Sebagai warga kota besar yang padat kegiatan, saya masih ingin up-to-date dengan berita terkini tapi tidak punya banyak waktu untuk duduk di depan televisi menyimak siaran berita. Saya yakin, banyak sekali orang yang juga merasakan hal ini. Untunglah kami hidup di era digital, dimana berita terbaru dari seluruh penjuru dunia bisa dihadirkan dalam genggaman kita. Yup, dengan sekali klik di layar smartphone, kita sudah bisa menyimak soal kado istimewa yang menyambut Mourinho di Stamford Bridge, juga soal ditemukannya buah langka di Kebun Raya Batam yang disinyalir bisa mengobati HIV/AIDS. Asik kan?
Sudah menjadi rahasia umum kalau kemudahan akses berita tersebut bisa kita dapatkan dari mobile site Berita Terkini Liputan6.com. Sebagai pemberi warta yang aktual, tajam dan terpercaya, brand Liputan6 sudah tertancap kuat selama dua dekade terakhir. Kini mereka melebarkan sayap ke ranah konten digital. Selain liputan berita dari tim redaksi, mereka juga punya kolom Citizen 6, dimana para pembaca website ini juga bisa menyumbangkan berita atau artikel untuk tampil di web.
Konsep citizen journalism ini seharusnya bisa jadi keren, karena sumber informasi yang kita dapatkan jadi sangat luas dan temanya pun beragam. Kita bisa mendapatkan berita dari, misalnya pojok kota Nabire, tanpa harus mengirimkan reporter kesana. Seorang warga di lokasi kejadian dapat menuliskan rangkuman singkat peristiwa itu dan mengirimnya ke redaksi Liputan6. Tentu perlu ada semacam editor dari pengelola kontent agar mutu dan validitas artikel sumbangan warga ini layak tayang serta dapat dipertanggungjawabkan.
Namun sayangnya, yang tampak sekarang apabila saya mengklik fitur Citizen 6 maka saya akan dibawa ke halaman yang memuat hard news, mostly politics, yang tidak ada bedanya dengan berita aktual dari redaksi. Saya tidak melihat beragam konten menarik yang berupa sumbangan warga/citizen. Dugaan saya, belum banyak warga pengguna internet yang tahu ada program ini, dan mereka yang sudah tahu, belum termotivasi untuk menjalankan fungsi citizen journalism ini.
Tiga Langkah Awal
Lalu, bagaimana caranya agar fungsi ini bisa berjalan optimal? Menurut saya setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Perlu sosialisasi adanya program ini seluas-luasnya, menyasar kalangan pengguna internet aktif, terutama pengguna media sosial sehingga penyebaran informasinya bisa lebih luas.
2. Perlu adanya motivasi bagi pengguna internet untuk ikut serta mengupload konten
3. Perlu informasi bagi pengguna internet bahwa membuat dan mengupload konten di Citizen6 itu tidak sulit.
Sebagai tambahan, selain menyasar pengguna internet perorangan, juga menarik untuk mulai aktif melibatkan berbagai komunitas yang aktif secara online dan offline (alias rajin kopdar). Lalu, bagaimana caranya untuk melakukan ketiga hal di atas? Berikut usulan saya yang saya yakin, dengan pengelolaan serius, bisa diterapkan dan membuahkan hasil positif bagi Citizen 6:
Menjadikan Setiap Warga Sebagai Duta Wisata Daerahnya.
Caranya bisa dimulai dengan membuat lomba foto dan artikel singkat tentang kota atau daerah manapun di Indonesia, terbuka untuk umum (tentu setelah register di Citizen 6). Jadi ada 2 kategori, yaitu foto dan artikel. Peserta boleh memilih ikut salah satu kategori atau keduanya. Untuk kategori foto, peserta diminta mengupload foto disertai caption yang menarik, lalu diminta share di akun twitter, FB, path, pinterest milik peserta. Begitu pula untuk kategori artikel, peserta juga boleh menulis dengan gaya penulisan yang santai asal tidak alay. Ada pemenang utama yang diputuskan oleh dewan juri, ada pula kategori pemenang paling populer yang dinilai berdasarkan banyaknya respon yang diterima oleh karya foto atau artikel mereka. Tentu semua karya harus orisinal, tidak ada toleransi bagi plagiasi.
Nah, pada prakteknya nanti perlu dikasih teaser untuk mendorong peserta agar mempopulerkan sesuatu yang menarik di daerah mereka. Harapannya agar kota-kota kecil yang belum populer menjadi lebih dikenal oleh para pelancong atau bisa juga tentang tempat-tempat di kota besar yang belum banyak diketahui oleh wisatawan.
Lalu Hadiahnya Apa?
Berdasarkan pantauan, hadiah gadget dan paket perjalanan wisata adalah dua pilihan yang paling ramai diminati saat ini. Saya yakin Liputan6 bisa menggandeng sponsor dari brand gadget, telco, dan lain-lain untuk menjadi sponsor penyedia hadiah. Paling seru kalau hadiahnya berupa pengalaman traveling bagi pemenang. Pemenang boleh memilih tujuan yang ingin dikunjunginya lalu home stay di tempat tujuan agar punya pengalaman ‘to live lika a local’. Pihak penyelenggara tetap bisa mengajukan sponsorship dengan penyedia jasa transport, maskapai penerbangan atau perusahaan otobus. Bisa juga hadiahnya berupa paket wisata yang eksklusif, tentu bekerja sama dengan agen perjalanan atau pihak hotel yang ingin mempromosikan brand mereka.
Komunitas Citizen 6, Why Not?
Setelah melakukan Tiga Langkah Awal di atas, dengan catatan bahwa para pendaftar dan penggiat Citizen 6 ini dibina secara konsisten oleh seorang community manager, saya yakin dalam tempo 2 hingga 3 tahun akan terbentuk Komunitas Citizen 6, dimana anggotanya bisa saling kenal, sharing, dan bersahabat di dunia maya, serta tidak tertutup kemungkinan kopdar secara berkala. Kalau sudah terkumpul begini, tentu sang community manager harus rutin mengadakan kegiatan untuk membernya, misalnya secara berkala setiap bulan dipilih satu artikel terbaik dan satu foto terbaik untuk mendapatkan hadiah dari sponsor.
Demikian kritik dan pemikiran saya, semoga Liputan6.com semakin banyak dibaca dan bermanfaat buat masyarakat. Tulisan ini diikutsertakan dalam blog competition Liputan6.
Juli 8, 2013 pukul 8:02 am
Halo Tikaaaaa…..lo pernah kasih komen di blog gue sebulan atau malah dua bulan lalu (?) dan gue baru sempet bales sekarang. Sekalian reply di blog lo aja ya. Gue psiko 97, kita sempetlah papasan dan ngobrol dikit jaman kuliah dulu. Lo masih inget gue gak ya?
Dan lucunya yaaah…ternyata suami gue kenal sama suami lo. Kalo ga salah Yusuf pernah dateng ke Finlandia ya beberapa tahun lalu? Tepatnya ke Tampere, kota tempat Mikko kuliah. Dunia sempit ya ternyata?
Juli 9, 2013 pukul 9:31 am
WOW!!! Hahaha…. iya dunia sempit banget!
Jadi lo Psy 97 toh? Waaaah… trus di Finland kerja, kuliah atau apa? Kalo gue sih sarjana psiko murtad, nggak ambil profesi dan nggak nerusin psikologinya. hahaha…
Yusuf pernah ke Tampere diundang festival film klo gak salah 3 th lalu deh. Kuliah Miko udah kelar?
Juli 10, 2013 pukul 9:10 pm
gue di Finlandia ikut Mikko aja, kegiatan sekarang kursus bahasa sana sambil ngangon anak. Gak bedalah sama elo…gue juga sarjana psiko murtad.
Mikko udah selesai kuliahnya, sekarang doi kerja di Helsinki.
Juli 11, 2013 pukul 11:47 am
Wah, semoga suatu hari nanti gue bisa main ke Helsinki selagi kalian masih tinggal di sana 🙂
Juli 1, 2013 pukul 1:04 pm
*siap2 ditraktir kalo menang*
;p
Juni 25, 2013 pukul 11:42 am
Ide hadiahnya aku suka 😀 *maklum, hobi kuis. Hihi*
Juni 26, 2013 pukul 9:32 pm
hahaha…. ide hadiah ini pun hasil memantau kuis2 yg ramai pesertanya di banyak tempat/penyelenggara 🙂
Juni 20, 2013 pukul 10:51 pm
Saya berpendapat mestinya di setiap keluharan ada saluran internetnya di seluruh wilayah Indonesia biar warga bisa berpartisipasi mengenai perkembangan desa setempat. Kalo di kota itu sih lumrah ada warung internet tumbuh di sana-sini bak jamur tumbuh di musim hujan.
Ini tugas dari kementrian komunikasi dan informasi untuk mensosialikan internet di setiap desa pada warga Indonesia.
Juni 26, 2013 pukul 9:31 pm
Nah, soal ini bakal perlu kerja keras. TIdak hanya soal pengadaan perangkatnya (yang rawan korupsi) tapi juga soal melatih warga di seluruh kelurahan tersebut untuk menggunakannya. Perangkat desanya harus bisa dulu. Sebenarnya kalau sudah menjadi kebutuhan, akan lebih mudah utk menggerakkan warga agar mau mempelajari pemakaian & pemanfaatan internet ini. Masalahnya, warga desa butuh internet sejauh mana?
Juni 27, 2013 pukul 6:31 pm
Warga desa yg tinggal dipedesaan nggak butuh-butuh amat ama internet, udah ada telpon (Handphone) dengan banyaknya tower dibangun.
Kalau di ajari ngeblog, fb, atau twitter mungkin mereka tak akan menggunakannya. Yang dibutuhkan warga desa adalah penyuluhan seperti cara bertani, berternak, dll. Pengadaan perangkat internet di kelurahan yg rawan korupsi. Itu juga yang saya maksud perangkat desanya harus bisa dulu. Pernah saya mengurus surat, pegawainya ada bawa BB, tablet, setelah saya lirik lagi fban, ngetwit dijam-jam sibuk. Nah, pak lurahnya sendiri lagi hisap rokok DJI SAM SOE dengan kopi hitam dimejanya (Aduh, pak lurah ini bikin gue ngiri aja). Wajar nggak kejadian begini? Jadi pns itu enak kali, ya? Nyantaiii gituh…
Namun pada dasarnya saya sangat setuju dengan artikel ini dan penjelasan, mbak Tika 🙂
Juni 20, 2013 pukul 4:07 pm
Hehehe saya biasanya tertarik karena judul mak lusi 😛
Saya jarang mak Swastika lihat berita online kalo ngga penting banget qiqiqi, Tiap pagi udah nongkrong berita pagi untuk info. Lebih sering baca koran online juga, lebih berisi aja
Gud luck ya lombanya 🙂
Juni 20, 2013 pukul 2:24 pm
Semoga menang. Jurnalisme warga bisa lebih baik karena first on location. Yang penting diarahkan redaktur agar bisa dipertanggungjawabkan. Yg dr media online sendiri paling tidak suka berita yg setelah di klik cuma berisi kontroversi yang blm ada kejelasannya. Juga judul yang berapi-api tp isinya cuma gitu2 aja. Ngurasi kuota pulsa aja heheheee
Juni 20, 2013 pukul 4:26 pm
Benar, buat pembaca headline yg heboh tapi isi beritanya dikit ini sangat mengganggu, selain makan pulsa juga ada rasa ‘kecele’/kecewa “Kok beritanya gitu doang…” Ya gak?
Juni 20, 2013 pukul 1:38 pm
ejiyeee… ada fotonya mba Tikaaa… 😆
Juni 20, 2013 pukul 2:23 pm
hahaha… jelas dong, kapan lagi? 🙂
Juni 20, 2013 pukul 1:09 pm
menarik 🙂
Juni 20, 2013 pukul 1:31 pm
yuk ikutan 🙂
Juni 20, 2013 pukul 10:05 am
ini gak ada fitur Like ya.. mau nge like komennya mas Billy..
😀
Juni 20, 2013 pukul 11:00 am
hahaha… fitur Like cuma buat blog postnya, bukan buat komennya. Apa komen itu gue sampaikan langsung ke redakturnya Liputan6 aja?
Juni 19, 2013 pukul 8:25 pm
Semoga menang ya mba
Juni 20, 2013 pukul 10:59 am
thank you 🙂
Juni 19, 2013 pukul 5:07 pm
yang paling penting dari citizen journalism menurut saya adalah.. moderator atau admin yang bisa menyortir mana berita yang benar-benar layak menjadi salah satu headline di homepage, dan mana yang tidak. selain itu juga user yang aktif untuk konfirmasi apabila dirasa ada berita yang tidak sesuai.
Juni 20, 2013 pukul 11:05 am
bener banget Bil. Nah, moderator atau admin ini pasti bisa diadakan (atau mungkin sudah) oleh pengelola Liputan6 tapi agar mereka bisa kerja, perlu ada banyak berita yang masuk dari warga (citizen) sehingga ada yg disortir. Masalahnya sekarang, warganya aja belum aktif untuk kirim berita dan artikel. Jadi perlu di gerakkan dulu.
Juni 21, 2013 pukul 10:11 am
sudah ada kok, sebenarnya..
Juni 26, 2013 pukul 9:29 pm
Nah, jadi yg perlu ditingkatnya adalah jumlah pengirim beritanya kan?
Juni 19, 2013 pukul 4:10 pm
aku malah belum pernah ngeklik citizen 6, secara portal berita itu adalah pilihan terakhir utk emak2 rempong macem aku ini.. 😆
semoga menang ya, mbak. Idenya bagus, looohh….
Eh tapi kalo menang, jangan lupa bagi2 hadiahnya, yaaaa…*doa bersyarat* 😀
Juni 19, 2013 pukul 4:36 pm
Bereeeesss… hahahaha… amin, terima kasih doanya
Juni 19, 2013 pukul 3:45 pm
#Uhuk #adayangikutan . Kak, ada typo ” Kita isa mendapatkan berita dari”
Juni 19, 2013 pukul 4:36 pm
hooo… makasih di kasih tau. Btw itu di alenia ke berapa ya? 🙂 *muyer
Juni 19, 2013 pukul 4:46 pm
eh udah ketemu.. makasiih 🙂