Bunga Kecombrang mendapat kehormatan menjadi tema blog post pertama di tahun 2014 ini. Hahaha… Nggak apa-apa deh, bunga ini memang spesial banget. Selama ini saya hanya tau bunga kecombrang, yang sering disebut kembang honje, cocok dibuat pecel bersama sayuran lain. Ternyata…. enak juga dimasak, aromanya sedap, memberi rasa segar pada masakan terutama jika diolah bersama daging. Eksperimen hari minggu ini adalah daging sapi masak bunga Kecombrang. Gampang dan cepat membuatnya, nikmat hasilnya.

Kalau pakai kelopak bunga Kecombrang yang sudah mekar, diiris tipis. Kalau pakai kelopak yang masih kuncup, gak usah diiris.
Setelah masakan ini matang, tadinya saya ragu menawarkan ke anak-anak karena takut rasanya terlalu pedas, meskipun cabainya utuh (tidak diulek). Eh, rupanya aroma harum masakan ini membuat anak sulung saya berjalan ke dapur dan minta nyicip. Eh, dari nyicip sesendok, dia langsung ngambil piring dan nasi merah, lalu makan lahap bener dengan lauk ini. Oh, ternyata…
Siapkan:
250 gram daging sapi, dipotong memanjang sebesar jari kelingking
1/2 tahu putih besar (kalau pakai tahu putih kecil ya dikira-kira aja)
7 helai kelopak bunga kecombrang yang bagian luar, iris memanjang
5 helai kelopak kol, iris memanjang
2 lembar daun jeruk, buang tulang daunnya, rajang halus
1 lembar daun salam, diremuk dengan tangan
7 buah cabai rawit utuh
1 sendok teh garam
1 sendok teh gula merah
400 ml air
1 sendok makan minyak utk menumis
Haluskan (ulek):
2 cm kunyit, sangrai dulu
3 butir kemiri, sangrai dulu
1 cm lengkuas
3 siung bawang putih
5 siung bawang merah
3 buah cabai merah (kalau mau pedas)
1 sendok teh ketumbar
1/2 sendok teh merica
Masak:
Goreng tahu putih sampai setengah matang, tiriskan dan sisihkan. Minyak yang sama dipakai untuk menumis bumbu halus bersama daun jeruk dan daun salam sampai wangi. Masukkan daging, aduk sebentar sampai berubah warna. Masukkan bunga kecombrang, cabai rawit utuh, tahu, garam, gula merah, aduk lagi. Tuangkan air sedikit demi sedikit, masak sampai mendidih. Masukkan kol, masak sampai matang dan agak kental kuahnya.
Saya jadi bertanya-tanya, apakah bunga-bunga lain kalau dimasak juga enak? Saya familiar dengan masakan bunga pepaya dan bunga turi. Bunga apa lagi ya, yang enak dimasak?
Ping-balik: Perjalanan Menuju Mindfulness | About life on and off screen
Ping-balik: Very Easy Fried Kwetiau. I’m on TV! | About life on and off screen
Februari 2, 2014 pukul 4:50 pm
Wow, pasti rasanya asem2 seger gumana gitu ya…
pake szechuan pepeprcorn atau andaliman enak kali ya, biar pedes2 membal, tambah komplit sama asamnya kecombrang!!!
Februari 2, 2014 pukul 6:22 pm
Aduuuh ampun Om Chef!! Aku minder nih dikomentarin chef jagoan!! I don’t even know what peppercorn/ andliman is. Hehehe… -_-
Januari 30, 2014 pukul 3:32 pm
Saya coba ah kapan-kapan. Gampang nyari resepnya. Posting pertama 2014 ya Mba. Hehehe. 😀
Januari 30, 2014 pukul 3:46 pm
Iyaaa… dan gara-gara uji coba iseng ini aku jadi hunting tanaman kecombrang, eh ternyata di kantor teman ada pohonnya! Jadi minta & tanam di rumah deh. Btw jangan panggil mbak, Tika aja ya
Januari 14, 2014 pukul 11:25 am
Boleh sekali-sekali masakin saya? Hahaha…
Januari 14, 2014 pukul 11:27 am
Boleh, hayuk kapan main ke rumah? 😀
Januari 10, 2014 pukul 1:00 pm
looks sooo yummy…aku belum pernah nyoba tapi…ngg kebayang rasanya seperti apa..jadi penasaran :D..
Januari 10, 2014 pukul 5:35 pm
Hahaha… yang satu ini perlu dicoba, serius.
Januari 6, 2014 pukul 9:16 pm
wah… beralih jadi food blogger ? xD
Januari 14, 2014 pukul 11:27 am
Wah, bebas deh disebut blogger apapun juga, yg penting update blog! hehehe..
Januari 6, 2014 pukul 8:46 am
Aku penasaran.. ini yg bikin enak kecombrangnya, apa daging sapinya ya, mbak Tika? Hahaha..
Btw, kalo daging sapinya diganti ayam, kira2 yahud juga gak, ya..?
Januari 6, 2014 pukul 9:52 am
Hahaha… pertanyaan bagus! Resep aslinya malah pakai daging kambing, tanpa tahu, tanpa rawit. Aku improvisasi krn aku nggak tahan bau daging kambing. Jadi mau Baginda Ratu mau eksperimen dengan daging ayam?
Januari 6, 2014 pukul 2:35 pm
Haha, mari nanti dicoba kapan2 ya, kalo mood masak udah kembali dari perjalanan jauhnya itu… 😆
Januari 7, 2014 pukul 10:41 am
aku siap nyicip kalau mood masaknya udh datang lagi 🙂
Januari 6, 2014 pukul 7:02 am
kecombrangnya nemu dimana, uni?
itu yg segernya berwarna merah menyala yg biasanya ada di ladang di ketinggian itu ya ? 😀
Januari 6, 2014 pukul 9:50 am
Ini dikasih sama saudara pas tahun baru kemarin kita ke Wonosobo. Iya, warnanya merah menyala, aku lagi cari tanamannya buat ditanama di rumah.
Januari 5, 2014 pukul 1:01 pm
Oya, bunga-bunga yang aku pernah makan: violet dilapis gula, melati buat campuran sup… Apa lagi ya?
Januari 5, 2014 pukul 4:06 pm
Melati buat campuran sup? Sup apa? Melatinya utuh atau diiris?
Januari 6, 2014 pukul 11:12 pm
Sup kimlo kalau gak salah, pakai bunga sedap malam… Eh, sedap malam sama dengan melati kah? Jadi gak yakin…. Bunga sedap malamnya dikeringin dulu, dimasak utuh.
Januari 8, 2014 pukul 8:25 am
hihihi… bunga sedap malam beda dg bunga melati. Kalau sedap malam lebih besar, lebih tebal dan sekuntum isinya banyak. Oke, sekarang lagi mikir, dimana bisa cari sup kimlo di Jaksel? 😀
Januari 8, 2014 pukul 10:50 am
Haa… Beda ya? Hihi… Bikin sendiri aja sup kimlo:)
Januari 8, 2014 pukul 6:51 pm
Nah itu dia… aku googling resepnya dulu yaaa
Januari 5, 2014 pukul 12:57 pm
Salam kenal… Bisa dicoba nih resepnya…. Kalau aku taunya bunga kecombrang itu buat bumbu rujak….
Januari 5, 2014 pukul 4:05 pm
Aku juga taunya buat pecel aja gitu.. hahaha… maklum jarang masak. Salam kenal!