BLOG Swastika Nohara

Life is the coffee, while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life.

ARGO: Oscar Winner Controversy

22 Komentar

Argo, film karya sutradara Ben Affleck baru saja dinobatkan sebagai film terbaik di Academy Award dan membawa pulang piala Oscar tahun ini. Pengumuman pemenangnya pun dibacakan oleh Michelle Obama melalui live-feed dari gedung putih. Kedua hal ini sontak memicu reaksi keras dari pemerintah Iran. Mereka menuding Oscar kali ini dipolitisir, dan Argo adalah film propaganda Amerika untuk menyudutkan reputasi Iran di mata dunia internasional.
argo image_015

Sampai detik ini belum ada tanda-tanda Argo akan main di bioskop Jakarta. Saya beruntung sudah menontonnya di bioskop Bangkok bulan November 2012 lalu dan seperti yang pernah saya tulis disini, Argo langsung saya nobatkan sebagai salah satu film terbaik di tahun 2012.

Argo berdasarkan pada kisah nyata upaya pembebasan sekelompok diplomat Amerika Serikat yang terkepung ketika amuk massa menduduki kedutaan Amerika di Teheran tahun 1979. Aksi heroik ini dimotori oleh Tony Mendez, seorang agen CIA (dalam film diperankan oleh Ben Affleck). Ide cerita film ini keren, yaitu membebaskan sandera dengan seolah-olah ada sebuah studio Amerika yang berencana membuat film science fiction di Teheran. Tentu ini akal-akalan agar pihak CIA bisa memberikan identitas palsu pada para diplomat yang disandera tersebut sebagai filmmaker, untuk diselundupkan pulang ke Amerika. Film science fiction itu sebenarnya tidak pernah ada.

Bagi penikmat film, Argo menyajikan paduan yang pas antara isu politik, drama dan suspense. Ben Affleck sukses menjadi sutradara sekaligus lead actor dalam film yang menegangkan ini. Tapi bagi pemerintah Iran, Argo bagaikan genderang perang yang ditabuh di puncak bukit hingga seluruh dunia mendengarkan. Ben Affleck sukses menjadi orang pertama yang mereka hujat, antara lain melalui pernyataan Menteri Kebudayaan Iran yang mengatakan, ‘Argo tidak ada nilai artistiknya sama sekali.’ Saya tak dapat menyangkal bahwa Argo layak disebut sebagai film propaganda Amerika Serikat. Film ini menunjukkan betapa agen CIA cerdik mengatur siasat mengelabui pemerintah dan petugas imigrasi Iran untuk membebaskan diplomat mereka. Tapi Argo justru sangat artistik dalam mengemas propagandanya. Film ini sangat memukau dalam menghidupkan kembali setting tahun 1979 dan merekonstruksi aksi massa yang mengamuk di kedutaan Amerika, apalagi ada beberapa shots yang langsung membandingkan dengan foto-foto peristiwa aslinya. Begitu nyata, surreal!
argo poster

Saya dapat memahami kemarahan pemerintah Iran atas populernya Argo, apalagi setelah menang di tiga ajang penghargaan film paling bergengsi yakni BAFTA, Golden Globe dan Oscar. Sudah pasti Argo tidak beredar di bioskop Teheran, tapi DVD bajakannya cukup mudah ditemukan di sana dengan harga kurang dari 1 US dollar. Sejalan dengan pemerintahnya, reaksi warga Iran rata-rata juga bernada protes. Meski demikian, saya salut dengan cara protes mereka. Pemerintah Iran bersedia mendanai pembuatan film tandingan, sebagai pernyataan politis mereka merespon film Argo.

Ataollah Salmanian, seorang aktor/sutradara Iran sudah menyatakan mau membuat film berjudul Joint Staff sebagai balasan untuk Argo yang menurutnya terdistorsi. Tak mau kalah dengan Ben Affleck yang mengangkat cerita berdasarkan kesaksian Tony Mendez, agen CIA asli, film bikinan pemerintah Iran ini berdasarkan kisah nyata tentang 20 sandera Amerika Serikat yang diserahkan kembali kepada pihak kedutaan Amerika oleh kaum revolusioner Iran. Iran, dengan segala keterbatasan teknologi dan ketatnya aturan dalam berkesenian, memang punya iklim perfilman yang bagus. Banyak sekali film Iran yang dibuat dalam kesederhaan skala produksi tapi sangat menarik ditonton. Mereka punya jajaran sutradara, aktor dan aktris yang bagus. Salah satu film Iran yang sangat bagus, A Separation karya sutradara Asghar Farhadi, berhasil menang Oscar tahun lalu sebagai best film in foreign language. Jadi saya yakin niat mereka membuat film balasannya Argo ini tidak main-main, dan saya menunggu dengan antusias seperti apa nanti jadinya film balasan tersebut. Protes terhadap film dijawab dengan membuat film. Keren kan!
argo-image06
Lalu bagaimana reaksi Ben Affleck dengan rencana film balasan dari pemerintah Iran ini? Tentu dia sangat bangga filmnya mendapat respon luar biasa seperti itu. Filmmaker mana yang tidak akan tersenyum lebar bila karyanya direspon sebegitu serius oleh sebuah negara. Dari segala kontroversi ini, tersisa satu pertanyaan bagi saya. Bila suatu saat filmmaker Hollywood membuat film yang dianggap menjelekkan pemerintah Indonesia, bagaimana ya kira-kira respon pemerintah kita? Apakah presidennya hanya akan prihatin belaka?

Iklan

Penulis: Swastika Nohara

I'm a freelance content and script writer for movies, television, commercials and internet-related content. With a team, I also do documentaries, video tutorial, video presentation and corporate video. I'm based in Jakarta but eager to travel anywhere on earth. For me, life is like a cup of coffee. Life is the coffee while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life. Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee provided…. So, don’t let the cups drive you, enjoy the coffee instead!

22 thoughts on “ARGO: Oscar Winner Controversy

  1. Iya, krn gak tega makanya diperhalus tuh 🙂

  2. Haduh.. mau menjelekkan negara sendiri dan bilang gak mampu kok gak tega juga yak..

  3. Hahaha… bagus juga tuh Jen! Harusnya Iran fund raising buat bikin film Operation Eagle Claw yg kesohor itu 🙂

  4. Seandainya punya duit banyak dan teknologi VFX selevel Hollywood, kurasa Iran akan bikin film tentang Operation Eagle Claw.. :mrgreen:

  5. saya kira sebenernya Argo ‘cukup berimbang’ menggambarkan konflik waktu itu,
    pas di montase awal film , naratornya juga jelas menunjukkan bahwa biang keladinya memang intelijen AS (CIA) yang membantu Shah mengkudeta PM Iran yang waktu itu dipilih secara demokratis,
    jadi ga serta merta memposisikan Iran sebagai villain,

    soal menang Best Picture oscar, yah inilah film paling aman, feel-good movie, tidak ada bahasan torture atau ‘gambaran sesungguhnya CIA’ seperti yg ada di Zero Dark 30, malah disini CIA (AS) lah pahlawannya ^^

    • Secara proporsi mmg cukup imbang, hanya saja bbrp adegan menjelang mereka naik pesawat utk meloloskan diri dari Iran, itu mengesankan petugas (yg adalah representasi pemerintah) Iran bego-bego… Dan ini cukup utk bikin pemerintah sebuah negara sebel.

  6. tenang… gak ada di bioskop pun film ini sudah ada di HD saya.. tinggal nunggu waktu senggang buat menontonnya 😀

  7. Kalo saya, sama sekali ga tertarik utk menontonnya, hehehe….
    Salam kenal……….

  8. kalo tayang di sini, kira2 dalam waktu berapa lama FPI dan ormas nganuh2 lain bakal demo ya? XD

  9. Dem, dari semua film yang masuk kategori Best Picture baru nonton Django saja *facepalm*

    Tapi memang pantes sih kalo Iran nuding ini propaganda, apalagi yang ngumumin Michelle Obama. Dan soal paragraf terakhir, udah ga bakal prihatin sekarang mbak, pak Beye udah cibuk ngurusin si biru-biru 😛

  10. Ulasan yang menarik..mba tika. Kreatif banget cara balas dendamnya. Gak ada yang terluka dan gak perlu pake demo demo segala. Tapi bisa kasih impact yang baik. Seharusnya kayak gini juga di Indonesia, pake cara yang lebih kreatif untuk menyampaikan pendapat dan kekecewaan gak dengan cara bikin macet jalan ..hehehe ngomong apa sih saya.

    Makasih mba Tika.

  11. kayaknya ga bakal masuk sih ke sini, wong kemaren sama distributor-nya dibatalin kok mau dimasukin ke sininya..
    mari berburu bajakan saja… #eh
    :mrgreen:

  12. Film yang dibuat berdasarkan kisah nyata pasti selalu diikuti protes dari sisi mereka yg merasa film ini tidak lengkap hingga film ini diberi label “kontroversi”. Kisah nyatanya sendiri banyak melibatkan banyak pihak, apalagi saat itu menjadi sorotan dunia. Tentu saja Iran dan USA adalah dua sisi yang paling punya kepentingan dalam peristiwa bersejarah ini. Apakah tuduhan Iran bahwa film ini adalah propaganda pemerintah USA? Jawaban saya mungkin 🙂 karena saya belom nonton 😀

    • Soal kontroversi, mengingatkanku pada film The Act of Killing-nya Joshua Oppenheimer juga menuai protes di Indonesia. Ayok om Gun, ke Bangkok buat nonton Argo! hehehe… udah abis juga kali masa tayangnya disana

  13. *baca kalimat terakhir* prihatin tok mbak #Done #Period #MeluPrihatin #RakUwisUwis hihihi

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s