–
Dulu sewaktu masih SMP saya suka banget sama serial Tokyo Love Story yang diputar di televisi dan bermimpi harus ke Tokyo suatu saat nanti. Padahal dorama (drama) Jepang ini ‘cuma’ sebuah cerita cinta segi empat biasa yang di adaptasi dari manga karya Fumi Saimon, tapi begitulah ekspansi J-Pop ketika itu benar-benar berhasil merasuki abege labil macam saya, sampai pengin ke Tokyo dan bertemu Kanji, tokoh cowok yang baik hati sejaligus nyebelin di serial TV itu 🙂
Dream come true. Saya akhirnya ke Tokyo juga tanggal 10-20 Mei kemarin, memanfaatkan tiket promo Air Asia X. Yay!!!
Mendarat Tengah Malam Di Haneda Airport
Namanya tiket promo, jam penerbangan tidak bisa kita pilih dengan leluasa. Saya tiba di bandara Haneda tepat jam 11 malam waktu setempat, padahal kereta terakhir ke down town Tokyo berangkat jam 00.01 tepat, sementara kami masih harus antre di imigrasi lalu ambil mengambil bagasi dan kami membawa dua anak kecil!
Sebenarnya ada beberapa pilihan kalau kita mendarat menjelang tengah malam di Haneda airport yang terletak sedikit di luar kota Tokyo:
1. Menginap di capsule hotel. Jadi di bandara Haneda ada persewaan kamar tidur (dengan kamar mandi terpisah) kecil-kecil untuk dipakai short time, paling lama ya semalam. Cukup nyaman, tapi perlu booking jauh hari sebelumnya karena laris. Disini deretan kamar pria dan wanita dipisah. Nah saya tidak memesan kamar ini karena bawa anak-anak dan berarti harus misah dengan suami, lalu dua anak itu sudah pasti memilih ikut saya semua, wah pasti penuh sesak kamarnya.
2. Menginap di ruang tunggu bandara… hehehe… iya, tiduran aja di kursi bandara gitu. Ada beberapa teman yang pernah numpang tidur kayak gini lalu naik kereta paling pagi ke kota Tokyo.
3. Naik taksi dari bandara. Ini pilihan yang nyaman karena kita nggak buru-buru dan taksinya selalu ada. Tapi ya mahal. Taksi dari Haneda ke down town Tokyo setidaknya 10.000 yen (sekitar 1,2 juta rupiah)
4. Segera jalan cepat turun dari pesawat, buru-buru antre imigrasi, ambil bagasi dan berusaha mengejar kereta terakhir. Ini penuh perjuangan, apalagi sambil membawa bagasi dan dua anak kecil, but we did it. Meskipun harus lari-larian sambil nggendong anak, kami masih dapet kereta terakhir sampai di stasiun Shinagawa, dari sana kami lanjut dengan taksi. Lumayan hemat ongkos taksi, cukup dengan 3900 yen saja.
Naik taksi di Jepang memang sangat menyenangkan. Taksinya super bersih dan wangi, udah gitu tempat duduknya dihias dengan lapisan renda-renda! Aaaak… berasa masuk mobil pengantin 🙂 Supir taksi kami memang nggak bisa bahasa Inggris, jadi saya sodorkan print out nama dan alamat hotel, dia mengangguk dan memasukkan datanya ke mesin GPS di dashboard, lalu terpampang hitungan jaraknya berapa km dan berapa menit lagi sampai ke tujuan. Jadi bedanya supir taksi di Tokyo dan di Jakarta adalah meskipun sama-sama nggak tau jalan tapi supir taksi di Tokyo nggak pakai kalimat “Saya supir baru, mohon dipandu jalannya lewat mana?”
Selain itu, supir taksi di Tokyo tidak membulatkan uang kembalian seperti di Jakarta. Jadi ongkos taksi kami waktu itu 3900 yen. Saya kasih uang kertas 10.000 yen, diletakkan di nampan kecil yang sudah dia sediakan untuk keperluan menerima uang pelanggan. Jadi supir taksi tidak perlu menadahkan tangannya yang dibalut sarung tangan putih bersih itu. Supir taksi pun dengan sigap memberi kembalian 6100 yen, tidak pakai pembulatan meskipun koin 100 yen tergolong ‘uang receh’ di Jepang. Ini sesuai dengan cerita teman di Tokyo bahwa toko, restoran, hotel dan supir taksi tidak menerima tip dari tamu karena “They handle money matters very delicately as it’s a sign that they can be trusted, apart from the fact that giving excellent service is a must.”
What To Do In Tokyo?
Sebenarnya banyak banget yang bisa dilakukan di Tokyo sesuai minat. Misalnya itinerary penggemar manga dan anime pasti beda dengan mereka yang suka wisata budaya tradisional. Jadi dari pada pusing, dan karena ini pertama kali saya ke Tokyo padahal waktunya cuma 5 hari, maka saya pilih tempat-tempat yang direkomendasikan website traveling dan bisa dinikmati anak kecil.
Satu hal yang menyenangkan di Tokyo adalah kotanya teratur dan bersih banget. Saya nggak pernah tuh menemukan ceceran sampah di jalanan atau di stasiun kereta misalnya. Padahal orang Jepang tuh tergila-gila sama kemasan dan sangat boros kantong kresek. Ke Lawson cuma beli onigiri aja dikasih kantong kresek. Beli pisang di sevel juga pisangnya dibungkus kemasan plastik, trus di kasir akan dikasih kresek lagi (kecuali kita menolak). Nah, abis makan pisangnya, dikemanain tuh bungkusnya? Jadi kesimpulannya orang Jepang tertib banget buang sampahnya kan?
Saya juga tidak pernah melihat orang makan dan minum di ruang publik, misalnya di jalanan, trotoar atau di atas kereta. Jadi kayaknya mereka mending menahan lapar dan haus dari pada ‘memproduksi’ sampah bekas makan di jalan atau kereta. Lagi pula, sepertinya makan di jalan akan terlihat menurunkan level dandanan mereka yang chic.
The Famous Hachiko and Shibuya Crossing
Pernah dengar nama Hachiko? Atau malah udah nangis 3 galon pas nonton filmnya? Yup, Hachiko tokoh anjing dalam film yang setia menanti majikannya itu dibuatkan patungnya, dan dipajang dengan gagah di depan stasiun Shibuya, salah satu stasiun besar di Tokyo yang selalu ramai. Sejak keluar dari kereta, kami dengan mudah mengikuti papan petunjuk ke arah ‘Hachiko exit’, jadi begitu keluar stasiun, si patung anjing yang melankolis ini sudah ada persis di sisi kiri kita.
Kami menemui Hachiko di tengah rintik hujan di hari Sabtu, tapi rupanya rintik hujan tidak menyurutkan antrean orang yang mau foto bareng Hachiko! Segitunya kan perhatian pemerintah Jepang pada film dan budaya pop, sampai tokoh anjing dalam film aja dijadikan atraksi wisatawan.
Persis di samping Hachiko, tertelak persimpangan Shibuya yang fenomenal itu, lokasi shooting film Resident Evil dan puluhan film lainnya. Ini persimpangan jalan biasa, sumpah gak ada istimewanya yang gimana-gimana gitu. Tapi selalu rameeeee banget! Pejalan kaki bergerombol di tepi jalan di ujung zebra cross menunggu lampu hijau untuk menyebrang, jadi begitu lampu hijau menyala, byuuuuurrrrr….. lautan manusia itu bagai air bah tumpah ke jalan raya!! Setelah ikut menyeberang, saya akui memang sensasi menyeberang di Shibuya crossing ini sangat menarik, apalagi sambil memperhatikan dandanan cowok-cowok Tokyo yang modis abis!
Dengan modal mengamati orang yang lalu lalang di jalan dan subway, saya menyimpulkan ada 2 golongan pria Tokyo. Pertama, pria pekerja kantoran yang sepanjang hari pakai stelan jas hitam. Kedua, pria non-kantoran yang lalu lalang pakai celana pensil, sepatu suede, kemeja motif bunga, rompi, topi dan men-trim alisnya. Meskipun pakaiannya beda, tapi kedua golongan pria itu tetap punya satu persamaan. Yaitu semuanya membawa tas jinjing yang cantik! Beneran deh, tas cowok-cowok Tokyo ini cantik-cantik semua, yang saya pun akan dengan senang hati memakainya. Plus mereka selalu menjinjing tas dengan satu tangan, dan tidak pernah menyelempangkan tas menyilang di dada karena akan membuat baju mereka kusut. Nah, kalau cowoknya aja ‘sedandan’ ini, nggak heran cewek-cewek Tokyo pun rajin berdandan ultra feminin, dengan blouse atau dress renda-renda, stocking bermotif dan sepatu-sepatu cantik dengan make up dan gaya rambut ala barbie doll. Nah, semua kemanjaan visual ini bisa kita nikmati dengan leluasa di Shibuya, terutama hari Sabtu dan Minggu sore.
Toilet Di Jepang
Secara umum sepertinya Jepang adalah negara yang beradabannya paling maju soal toilet. Kloset duduk dilengkapi dengan sederet tombol khusus untuk cebok dan dibedakan tombol penyemprot air untuk cebok setelah buang air kecil atau buang air besar. Suhu air pun bisa diatur mau hangat, normal atau dingin. Suhu dudukan kloset juga bisa diatur sesuai selera. Jadi selama musim dingin, kita nggak perlu kuatir pantat kedinginan saat duduk di kloset. Sehabis cebok pun ada tombol khusus untuk meniupkan angin hangat agar bagian privat kita segera kering kembali sebelum memakai celana. Begitu kita berdiri dari kloset, ada sensor yang otomatis mengguyur kloset yang barusan kita pakai. Canggih kan! Jadi dalam sekali duduk di kloset, paling tidak ada 3 tombol berbeda yang perlu kita pencet-pencet. Seru!
Nah, toilet perempuan di tempat-tempat umum juga banyak yang menyediakan kursi bayi dengan pengaman di dalam bilik toilet. Jadi si ibu tidak perlu duduk di kloset sambil menggendong bayi, tapi bisa dengan tenang mendudukkan si bayi di dekatnya. Bagi saya yang pernah merasakan repotnya pipis sambil menggendong bayi, adanya tempat duduk bayi seperti ini adalah ide brillian yang patut diacungi jempol dan perlu ditiru di Indonesia. Kapan ya?
Meski toilet modern di Jepang sudah memakai kloset duduk, sebenarnya kloset tradisional Jepang itu adalah jamban alias kloset jongkok. Tapi bentuknya agak beda, sempit, memanjang dan ada tudungnya sehingga air seni tidak menciprat kemana-mana. Pokoknya, jalan-jalan di Jepang sih santai deh kalau soal ke belakang. Dimana-mana toiletnya bersih, bahkan di stasiun kereta yang ramai sekalipun.

Saya masih gak ngerti kenapa ada urinoir utk cowok di luar bilik toilet cewek di banyak tempat di Tokyo?
Terus bagaimana dengan soal penginapan, makanan dan tempat-tempat lain? Hehehe… blog post-nya dicicil yah. Segini dulu ya, bersambung lagi di artikel Tokyo berikutnya soal Asakusa Temple, Tokyo Skytree, Gyoen Park di Shinjuku, Imperial Palace, Meiji Jingu, Harajuku dan tentunya markas AKB48 di Akihabara.
Ping-balik: Wisata Di Jepang Di Musim Yang Tepat | BLOG Swastika Nohara
Ping-balik: 5 Hal Penting Sebelum 35 Tahun | About life on and off screen
April 18, 2015 pukul 3:27 pm
Hihihi.. bener banget tuh makhluk2 suka dandan kkkk Flamboyan pisan ya…
April 20, 2015 pukul 6:44 am
HIhihihi… justru seru buat diliat kan?
April 22, 2015 pukul 5:48 pm
dandanan mereka kan template.. kayak seragam sekolah. sering malu kalo pake baju yang model nya sama.
April 22, 2015 pukul 6:20 pm
Hahaha…. masa kayak seragam sekolah siiih…
April 24, 2015 pukul 7:54 am
maksud saya di mana mana gaya nya sama. mirip majalah. 🙂
April 24, 2015 pukul 8:02 pm
hahahaha… baiklah 🙂
Ping-balik: Menyelami Aquarium Raksasa Di Jepang | About life on and off screen
Ping-balik: Osaka Castle, Wisata Buat Segala Usia | About life on and off screen
Maret 12, 2014 pukul 2:50 pm
hi mbak… maaf niy aku kan tgl 27 mar ini mo ke Tokyo sampe tgl 5 april balik, nah in the middle tgl 2-3 april mo jalan2 ke kyoto (nginap semalem) dan balik ke tokyo via Osaka dulu mo liat2 kn dicover kan sama jrpass… bole liat itinerary mbak juga pls pas jalan2 kemarin, ke email ku di : jenny.inaku@yahoo.com makasiy banyak ya mbak sebelumnya.. love your story btw..
Maret 12, 2014 pukul 5:25 pm
hai Mocha,
wah sayang sekali aku nggak bikin itinerary utk perjalanan di luar kota Tokyo. Karena itinerary yg kubuat hanya buat syarat dapat visa aja, jadi kubikin semua full di tokyo biar gak ribet, kesannya kita cuma di tokyo saja. Padahal prakteknya kita ke Osaka, Nara dan Kyoto.
Maret 6, 2014 pukul 9:58 am
Aku pengen kesana mbak 🙂
Maret 6, 2014 pukul 10:03 am
Hayuk… mumpung sering ada tiket promo Jkt-Tokyo
Oktober 15, 2013 pukul 3:11 pm
tq sist, email ke : keisha.claire @yahoo.com tks berat yah
Oktober 14, 2013 pukul 10:16 am
sist boleh minta itineary selama di tokyo-osaka-kyota tdk ? soalnya rencana desember mau kesana tapi bingung mau kunjungi apa aja. (saya dengan suami + anak 2 6thn&10thn ). tks banget untuk bantuan infonya.
Oktober 14, 2013 pukul 7:38 pm
boleh. Lalu saya email kemana filenya?
Mei 28, 2013 pukul 8:05 pm
Wuih trotoarnya yahud deh, udah lebar, bersih dan banyak pohonnya. Kalo trotoar kayak gitu di Jakarta pasti banyak pedagang kaki lima. Tokyo memang memanjakan penduduknya dengan bersih dan fasum yang oke banget.
Mei 28, 2013 pukul 10:10 pm
Bener, aku pun setengah mati pengin punya trotoar yg bersih dan lebar di Jakarta. Tapi KAPAN? huhuhu…
Mei 26, 2013 pukul 5:12 pm
Ide tempat duduk bayi dlm toilet itu emang beneran brilian ya, mbak… dan seru bgt itu taksinya, interiornya lucu, keliatan nyaman, trus sopirnya kayaknya bisa dipercaya… keren, deh! 🙂
Mei 26, 2013 pukul 6:33 pm
Iya, perhatian pemerintah Jepang thd fasilitas umum mmg bagus. Tuh, malah ada urinoir anak cowok kecil just in case ada ibu-ibu bawa anak cowok & minta pipis, kan harus ke toilet perempuan biar ibunya bisa menemani 🙂
Mei 25, 2013 pukul 7:16 am
Kira-kira kenapa wisatawan Jepang yg datang ke Bali menurun karena di Jepang sendiri sudah sangat nyaman *sok tau*. Jadi pengen ke Jepang, di tunggu sekuelnya & slm kenal..
Mei 25, 2013 pukul 8:35 am
Salam kenal 🙂 Sekuelnya akan segera hadir dalam 1-2 hari ini
Mei 24, 2013 pukul 9:42 pm
Msh nunggu klnjtn blognya supaya gak nyasar jg saat nanti ke jepang dgn cara yg sama. Thx mba tika:-)
Mei 25, 2013 pukul 12:33 am
It’s a pleasure… Moga2 besok bisa aku lanjutin lagi 🙂
Mei 24, 2013 pukul 6:27 pm
1. WOW naik taksi… 😀 #horangkayah
2. yup taksi di jepang skrg sudah pake GPS jadi kalo ga tau jalan gampang liat GPS…
3. Anyway bener banget ga pernah membulatkan uang… Itu 3900… Coba kalo misalnya 3439.
Dibayar pake 5000 pasti kembaliannya pas. dikembaliin 1561.
4. Sebenernya kalo belanjaannya cuma 1 biasanya kita ditanya ama tokonya. Mgkn Mbak Tika ga ngerti bahasanya jadi asal pasti dikasih. Kalo cuma satu pasti slalu ditanya kalo ditempatku 😀
5. Menjawab kenapa ada urinoir cowok adalah karena biasa digunakan untuk ibu yang membawa anak cowok. Kadang anak cowok dijepang ga mau pipis bareng bapaknya. Jadilah si anak cowok ngintil ibunya dan disediakan tempat pipis cowok di toilet cewek. Mungkin itu bisa menjawab pertanyaan tersebut ya 😀
Mei 24, 2013 pukul 6:39 pm
Hahaha… terpaksa naik taksi, udah lewat tengah malam masa bobok di emper stasiun?
Oooh… keren ya, ibu2 bawa anak cowok kecil diperhitungkan juga. Apakah di toilet cowok ada kloset cewek kecil buat bapak2 yg bawa anak cewek?
Mei 24, 2013 pukul 6:46 pm
hahaha iya dong… bobo di bandara aja… *backpacker mode ON… *ditabok Mbak Tika karna ga mikirin anak kecil 😛
Kalo di toilet cowok tergantung toiletnya…
Cuma seringnya urinoir cowok itu rendah sampe ke lantar. jadi bisa dijangkau anak kecil. Kalo tipikal urinoir kayak di Indo yang jarak dari lantainya agak jauh barulah ada urinoir untuk anak kecilnya 😀
Mei 24, 2013 pukul 7:09 pm
ooooh.. jadi pengin masuk toilet cowok di Jepang! *ditabokYakuza
Eh, tapi di Jepang umum nggak sih bapak-bapak jalan sama anak perempuannya yg masih kecil?
Mei 24, 2013 pukul 7:25 pm
hahaha… laporin kumichou *bos yakuza…
normal… di jepang itu sering kok bapak2 yg gendong anaknya… sambil dorong kereta bayi (kalo anaknya 2) bahkan cewenya yg bebas 🙂
Mei 24, 2013 pukul 8:36 pm
Wah, Ivan sekalian belajar jadi bapak yang baik dong selama di Jepang? Berapa SKS tuh kalo belajar di kampus? 🙂
Mei 24, 2013 pukul 8:40 pm
hahaha… aduh aku speechless jawabnya hahaha… 😛
hmm bapak yg baik itu nilai SKS nya ga bisa dihitung sih kak… *kemudian bijak 😀
Mei 25, 2013 pukul 12:35 am
Ejieeee… Ya aku percaya Ivan akan menjadi bapak yang bijak & disayang anak-anak 🙂
Mei 26, 2013 pukul 6:30 pm
amin…. 😀
Mei 24, 2013 pukul 3:24 pm
Toiletnya keren ada tempat bayinya!
Pernah saya pengen pipis, Diana bingung mau ditaroh di mana, akhirnya saya biarin gelesotan di toilet. Padahal tau sendiri toilet di Indonesia kayak gimana.. *ngebayangin lagi* *trus jadi mual sendiri*
Mei 24, 2013 pukul 5:30 pm
aduh… kesian amat Diana. Dulu saya biasa nggendong anak pakai selendang kalo harus ke toilet di Jakarta, ribet sih tp gak ada pilihan lain.
Mei 24, 2013 pukul 2:11 pm
mungkin urinoir cowok di luar toilet cewek itu buat anak kecil mbak, anak cowok dari ibu-ibu yang perlu ke toilet. mungkin.
anyway, baca blogpost ini jadi makin pengen ke Tokyo.
Mei 24, 2013 pukul 2:21 pm
Betul kata Billy, kemungkinan itu buat anak kecil cowok (karena ukurannya yang rendah), soalnya di toilet pria juga ada tempat buat dudukin anak kecil dan pilihan untuk bilas yang Bidet. 😀
Jadi bisa aja ada single parent yang bawa anak kecil lintas gender ke toilet di mana si orang tua masuk. *ribet* *apeu* :p
Mei 24, 2013 pukul 5:31 pm
Wiiih… dipikirin bener ya nasib para mama dan papa yg bawa anak kecil beda jenis kelaminnya. Kapan di Jakarta kayak gitu fasumnya?
Mei 24, 2013 pukul 5:35 pm
tunggu blog post berikutnya Bil, biar ngiler 3 ember :)) :)))
Mei 24, 2013 pukul 2:03 pm
Kalau tinggal lamaan dikit bakal kelihatan mbak sampah-sampahnya. Ada yang buang puntung rokok sembarangan, Ninggal kaleng minuman di bangku taman, kresek di tempat tas atas bangku kereta. Di mana-mana deh 😀
Mei 24, 2013 pukul 2:07 pm
Wah bagus juga ya program turismenya, harus tinggal lamaan utk bisa melihat sampah2nya, artinya spending more money in Japan 🙂
Mei 24, 2013 pukul 2:02 pm
kereeen banget ya mbak, suatu saat harus ke Jepang juga ngeliat dan ngerasain sendiri 😀
Mei 24, 2013 pukul 2:07 pm
Yukkkk mari lebih nikmat rasakan sendiri!!!
Mei 24, 2013 pukul 5:36 pm
Bener Rahmi… perlu dijajal ke Jepang paling nggak sekali seumur hidup. Unik banget 🙂