Sebuah kejadian memaksa saya untuk mempertanyakan integritas petugas yang menangani bagasi di bandara Soekarno Hatta. Apalagi peristiwa ini terjadi tepat setelah kami kembali dari Tokyo, kota teraman ke-2 di dunia yang kejujuran warganya patut dipuji. Jadi terasa kontras banget.
Dompet Di Narita
Akhir tahun 2011 lalu Yusuf, suami saya, tidak sengaja ketinggalan dompetnya di toilet bandara Narita, Tokyo. Dia sama sekali lupa telah mengeluarkan dompet dari saku celana dan meletakkannya di bilik toilet. Dia baru ingat lagi setelah sampai di flat temannya di Chiba, dan hari sudah larut malam. Jadi Yusuf kembali ke bandara Narita besoknya dan dompetnya masih ada, lengkap seisinya. Tak kurang suatu apapun.
Orang Jepang secara umum memang terkenal jujur, terutama kalau berurusan dengan uang. Seorang teman di Jepang bercerita, di restoran, hotel dan sebagainya mereka tidak menerima tip dari tamu karena “They handle money matters very delicately as it’s a sign that they can be trusted, apart from the fact that giving excellent service is a must.” Menurut saya, prinsip seperti itu keren banget.
Dompet Di Soekarno Hatta
Lain lagi cerita dompet saya di bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Kami balik dari Tokyo kemarin siang. Baru beberapa menit setelah meninggalkan Terminal 3 saya ditelfon petugas Air Asia, katanya dompet saya tercecer di kompartemen bagasi mereka. Saya pun langsung kembali ke terminal 3 untuk mengambil dompet oleh-oleh ini. Saya heran, kok dompet ini bisa tercecer padahal travel bag tempat saya menyimpan dompet ini resletingnya masih tertutup rapat ketika travel bagnya saya ambil di tempat pengambilan bagasi?
Travel bag itu memang tidak saya gembok, karena saya berpikir positif aja, masa sih tas penumpang dibuka oleh petugas? Lagi pula isinya tidak ada barang mahal, mostly souvenirs, green tea, titipan snack Jepang dan baju anak. Dompet yang ‘tercecer’ itu juga oleh-oleh, tapi sudah saya lepas plastiknya karena saya pakai untuk membungkus barang lain. Adik saya juga menemukan kopernya telah dibuka seseorang, karena saat mengambil koper dari bagasi posisi resletingnya tidak tertutup rapat dan sudah bergeser dari posisi awal. Untung koper adik saya ini isinya cuma souvenirs dan baju kotor, jadi nggak ada yang ‘tercecer’ keluar.
Saya mencoba untuk tidak berprasangka buruk pada petugas yang menangani bagasi penumpang Air Asia QZ 8191 yang tiba di Jakarta pukul 10.50 wib kemarin. Tapi saya benar-benar tak mengerti, bagaimana bisa dompet saya keluar dari travel bag yang resletingnya tertutup rapat?
Kemarin saya sudah mengontak Air Asia menanyakan perihal ini via contact form di website mereka, lalu kemarin saya mention juga di twitternya @airasia @askairasia dan @airasiaID tapi belum direspon. Jadi apa ya gunanya mereka membuka channel social media segitu banyak kalau tidak responsif?
Juli 24, 2013 pukul 1:52 pm
Saya juga punya pengalaman ketinggalan barang waktu traveling, waktu itu saya ketinggalan uang di dalam laci di vietnam sekitar 1000 usd, tapi saya mendapatkannya kembali , karena kebetulan saya booking takxi lewat hotel mau ke airport, ternyata salah satu karyawannya menyusul saya ke airport. katanya petugas kebersihan menemukan uang saya dalam laci. saya nitip uang ke petugas kebersihan itu dia gak gak mau terima, akhirnya saya cuma bisa mengirimkan email ucapan terima kasih melalui web site hotel itu Terus ada lagi waktu saya ke Kuwait , Dompet saya jatuh di sekitar Minimarket karena saya habis beli makanan kecil , baru pagi harinya pas mau ke ktr saya tau dompet saya gak ada, Cepat cepat saya tanya ke Kasir apakah dompet saya ketinggalan di sana , kasirnya bilang seseorang menemukan dompet saya dan menyerahkannya ke kasir itu, pas saya periksa semua utuh, tidak ada yang hilang. Terus ada lagi, waktu check in di Hotel Ipad saya ketinggalan di reception, udah bebarapa jam baru saya tau kalau Ipad saya gak ada. saya ingat ingat saya cuma ke reception, pas saya balik eh masih ada di sana… hahaha. Saran saya kalau kita menyimpan barang barang penting di tas yang masuk ke bagasi, jangan pake travel bag yang menggunakan resleting yang bisa di geser geser , tapi pakelah yang bisa di lock, gantungan resletingnya . karena kalau bisa di geser geser , cuma butuh ball point biasa menusuk pas bagian resletingnya , selanjutnya bisa dibuka, menuutupnya hanya dengan menggeser resleting bersama sama. maka akan tertutup kembali. Kalau mau ya di wrapping biar kalau ada yang buka ketahuan.
Agustus 2, 2013 pukul 6:32 pm
wah, Norman beruntung banget sekian kali ketinggalan barang akhirnya semua kembali 🙂
Agustus 3, 2013 pukul 12:31 am
Tapi saya juga pernah naik taksi dari arport ke hotel… Terus ada HP yang bunyi.. Rasanya dekat dengan saya… Tapi koq saya lihat HP saya gak bunyi… Terus saya abaikan… Pas turun pas buka pintu saya lihat ada Iphone nyelip antara kursi dan tiang pintu mobil.. Terus saya ambil .. Saya pikir paling ntar orangnya nelp. Gak lama orangnya nelp. Kayakny tuh orang udah kayak orang stress… Hahaha… Saya bilang HP dia saya temukan di taxi.. Silahkan ambil di hotel saya… Saya kasih alamatnya… Gak lama dia datang… Ya udah kasih HP nya…. Hehehe. Saya bisa aja buang kartunya… Tapi buat apa coba….. 🙂
Agustus 3, 2013 pukul 7:16 am
Cool!! That’s very kind of you! Ah, coba semua orang di dunia ini jujur & baik kayak dirimu, this world would be a better place 🙂
Agustus 3, 2013 pukul 9:25 am
Menurut aku masih banyak yang jujur daripada yang jahat, kadang orang melalukan hal yang jahat karena terpaksa , tapinpada umumnya semua manusia itu baik. Minimal kita ada usaha lah biar kita lebih baik.
Mei 29, 2013 pukul 8:43 am
Sekarang kalo koper masuk bagasi, aku plastikin biar kelihatan kalo ada yang korek-korek. Btw barang yang hilang apaan mbak? 😕
Mei 29, 2013 pukul 8:50 am
Ada sih tp gak seberapa dibanding hilangnya kepercayaanku pada petugas bandara Soetta
Mei 28, 2013 pukul 8:03 am
Aku pernah kehilangan barang di bagasi waktu berangkat pake LION. Padahal udah digembok >.<
Mei 28, 2013 pukul 8:50 am
Ya ampun…emang niat dan usaha ya membongkar bagasi penumpang!
Mei 26, 2013 pukul 5:56 pm
Dan jgn lupakan 1 hal lg, di jepang, pejabat yg br diindikasikan korupsi aja, udh pasti langsung mengundurkan diri. Nah di NKRI tercinta kita ini…..?? *tanyakenapa*
Mei 26, 2013 pukul 6:34 pm
Di sini pejabat korup langsung jadi sasaran kamera infotainment ya? *miris
Mei 26, 2013 pukul 9:38 am
Makin kagum sama penduduk Jepang dan makin bikin penasaran untuk berinteraksi langsung 🙂 Temanku yang pernah ke Jepang juga sempat ketinggalan kamera di kereta. Kata profesornya, “Udah gak usah panik, ntar juga ketemu.” hwaah ternyata bener, kameranya ditemukan orang dan diserahkan ke pos petugas. *kasih jempol*
Mei 26, 2013 pukul 6:29 pm
Nah, itu dia yang bikin saya iri sama masyarakat Jepang. Kapan ya warga Indonesia, terutama di kota besar, bisa kayak gitu?
Mei 24, 2013 pukul 11:02 am
berdasar pengalaman, petugas frontline bandara itu umumnya bisa dipercaya, contoh: xray, boarding, loket, dll. yang agak sulit buat dipercaya itu yang pekerjaannya ga frontline – ga keliatan/jarang interaksi sama penumpang, contohnya ya petugas bagasi itu — atau lebih tepatnya, petugas pengatur traffic bagasi.
*pengalaman* *tapi udah males inget2 lagi*
Mei 24, 2013 pukul 12:44 pm
Oh gitu ya? Jadi trust no one aja ya prinsipnya…
Mei 24, 2013 pukul 2:17 pm
ga mutlak “trust no one” juga sih, tapi lebih ke “be prepared, be ready, try to put everything CLOSE to you”. prinsip yang saya pelajari dari kerja di industri migas dulu, yang concern banget soal safety di bidang apapun.
Mei 24, 2013 pukul 5:32 pm
nah, try to put everything CLOSE to you ini agak susah kalau diterapkan di bagasi pesawat 😦
Mei 23, 2013 pukul 11:10 am
susah sekali mencari kejujuran di negeri ini 😦
semoga ga ada yg hilang dr bawaanmu kemarin ya mba
Mei 23, 2013 pukul 11:15 am
Ada Lin, dan sekarang aku sedang mencoba mengikhlaskan sepenuhnya 🙂
Mei 22, 2013 pukul 7:55 am
turut prihatin ya mba, kejadian ini sering saya dengar dari beberapa teman, malah ada yang kopernya sampai terbuka berantakan, tas nya hilang dll. Tanpa bermaksud berprasangka, semoga saja mereka itu sadar bahwa gaji mereka akan dinikmati oleh keluarganya
Mei 22, 2013 pukul 10:45 am
Thanks Mira, amen to that!
Mei 21, 2013 pukul 11:44 pm
saya juga punya pengalaman yang sama, Hp suami saya kececer, setelah lapor kepetugas air asia, mereka langsung mencarinya ke pesawat, dan allhamdulillah hpnya ketemu dan langsung dikembalikan kepada kami
Mei 22, 2013 pukul 10:45 am
Lucky you, Lisa. Yup semoga masih dan makin banyak orang-orang jujur di Indonesia 🙂
Mei 21, 2013 pukul 5:37 pm
Mbak Tika ini Tomi. Saya mau share pengalaman yang mirip sama juga namun lebih ‘beruntung’. Tahun 2009 tas saya yang isinya dompet, passport dll ketinggalan di kereta cepat narita namun akhirnya saya bisa mendapatkan nya kembali dalam keadaan utuh. Nah, pas Desember 2011, dalam perjalanan ke Penang, tas kamera saya beserta isinya – SLR Canon 500 – ketinggalan di mesin X ray di Soekarno Hatta. Sialnya, saya baru sadar pas landing di Penang. “Untungnya” saya cuma di Penang 2 hari. Pas balik ke Jakarta, saya menghubungi petugas X-ray dan Alhamdulilah mereka masih menyimpan tas kamera beserta isinya. Ketika saya sampaikan ucapan terima kasih saya ke petugas keamanan bandara Soetta, saya bilang “saya akan tulis ke media atas kejujuran tim bapak, terima kasih” . Eh yang ada beliau menelfon saya “Mas tolong nggak usah ditulis, saya dan anak buah saya hanya menjalankan tugas saja koq”. Sebelumnya di bulan Maret 2009, dompet paspor saya beserta isinya sempat ketinggalan di counter fiskal bandara Soetta. “untungnya” lagi saya sadar pas sebelum mau boarding. Dengan sigap petugas Malaysian Airlines, namanya Mbak Afifah – langsung kordinasi dengan petugas bandara utk mencari dompet saya. Ternyata mereka menemukannya dalam keadaan utuh dan saya pun bisa boarding on time. Saya langsung menulis surat apresiasi ke MAS dan juga menyebut peran pihak petugas bandara. Intinya – jangan khawatir Mbak, dalam pengalaman saya, ternyata Alhamdulilah masih banyak orang jujur di Jakarta. 🙂
Mei 22, 2013 pukul 10:44 am
Thank you Tom! Yes indeed, I’m still trying to see the silver line 🙂
Mei 21, 2013 pukul 5:09 pm
Sabar ya mbak Tika… sedih juga dengernya kopernya dibuka2…:(
mgkn diambil positifnya aja lain kali harus digembok walaupun isinya bukan barang berharga.
tapi so far ga ada barang yg hilang kan ya??
Mei 21, 2013 pukul 5:34 pm
Ada Fan, lumayan berharga sih buat aku meski nominalnya tidak besar banget. Iya, thanks 🙂
Mei 22, 2013 pukul 5:00 pm
wah ada ya… 😦 sorry to hear that….
Mei 21, 2013 pukul 5:02 pm
Responnya lamaaaaaaa mba, sampe kita lupa n bosen
Mei 21, 2013 pukul 5:34 pm
ya ampun… Noni punya pengalaman buruk sama Air Asia?
Mei 21, 2013 pukul 5:38 pm
Hmm belon sih mba tp aku pernah tuh mention ke aa lewat twitnya, nanyain kenapa websitenya susah di akses. Org2 udh reply aku, ehhhh si AA nya malah balesin seminggu kemudian kalo gak salah.
Trus pernah dari Sby – kl kita nain AA satu tas temen aku dibobol. Dia teledor jg sih nyimpen duit di bagasi
Mei 21, 2013 pukul 4:55 pm
“They handle money matters very delicately as it’s a sign that they can be trusted, apart from the fact that giving excellent service is a must.”
itu jleb banget! terutama bagian “giving excellent service is a must”.
aku berasa ditampol…
Mei 21, 2013 pukul 5:34 pm
Iya, dan itu terbukti aku nggak menemukan servis yg nggak bagus selama di Jepang
Mei 21, 2013 pukul 6:11 pm
Aku suka banget quote yang ini. Banget nampolnya ya..
Mei 21, 2013 pukul 4:51 pm
saya pernah juga di soetta mendapati koper terbuka, flight dari Kuala Lumpur menggunakan Malaysia Airlines. entah kenapa saya langsung mikir “petugas bandara pasti nih” alih-alih menuduh maskapainya 😀
Mei 21, 2013 pukul 5:33 pm
Ah, jadi apapun maskapainya kalau di Bandara Soetta memang petugasnya suka usil buka2 koper penumpang ya?
Mei 21, 2013 pukul 4:28 pm
Perkiraan saya itu memang kriminalitas petugas bandara Soetta. 👿
Mei 21, 2013 pukul 4:40 pm
Jensen, are you a mind reader? 🙂
Mei 21, 2013 pukul 4:25 pm
Update sedikit: saya sudah mengontak Air Asia menanyakan perihal ini via contact form di website mereka, lalu saya mention juga di twitternya @airasia @askairasia dan @airasiaID tapi belum direspon. Jadi apa ya gunanya mereka membuka channel social media segitu banyak kalau tidak responsif?