagi tinggal disana, sore-sore menelusuri South Bank, area pinggir sungai paling keren sedunia…
Agustus 23, 2015 pukul 7:37 pm
sherlock season 3 episode 2 bikin ngakakk 😀 apalagi pas si duo mabuk berat wkwkwk í ½í¸
Agustus 24, 2015 pukul 8:36 am
Hahaha… Entertaining, uh?
Ping-balik: Menjadi Orang Jenius Itu Repot | About life on and off screen
Agustus 14, 2014 pukul 6:27 pm
saya juga fans berat serial ini mbak, dan jujur bener2 ga nyangka kalo Sherlock versi modern days jadinya sekeren ini. Menurut saya dibanding Robert downey, chemistry Benedict Cumberbatch jauh lebih “ngena” sebagai Sherlock Holmes. Sutradara sekaliber Steven Spielberg aja pernah muji dg bilang “he is the best Sherlock Holmes on screen I’ve ever seen”.
BTW ada bocoran ttg “the other one” brother yg disebut Mycroft di season 4 nanti namanya Sherrinford Holmes. Rencananya sih mau pake aktor Tom Hiddlestone, tp ini blm dikonfirmasi sama Tom nya sendiri. saya pribadi sih maunya ini beneran, soalnya saya jg ngefans sama aktor Loki ini. hehehe
Agustus 14, 2014 pukul 10:29 pm
Wah makasih banyak bocorannya! Jadi makin gak sabar nunggu season 4 deh.
Agustus 10, 2014 pukul 1:03 am
Saya kurang setuju dengan pendapatnya si mbak yg bilang mark gattis sengaja membuat mycroft lebih cerdas dari sherlock. Saya ingat di novelnya (conan doyle) memang sherlock pernah bilang ke watson bahwa kakaknya jauh lebih cerdas dari dia. Hanya saja mycroft tidak pernah mau turun ke lapangan. Baginya cukup dengan otaknya dan memerintah orang2 sesuai rencananya.
Jadi saya tidak kaget melihat peran mycroft di series sherlock ini.
satu hal yg bikin saya penasaran ketika di akhir episode season 3, ketika mycroft cs membahas nasib sherlock apakah di penjara atau tidak, mycroft bilang bahwa dia tidak pernah sentimental mengenai hubungan saudara sebagaimana terhadap yg satu lagi. Nah ini yg bikin penasaran, apakah masih ada holmes selain mycroft dan sherlock? Maksud saya selain ortunya.
Mungkin ada yg punya gagasan?
Agustus 10, 2014 pukul 1:39 pm
Wah, menarik! Saya sih yakin masih ada satu saudara lagi (another Sherlock), tapi sejauh ini belum ada clue lain yang lebih informatif. Mungkin disimpan buat mulai dibocorkan di season 4, dan sosoknya muncul di season 5. Hehehe…
Juli 16, 2014 pukul 5:28 pm
Iya season 3 episd 3 ada hub sm red beard, penasaran
Juli 17, 2014 pukul 10:49 am
red beard is their dog when sherlock & mycroft were little boys.. right?
Juli 12, 2014 pukul 2:46 pm
Msh ga ngerti neh, adegan sherlock kecil yg nangis sambil di kepung senjata, itu kasusnya knp ya, kasian bngt liatnya..
Juli 14, 2014 pukul 6:46 am
saya malah lupa… ini di episode berapa season berapa ya?
Juli 14, 2014 pukul 6:46 am
season 3 episode terakhir bukan?
Mei 15, 2014 pukul 10:26 am
ulasannya keren banget Mbak. tfs 🙂 *salam dari nubie Sherlockian
Mei 18, 2014 pukul 8:55 pm
Thank you. Ini ulasan udah cukup lama sih, sekarang harusnya di update ya sejak season 3 udah kelar semua 🙂
Mei 18, 2014 pukul 9:26 pm
ayooo, Mbak, ditunggu update-annya 😀
Mei 8, 2014 pukul 1:12 am
“Anderson, don’t talk out loud. You lower the IQ of the whole street”.
Sherlock’s sarcasm at it’s best, hahaha….Neh oleh2 waktu doi di show-nya Jimmy Fallon, dimana mereka berdua trying to impersonate the voice of Alan Rickman a.k.a Severus Snape, hihihi
Mei 8, 2014 pukul 9:17 am
This is one of BC’s finest moments! Hahaha…
April 11, 2014 pukul 1:37 pm
susah banget mencari video seri 3 yang lengkap d website
April 13, 2014 pukul 10:39 pm
klik di link yg saya tulis di artikel blog itu, bisa kok
April 11, 2014 pukul 1:35 pm
bagaimana cara download’ny
April 13, 2014 pukul 10:40 pm
saya nggak download sherlock, tapi nonton streaming
April 7, 2014 pukul 10:38 pm
Wah ini memang seri tv yang paling aku suka. Kalau menurutku Sherlock versi america gak sebanding dengan ini. Benedict cumberbatch bener2 keren mainnya. Kalau memang tahu London, beda yah menonton seri ini? Kemarin saya baru selesai nonton seri inside no.9, penulisnya sama dengan penulis Sherlock, Mark Gatis, a.k.a Pemain O brother dear/kakaknya Sherlock. Keren comedi tapi serem beberapa seperti versi shortsnya hitchcock. Sudah nonton?
April 8, 2014 pukul 5:51 am
Belum nonton! Kayaknya nggak ada deh di tv cable di Jakarta.
Beda banget dg yg versi amerika! Seperti kata Mark Gatis, sebagai Sherlock Cumberbatch is irreplaceable. Dan mereka, Mark Gatis dan Cumberbatch sudah pernah main film bareng jauh sebelumnya di Starter For 10, waktu mereka masih pada culun… hehehe…
April 8, 2014 pukul 6:21 am
ya, setuju, setuju re: cumberbatch. Maybe soon ada di dvd, atau online streaming? disini aku unduh dari BBC iplayer. Starter for 10 yup, inget aku..
April 8, 2014 pukul 6:30 am
coba aku cari di torrent, semoga udah ada. Dan satu lagi yg seru dari Sherlock versi BBC One ini adalah mereka mengeksplore London dg baik. Mulai dari St. Bart hospital, sampai jaringan tube-nya dll… cakep lha pokoknya! Kalau sampai Peckham jadi setting jg di Sherlock, gue berangkat deh ke London lagi! hahaha
April 6, 2014 pukul 5:56 pm
gabung di sini juga ya mba’! 😀 http://www.facebook.com/sherlockian.indonesia
April 7, 2014 pukul 1:13 am
hehehe…oke!
Februari 24, 2014 pukul 5:02 pm
ga sabaar….Im a huge fan of sherlock holmes versi Benedict Cumberbatch, dari awal tayang di AXN udah mencuri perhatian,,tambah seneng pas ternyata Sherlock kayaknya ada sisi manusiawi soal perasaan hehehe…tapi saya lebih suka Molly ketimbang Irene..Molly is a good woman..hehe (sorry mbak jadi lost focus) 😀
Februari 24, 2014 pukul 7:57 pm
Molly itu innocent dan tulus sayang sama Sherlock. She’s so sweet & very lovable indeed.
Februari 15, 2014 pukul 5:32 pm
eh komennya belum selesai, hahaha. sekarang lagi nonton ulang serial friends dari season 1. hasil download di kickass.to. makasih udah diajarin yak 😀
Februari 16, 2014 pukul 12:32 am
dengan senang hati Mbok.. Btw kecuali koneksi internetmu ngebut banget, dari pada streamingnya putus mending nonton Sherlock hasil download. Season 1 dan 2 aja, cuma 6 episode total. Season 3 akan main di AXN mulai Minggu 27 Feb. Lha kalau di TV kan nontonnya lebih puas, layarnya lebih lebar 😀
Februari 15, 2014 pukul 5:30 pm
belum pernah nonton serial ini. coba streaming ah 😀
Februari 11, 2014 pukul 10:04 am
Hai mbak, salam kenal.
aku penggemar cerita detektif terutama dari buku. Sebenernya SH ga tmsk buku yang aku senengi karena menurutku susah dicerna (maklum, aku baca buku terjemahan yang …gitu dehh..). Aku lebih suka bc agatha christy, Sir Conan Doyle, bahkan S Mara Gd..hehehe
Serial Sherlock ini aku mulai liat oktober 2013 dan sampe sekarang jd tergila-gila ma serial ini. Aku seneng liat visualisasi cara berpikir SH yg klo di tulis di buku bisa berlembar.. mnrtku, ini cara terkeren dalam hal visualisasi pikiran aktor (maaf rada sotoy, secara aku bukan pengamat film)..:D Di Bbrp film yang bercerita ttg pergulatan pemikiran di kepala aktor, gagal dalam memvisualisasikannya. Jadinya, film malah kebanyakan gambar yg ga penting, atau malah kehilangan inti cerita.. And I don’t see this in SH…:D
Btw, aku blm pernah ketemu ma cowok inggris. tp apa emg org inggris itu sedingin SH dan watson..maksudku, agak canggung dlm mengekspresikan perasaaan? ato emg itu akting mrk aja?
Tulisannya bagus mbak..aku share ke temenku yang SH fangirl juga ya? tengkyu
Februari 11, 2014 pukul 10:27 pm
Hai Ambar, salam kenal 🙂
Iya, aku sepakat denganmu soal serial SH di BBC One ini, superb!
Soal cowok Inggris, sejauh yang sempat jadi teman-temanku pas tinggal di London th 2005-2006 lalu, anak-anak mudanya sih nggak bisa dibilang dingin juga kok. Apa karena kita sama-sama mahasiswa ya? Kalau kalangan profesional mungkin lebih reserved (iya, istilah itu lebih tepat dari pada ‘dingin’).
Hayuuuk….silakan blog post ini dishare ke teman-teman penggemar SH dan BC. hehehe… Temen2nya juga boleh lho diajak komentar di sini.
Januari 30, 2014 pukul 3:21 pm
Aaaaaaak… Ngiler beneran pengen streaming *masih bisa gak sih?
Lama gak nonton tv dan film seri yang oke.
Ntar malem aah *niat sepenuh hati
Januari 30, 2014 pukul 3:43 pm
Masih bisa banget di dua link yang aku tulis di blogpost itu, asal koneksi internetmu lancar djaja 😀 Temen2 sih banyak yg mengandalkan indowebster atau kickass.to gitu deh
Januari 30, 2014 pukul 11:28 am
Sekedar update: barusan saya liat wawancara dengan Steven Moffat soal apakah Sherlock beneran sociopath. “Moffat says that Sherlock likes to claim he’s a sociopath because it helps to keep people at a distance. But clearly, he isn’t.” AH, MENARIK!
Januari 17, 2014 pukul 6:26 pm
wah, jadi pengen ikutan nonton T_T
Januari 17, 2014 pukul 6:57 pm
Ayo nonton, dijamin puas!
Januari 16, 2014 pukul 4:43 pm
Selalu senang kalau ada fans Sherlock BBC (dan Benedict Cumberbatch in particular :D). Salken 🙂
Mengenai Sherlock yang membunuh Magnussen, mungkin reaksi fans sama kayak waktu Superman membunuh General Zod (maaf kalau spoiler). Karena memang keduanya itu adalah yang paling tidak mungkin untuk membunuh (walau untuk Sherlock, bisa diperdebatkan, hehehe). Saya juga awalnya kaget saat tahu Sherlock nembak Magnussen. Sama seperti Mycroft “what have you done?”. Mungkin dia juga tidak mengira. Tapi itu dilakukan Sherlock untuk memenuhi “His Last Vow”nya pada Mary dan John. Dan bagi saya ini loyalitas dan juga bagaimana Sherlock menyatakan perasaan sayangnya pada sahabatnya John (dan juga Mary).
Ingat kah saat episode pertama kalau John ga segan membunuh orang buat Sherlock? I think Sherlock return that favor with his last vow. Jujur ini lumayan bikin sedih saat menonton :’)
Kalau berdasarkan bukunya, Moriarty punya saudara lagi dengan nama yang sama. Saya lupa apakah kembar atau tidak. Tapi kalau memang benar Moriarty kembali, saya sih ngga masalah :D. Lagipula sebenernya ada yang aneh, kenapa mayat Moriarty tidak pernah disinggung di season 3 ini. Mungkin sudah diurus sama Mycroft 😀
Wah, maaf jadi kepanjangan ^^;
Januari 16, 2014 pukul 6:53 pm
Wah saya seneng kalau ada yg komentar panjang dan komprehensif kayak gini 🙂
Pernyataan John itu ada di episode Study In Pink ya? Masih ingat di adegan apa?
Sepertinya saya perlu nonton ulang sekali lagi biar ngeh bener, dimana dan pas adegan apa John ngomong gitu ke Sherlock.
Saya sih sempat berpikir, villain sekeren Magnussen (menurut saya Magnussen itu keren dan elegan gitu, memakai knowledgenya untuk memeras dan mencapai tujuannya) sayang kalau mati terlalu cepat. Seandainya Magnussen masih hidup, kan masih bisa tarik ulur sama Sherlock dan Mycroft di episode selanjutnya. Gitu nggak?
Februari 2, 2014 pukul 4:25 pm
Pengen bagi-bagi info hehe, boleh ya :). Soal Sherlock rela membunuh demi sahabatnya, di buku memang ada di cerita pendek Petualangan 3 Garrideb, walaupun akhirnya tidak benar2 membunuh. Disitu di ending ceritanya si penjahat yg sedang panik krn aksi kejahatannya terbongkar sama Sherlock dan John, seketika si penjahat langsung nembak John di paha. Dideskripsiin betapa marahnya si Sherlock sahabatnya dilukai, dia langsung menodong pistolnya ke arah kepala si penjahat, dan bilang dia tdk segan langsung membunuh si penjahat klo John skarat atau mati.
Klo suka Sherlock, saya sarankan baca buku2nya kalau ada waktu luang. Sama sekali gak berat kok, seru dan fun bgt malah. Saya pertama kali baca SH waktu sd, karena cerita terbagi ke dalam bnyk cerpen jadi bisa pilih random mau baca yg mana duluan diliat dari judul2 mana yg lbh menarik. Dan mengingat klo si Moffat dan Gatiss itu big fanboy SH jg jd banyaaaak sekali masukin referensi atau easter egg dari cerita originalnya 🙂
misalnya di episode 1 season 3, ada bapak tua pasiennya John jualan dvd dan majalah, trs si John ngira kalau itu Sherlock. Adegan itu dimunculkan karena di cerita originalnya, cara Sherlock Holmes reveal himself to John setelah 3 thn dikira benar2 mati sama John adalah dengan menyamar jadi bapak tua cacat penjual buku. Dan ketika John sadar kalau itu Holmes, dia malah pingsan hahaha 🙂 Saya senang di bbc sherlock ini lbh dieksplor. Saya jg saranin baca cerpen Charles Augustus Milverton, base story nya His Last Vow ini dan cerpen dimana moriarty muncul tentunya.
Maaf panjang bgt postnya, can’t help kalau liat post kayak gini, naluri fangirlnya keluar haha. Cheers 🙂
Januari 16, 2014 pukul 1:15 pm
Dulu banget, jaman bahela suka banget baca novelnya atau buku2 cerita pendeknya pinjam di persewaan buku, jaman2 msh smu tahun 90an….hehe….lama banget kan ?
Januari 16, 2014 pukul 1:33 pm
Aiiih… masih inget nggak tuh cerita dari buku2 lawasnya?
Januari 16, 2014 pukul 12:36 pm
ini serial paling bikin gemes karena sekali nongol cuma 3 seri tapi nunggunya berbulan-bulan. 😆
Januari 16, 2014 pukul 12:48 pm
Berbulan-bulan? Nunggunya DUA TAHUN Chika…. Two bloody years… *nangisdarah
Januari 16, 2014 pukul 3:02 pm
iya mbak, iya… 😆
Januari 16, 2014 pukul 11:32 am
Halo 🙂 cuma kasi masukan klo sherlock cuma sebatas admire aja sama irene adler krn kepintaran dia sampai ngalahin sherlock wkt mecahin kasus awal2 itu. Trus klo di buku mycroft emg lebih jenius dari sherlock :))
Aku seneng bgt ngulang2 nonton, stiap kali ngeliatin detailnya sll dpt hal baru, easter egg gt, apalagi klo baca bukunya. Episode 3 tiap season selalu jadi favoritku, keren2 bgt. Paling pol sih his last vow sama the great game :))
Januari 16, 2014 pukul 11:37 am
Thank you Ben 🙂
Yup, episode 3 di setiap season itu semacam klimaksnya ya, membuat penonton nunggu banget season berikutnya. Mana tahaaan nunggu 4 tahun lagi sampai bisa nonton season 5!
Januari 16, 2014 pukul 11:00 am
Moriarty memang sudah mati, tapi 2 tahun Sherlock menghilang untuk mencari jaringannya Moriarty. Mungkin salah satu dari jaringannya itu yang kembali untuk Sherlock.
Soal Mary, sama dengan mbak Tika, pas dia bisa mecahin sms tentang Watson yang mau dibakar hidup2 itu, udah curiga kok pintar sih perempuan ini. Watson aja ga segitunya.. 😀
Januari 16, 2014 pukul 11:07 am
Dan ingat nggak waktu di pesta pernikahannya Watson, Mary dengan jitu menyimpulkan di kamar nomor berapa sang Jenderal (komandannya Watson) berada, pas sang Jenderal terancam dibunuh melalui ikat pinggangnya. She’s too smart to be an ordinary nurse! Udah ngerasa gitu jg kan?
Januari 16, 2014 pukul 4:57 pm
iya.. Mary memang sudah extraordinary sejak awal. Makanya Watson suka ama dia, mungkin mengingatkan dia sama Sherlock
Januari 16, 2014 pukul 6:55 pm
Nah, jadi confirmed pernyataan Sherlock kalau Watson memang suka sama yang nyerempet2 bahaya! Hahaha…. Sherlock ini ada bakat jadi psikolog juga sebenernya. Ya nggak?
Januari 15, 2014 pukul 9:32 pm
Moriarty: “Miss Me?”
Sudah nonton sampai season 3.. tinggal menunggu season 4.. 😀
Pemain-pemainnya cocok semua (terutama Benedict Cumberbatch, Andrew Scott, dan.. siapa lagi yak?) dan pengambilan gambarnya selalu membuatku tertakjub-takjub.. 😀
Pokoknya, Sherlock versi modern… *thumbs up
Januari 16, 2014 pukul 12:14 am
bringing Moriarty back to life was rather ‘WTF’…but….
Januari 16, 2014 pukul 10:37 am
but…?
Siap2 pada menonton ulang ending season 2 dan menerka (lagi) bagaimana Moriarty masih bisa hidup.. X)
Januari 16, 2014 pukul 10:39 am
aaak…tidaaak… but I have a very good prediction about his comeback. Artikel ini barusan saya update, saya tambahi beberapa hal dari episode His Last Vow, termasuk prediksi soal Moriarty
Januari 15, 2014 pukul 11:07 am
nonton ini pas tengah-tengah mulai karena baru pasang tv cable. kalau punya file digitalnya full season, mau dong kak
Januari 15, 2014 pukul 11:20 pm
Aku gak download. Coba deh tanya temen2 via twitter, kayaknya banyak yg download.
Januari 15, 2014 pukul 10:30 am
saya baru nonton yg season 1 eps 1, baru tau serial keren ini, menyedihkan ya 😥
Januari 15, 2014 pukul 10:35 am
Enggak menyedihkan kok! Ayo tonton aja terusannya 🙂
Januari 14, 2014 pukul 9:26 pm
Love is a “Human Error”
ter-Sherlocked
Januari 15, 2014 pukul 5:45 am
Aiiiih…. Apa episode/adegan Sherlock favoritmu?
Januari 15, 2014 pukul 12:39 pm
Episode finale Season 2.
Atau sebenarnya sepanjang Season 2, yg diakhiri finale itu.
Nontonnya harus rewind dan pause beberapa kali 😐
Januari 15, 2014 pukul 11:11 pm
Epic tuh… aku pun sampai bikin beberapa alternatif mengira-ngira ending season 2 itu sebenernya gmn 🙂
Januari 14, 2014 pukul 8:07 pm
Penasarannnn… mau nonton ah. Banyak banget yg rekomendasi film ini
Januari 14, 2014 pukul 8:42 pm
Ow yeah… klik aja link streaming yang aku tulis di blog itu
Januari 14, 2014 pukul 7:54 pm
Totally agree with you Mbak. Benedict kayaknya memang terlahir utk peran Sherlock di serial ini. 😀
Januari 14, 2014 pukul 8:42 pm
Aaaak… kan setuju kaaan! Hahaha… Masih single tuh! *lostfocus
Januari 14, 2014 pukul 7:30 pm
Very very entertaining, mbaak! Saya sampe tepuk tangan abis selessai nonton 🙂
Januari 14, 2014 pukul 8:41 pm
Ha? Ciyus sampe tepuk tangan? Nonton di TV, streaming atau apa?
Januari 14, 2014 pukul 8:47 pm
Streaming kok mbak. Lebai yaa huheheheh
Januari 14, 2014 pukul 8:48 pm
Hahaha… enggak lebay… saya juga ketawa dan menahan nafas kok sambil nonton. Paling suka pas adegan/episode apa?
Januari 14, 2014 pukul 9:09 pm
Kalo yg paling disuka sekarang sih yg paling terakhir tayang ini. Abisnya tiap episode kayak kadar “superb”nya meningkat terus :))
Januari 15, 2014 pukul 5:45 am
The Last Vow juga bakal makin superb! Mau saya kasih bocoran? 😉
Januari 14, 2014 pukul 7:28 pm
Seneng banget sama serial ini, si Bandicoot Cabbagepatch pas banget jadi Sherlock. Oya, yang jadi ibunya Sherlock juga ibu asli si Cabbagepatch…. Sayangnya aku jarang bisa nonton, karena kalo pas masang tv pasti akhirnya nonton cartoon network atau disney dan sebangsanya….
Januari 14, 2014 pukul 8:41 pm
Iyaaa… he’s meant for this!
Lho, jadi biasanya nonton Sherlock dimana? Streaming ya?
Januari 14, 2014 pukul 9:53 pm
Kadang-kadang berhasil nonton di tv, tapi jarang banget… Kayaknya mo streaming aja deh….
Januari 15, 2014 pukul 5:46 am
Yup, bisa klik salah satu dari 2 link streaming di artikel ini. Siap2 buat episode The Last Vow?
Januari 14, 2014 pukul 6:33 pm
aduuhh, mbak Tikaaaa…
aku juga ngefans beraaatttt sama serial yang 1 ini. Aaaahh, jatuh hatiiiii sejatuh2nya, deeehhh… 😀
Januari 14, 2014 pukul 6:48 pm
Awas pegangan….biar nggak jatuh! :)) Btw, apanya yg paling kamu sukai dari serial ini?
Januari 20, 2014 pukul 2:06 pm
Cakepnya si SH, mbak. Dan cara ngomongnya yang cepet itu. Err.. aku masih rada penasaran sih. Dese doyan cewek nggak, sih? Huahaha…
Januari 21, 2014 pukul 9:26 am
Hahaha… Doyan cewek ini SH di serial tv atau Benedict Cumberbatch-nya? Kalau BC jelas, track record pacarnya ada yg 12 th. Nah kalau SH itu aku bahas di artikel blog paragraf 13 di bawah fotonya Mary Watson, apakah dia homoseksual, heteroseksual atau malah aseksual 😉
Januari 21, 2014 pukul 9:28 am
Maksudku di film. What? Di kehidupan nyata ada yg sama bocah 12 tahun? Oh, my….. Hahaha, aseksual? Doi kawinnya ama kasus kali ya, mbak… :))
Januari 21, 2014 pukul 11:44 am
Bukaaan… hahaha… bukan sama bocah 12 tahun, tapi pacaran selama 12 tahun dg sesama aktres Inggris 😀
Kalau di film, ya seperti tulisanku itulah :)))