Tidak ada spoiler berarti tentang jalan cerita, cuma ada deskripsi visual dan sedikit cuplikan adegannya. Silakan terus baca, posting ini tidak akan mengganggu kenikmatan menonton Anda.
Sejak awal melihat trailer film ini, saya sudah nggak sabar ingin nonton, karena sutradaranya adalah Neill Blomkamp dan temanya tentang perpindahan manusia dari bumi yang sudah rusak parah ke sebuah tempat di luar angkasa, bernama Elysium. Kata ‘Elysium’ dalam bahasa Hindi berarti sebuah tempat atau kondisi dengan kebahagiaan ideal. Film ini menggambarkan Elysium sebagai tempat dimana manusia penghuninya selalu awet muda, cakep, kaya raya dengan rumah mewah, kolam renang dan selalu berpesta atau setidaknya bersantai. Setiap rumah punya kapsul untuk menyembuhkan penyakit apa saja. Jadi penghuni Elysium bisa hidup abadi karena selalu meregenerasi sel tubuhnya. Dan di Elysium tidak ada jalanan macet seperti Jakarta.
Lalu seperti apa kondisi penghuni bumi? Dengan setting tahun 2154 bumi sudah sangat tercemar, terlalu padat dan nyaris tidak layak huni. Hanya manusia miskin yang masih tinggal di bumi, karena orang-orang kaya tentu sanggup membeli tiket ke Elysium dengan harta sangat mahal. Inti cerita film ini adalah upaya Max Da Costa (Matt Damon) seorang pria berandalan yang sejak kecil bercita-cita pindah ke Elysium, serta hubungannya dengan seorang perempuan, Frey (Alice Braga) sahabat sekaligus love interestnya sejak kecil, sejak mereka tinggal bersama di sebuah panti asuhan.
Max jelas seorang super bad ass, yang sudah keluar masuk penjara karena dulu dia mencari uang dengan mencuri mobil. Sementara Frey setelah lama menghilang kini muncul bekerja sebagai juru rawat di rumah sakit dan dia punya anak perempuan yang menderita leukimia akut. Tentu Max harus menempuh jalan terjal dan berliku dalam upayanya pergi ke Elysium. Sementara di Elysium sendiri tengah terjadi persiapan kudeta oleh menteri pertahanan Delacourt (Jodie Foster) terhadap presidennya.
Secara alur cerita sebenarnya Elysium adalah daur ulang dari 1001 film Hollywood yang bertema serupa. Menjelang Elysium rilis sudah ada Lock Out (2012) bersetting tahun 2079 yang lebih imajinatif dengan membuat penjara di luar angkasa untuk narapidana kelas kakap, dan Guy Pearce sebagai lead actornya juga tampil sangat berkarakter. Lalu ada Oblivion (2013) yang menampilkan deskripsi masa depan bumi dengan kehancuran serupa, tapi Oblivion jauh lebih membosankan dan oh-my-God lagi-lagi Tom Cruise sebagai jagoan membuat saya yakin Hollywood bikin film ini untuk tujuan jualan semata. Sebuah trik yang terbukti basi dan menunjukkan kalau Tom Cruise bukan lagi selling point yang menarik karena biaya produksi film ini mencapai 120 juta dollar sementara pendatapan kotornya world wide ‘hanya’ 89 juta dollar lebih.
Paling tidak script Elysium cukup solid dan di beberapa tempat dialongnya memancing tawa, meski tidak ada yang istimewa dari sisi plotnya. Salah satu memorable line adalah “If I should break another arm just to get your attention, I’ll do it,” kata Max pada Frey saat dia selesai dirawat di rumah sakit karena patah tulang lengan kirinya. Akting para pemain di film ini tidak ada yang istimewa, namun dengan casting yang pas semua terasa baik-baik saja. Apalagi penampilan Sharlto Copley, yang juga main di District 9, sebagai Kruger terasa sangat meyakinkan. Anehnya saya merasa di film ini Jodie Foster tidak tampil stand out sebagaimana dia biasanya.
Sebagai orang yang tinggal di ghetto seumur hidupnya, Matt Damon tampak tidak 100% meyakinkan, meskipun performanya sama sekali tidak buruk. Apalagi dia mempersiapkan dirinya dengan serius, termasuk membentuk badannya dengan nge-gym selama 4 jam setiap hari dibawah bimbingan personal trainer dan pantang makan pasta dan wine, dua makanan favoritnya. Matt juga harus memakai kostum exoskeleton seberat 25 kg selama 61 hari shooting. Bayangkan kayak apa rasanya memakai kostum seberat itu lalu harus berlari, melompat dan adegan action lainnya, di lokasi shooting sebuah tempat pembuangan sampah terbesar di Mexico yang bau dan berdebu.
.
Beberapa hal menarik yang saya catat dari film ini adalah:
• Sebagai warga kelas atas penghuni Elysium, Jodie Foster bicara dengan keluarganya dalam bahasa Perancis, namanya pun Delacourt. Oke, jadi Perancis masih dianggap simbol kelas atas dan kemajuan peradaban, meski di jaman yang katanya sudah global ini.
• Sebagai warga kelas bawah dengan kasta terendah, Max berbahasa Spanyol, begitu pula seluruh penghuni slum di bumi.
• Presiden Elysium bernama Patel dengan tampang yang 100% India. Pertanda pupolasi orang India di masa depan akan sedemikian besarnya sampai menang pemilu bahkan di Elysium? Mungkin saja.
• Elysium yang indah, damai, maju dan sejahtera digambarkan mirip area perumahan mewah di USA. Rumah-rumah besar bercat putih, taman yang saking rapinya saya yakin tukang kebun mereka menderita obsessive compulsive disorder semua, dengan pohon palem dan kolam renang. Bagian ini menurut saya membosankan dan sama sekali tidak imajinatif. Padahal bentuk semesta Elysium yang melingkar dengan bintang sudut lima di tengahnya itu sudah keren.
• Warna hitam dan abu-abu mendominasi kehidupan bumi yang suram, dan warna putih seperti menjadi seragam warga Elysium. Ini juga pakem yang sudah dipakai jutaan film Hollywood yang mengangkat tema futuristik. Masa sih di masa depan putih sebegitu jadi idola? Jangan-jangan orang-orang di masa depan suka pakai warna pink? Atau hijau tosca? Use your imagination people!
• Tokoh Spider kakinya pincang dan harus berjalan dengan tongkat. Tapi di adegan kejar-kejaran menjelang akhir film, dia bisa lari tanpa tongkat. Aneh ya?
Secara umum, meskipun Elysium bukan film terbaik yang saya tonton di tahun 2013, tapi film ini adalah sebuah tontonan yang menyenangkan. Saya menikmatinya dan menunggu dengan antusias jika Tristar Pictures membuat sekuel atau prekuelnya, apalagi dengan sutradara Neill Blomkamp lagi. Meskipun saya masih jauh lebih suka film Neill Blomkamp sebelumnya, District 9.
Dalam sebuah wawancara Matt Damon mengaku kalau rumahnya George Clooney adalah sebuah ‘elysium’ baginya. Kalau kamu, apakah (atau dimanakah) elysium buatmu?
Agustus 29, 2013 pukul 11:12 am
Salam kenal ya mbak,
Belum nonton sih film nya, mungkin nanti coba lihat bisa download ga…
Jadi tertarik baca di blog nya mbak…
Nada (www.nadataufik.com)
Agustus 29, 2013 pukul 2:51 pm
salam kenal ya Taufik. Emang Taufik tinggal dimana kok mau nonton film harus download dulu?
Agustus 26, 2013 pukul 4:29 pm
elysium lumayanlah ngasih cerita yang sedikit berbeda. dan yang pasti endingnya emang unpredictable. justru saya suka endingnya, sementara beberapa teman gak suka. 🙄
Agustus 27, 2013 pukul 6:36 am
Spoiler alert —– Temanmu itu nggak suka karena matt damonnya mati ya?
Agustus 27, 2013 pukul 10:51 am
Aduh gak usah disebut mbak =))))
Agustus 28, 2013 pukul 8:23 am
Hmm… hmm… kayaknya kenal nih sm temennya chika yg ini
Agustus 28, 2013 pukul 11:35 am
Gak kenal sih kayaknya. Temen-teman di kantor soalnya. Eh apa kenal?
Agustus 28, 2013 pukul 11:37 am
Eh, ya nggak tau… kan namanya aja belum disebut :))
Agustus 26, 2013 pukul 2:51 pm
menarik tp tidak istimewa 🙂 elysiumku di mana saja ketika pergi dibiayai kantor 🙂
Agustus 27, 2013 pukul 6:34 am
hahahaha.. keren tuh! Semoga kantormu semakin sering membayarimu jalan-jalan 🙂
Agustus 26, 2013 pukul 2:41 pm
ulasannya bagus mbak! 😀 belum nonton sih tapi baca ulasan jadi dapat gambaran lah hehehhe
Agustus 27, 2013 pukul 6:33 am
selamat menonton, nanti kalo udah nonton kabari kesanmu di sini ya…
Agustus 26, 2013 pukul 11:26 am
#doh belum nonton tp udah baca ini hihihi
Agustus 26, 2013 pukul 11:49 am
hahaha.. gapapa, tetep nikmat kok nontonnya, dijamin!
Agustus 26, 2013 pukul 10:22 am
Sepakat soal Jodie Foster. Sampe akhir credit title saya baru ngeh kalo Delacourt itu Jodie Foster. Asli beda banget, dan ngga menonjol kayak biasanya. 😐 Tapi Matt Damon juga standar banget sih aktingnya. Overall, emosi film ini ga dapet di sayah..
Agustus 26, 2013 pukul 11:09 am
Iya, padahal sutradaranya sudah memuji-muji Jodie Foster yang katanya sangat mudah diarahkan, cukup 1x brief dan 1x take Jodie sdh beracting seperti yg diinginkan sutradara. Berarti perannya kurang menantang ya?
Agustus 26, 2013 pukul 10:15 am
belum nonton film ini, mbak. senapsaraaaann! 🙂
Btw, di masa depan nggak kelihatan ya, ada yg berbahasa indonesia? hihi…
Agustus 26, 2013 pukul 11:08 am
wah sayangnya nggak ada tuh! Cuma ada bhs perancis, spanyol dan tentunya Ingrris. Padahal bhs Cina dan India pasti bertahan tuh..
Agustus 26, 2013 pukul 10:13 am
Aku mau coba rumahnya George Clooney juga dong, buat tau Elysium-nya Matt Damon.
Malah belum nonton film ini nih.. segera dijadwalkan deh biar ga keburu turun.
Agustus 26, 2013 pukul 10:14 am
Rumahnya mas Clooney emang keren banget! Cukup mewah tapi nggak norak. Asri dan desainnya apik lah pokoknya..
Agustus 26, 2013 pukul 10:02 am
hmm.. sepertinya Elysium bakal jadi “pelipur lara” film-film “visi masa depan” ala Neill Blomkamp ya.
coz, jujur aja District 9 itu sebelom nonton udah ngarep begini-begitu, ga taunya ya.. hambar.
atau jangan2 ketinggian ya ekspektasinya pas di film itu, dan kudu “nurunin” ekspektasi di film ini. 😛
Agustus 26, 2013 pukul 10:06 am
hahaha…. emang apa ekspektansimu pas nonton District 9 Bill?
Agustus 26, 2013 pukul 4:26 pm
ekspektasinya film ini sebagai film cerita, bukan film semi-dokumenter (ini billy)
Agustus 26, 2013 pukul 4:32 pm
nah.. *membenarkan komen sendiri*
Agustus 27, 2013 pukul 6:35 am
Ini kalian pake laptop yg sama, terus Chika belum log out, gitu ya? :)) :)) *komenyangepic*
Agustus 27, 2013 pukul 6:34 am
jiaaah… billy ganti nama jadi cK! atau itu nick name kesayangan buat BIlly?
Agustus 27, 2013 pukul 10:50 am
billy kebelet jawab terus akhirnya pake akun aku jawabnya =))) (ini cK asli)
Agustus 28, 2013 pukul 8:22 am
YA AMPUUUUNN!! Kalian ini rekan kerja yg sangat kompak dan saling membantu!! Sampe urusan kebelet pun dibantuin :)))