Soal bullying sebenarnya sudah ada sejak jaman Fir’aun masih SD dan masih terus berlangsung hingga kini. Penyebab pasti masih lestarinya momok bagi sebagian anak-anak sekolah ini nggak bisa ditunjuk pada satu hal, lalu dibasmi begitu saja. Bahkan di sekolah percontohan pun, praktek bullying masih ada dalam berbagai skala.
Berkaca pada pengalaman saya sendiri semasa sekolah dulu, pas kelas 6 SD dan kelas 1 SMP saya pernah jadi korban passive bullying. Saya dikucilkan dari pergaulan siswa-siswi populer karena seseorang menyebarkan berita buruk soal saya, yang saya duga karena persaingan popularitas antar siswa. It hurts like hell. Some times it still does. Ketika itu saya memilih untuk mengabaikannya dan tidak pernah berani cerita pada siapapun, tidak kepada orang tua saya, dan saya (ketika itu merasa) tidak punya sahabat tempat berbagi cerita. Naik kelas 2 SMP saya pindah sekolah.
Setelah itu di SMP yang baru dan di SMA saya relatif aman dari praktek bullying, tapi saya beberapa kali melihat teman lain di-bully secara fisik. Ketika itu saya diam saja, nggak membela si korban dan nggak berani melaporkan ke guru atau pihak sekolah. Alasannya jelas, kalau sampai saya ketahuan lapor, bisa-bisa saya yang jadi korban.
Makanya sebagai orang tua, meskipun anak-anak saya masih kecil, saya mulai kepikiran juga soal ini. Menurut saya, beberapa poin ini bisa dijadikan tindakan preventif bagi para orang tua atau siapapun yang berurusan dengan pengasuhan anak/remaja.
- Biasakan anak bicara terbuka dengan kita sebagai orang tua (atau walinya), jadi kalau ada apa-apa di sekolah, si anak akan merasa nyaman bercerita. Kuncinya adalah komunikasi yang lancar dengan anak, biar dia bebas cerita tentang apa saja.
- Dorong anak untuk punya beberapa teman dekat dan kenali teman-teman anak kita. Buat orang tua yang bekerja mungkin waktunya habis di tempat kerja. Inilah gunanya moment pentas sekolah anak dan acara kumpul-kumpul POMG. Sesekali ajak teman-teman anak kita main ke rumah, biar kita tau siapa dan seperti apa mereka. Kalau pas teman-teman anak main ke rumah, sediakan makanan atau camilan, pasti mereka senang main ke rumah kita lagi dan ini memudahkan kita sebagai orang tua untuk mengenal mereka. Kita juga perlu kenal orang tua teman-teman dekat anak kita.
- Kalau anaknya masih kecil, perlu kasih penjelasan soal bullying ke anak, kasih contoh konkret juga. Jelaskan kalau itu perbuatan tidak menyenangkan dan harus dihindari. Minta anak cerita apakah dia pernah mengalami dan menyaksikan hal begitu di sekolahnya.
- Tanamkan rasa percaya diri pada anak, karena anak yang percaya diri cenderung lebih kecil kemungkinannya di-bully. Anak yang percaya diri juga cenderung lebih tenang dalam menghadapi situasi sulit di lingkungannya.
- Dorong anak untuk punya hobi dan menekuni hobinya dalam takaran yang pas. Seorang anak yang punya keterampilan diluar mata pelajaran sekolah, cenderung lebih ‘dianggap’ oleh teman-temannya dan memperkecil risiko di-bully.
Perhatikan juga apakah anak kita cenderung dominan dan mau menang sendiri dalam bermain dan berinteraksi dengan teman-temannya. Kalau iya, perlu diajak bicara dan dijelaskan bahwa dengan teman-teman perlu main bergantian atau semacam itu yang intinya teman-teman sepermainan itu posisinya setara.
So, do you have your own tips to share? Or a short story perhaps? Please feel free to speak up ๐
Januari 23, 2013 pukul 9:45 pm
dulu aku punya imel rahmatmessiah, satu ketika pas aku nelpon swastika, dia cerita, atmnya dibobol orang, masih ingat aku gak?
Maret 3, 2013 pukul 10:50 pm
hai… ketemu lagi di blogku ๐
Januari 23, 2013 pukul 9:43 pm
aku pernah ngalami kasus seperti itu, aku gak pernah sekalipun nyuri, tapi aku jadi tersangka. so, satu persatu temen yang dulu amat sangat deket sama aku, mereka beranjak ngejaohin aku. sekarang aku lebih memilih sendiri, ketimbangbergaul dengan banyak orang. tapi bagiku, ramajalah man!! dho minggato.kadang duduk disudut kegelapan lebih menyenangkan ketimbang larut dalam hingar bingar pesta. satu hal lagi, toh yang slama ini memelihara, mengasihi, menyayangi, mengelus elus aku, adalah Gusti Alloh.. Hasbunalloh ni’mal wakiel, ni’mal mawla wanni’mannasier..
November 5, 2012 pukul 9:45 am
Aku juga pernah dibully. Sama, aku juga gak terbuka kek mbak Sabai, dan emang juga gak dekat dg orang tua, baik secara fisik maupun batil
Maret 3, 2013 pukul 10:50 pm
*pukpuk Rusa… but you’ve become a strong person mow ๐
November 1, 2012 pukul 2:50 pm
Hi hi,
We have a client from an International Laptop Brand looking for lifestyle, party, music & tech bloggers.
We would like to propose your blog for the campaign.
Below are details needed to submit to the client.
Name:
Age:
Occupation:
Blog url:
Description of your blog:
Twitter : Username & number of followers :
FB personal: Name & Number of friends:
FB fan page – Number of fans :
Unique visitor daily of your blog:
Where are you located:
Marital Status:
Mobile number for easy communication:
Please send all the info to karen@rougecomms.com
Thanks!
Regards,
Karen Tan
Tel : +6012 3219044
Rouge Communications
Bloggers Engagement. Social Media Management. Creative Online Marketing.
Our COO is http://www.RebeccaSaw.com , a well known blogger in Malaysia.
November 1, 2012 pukul 3:32 pm
Done, Karen ๐
Oktober 24, 2012 pukul 10:52 pm
Halo Mbak Sabai, salam kenal ๐
Soal bullying di Psikologi sendiri sudah banyak penelitiannya. Jujur aku kurang mendalami bullying, nanti aku cari jurnal ilmiahnya dulu ya Tapi seingatku kunci untuk melawan bullying itu sudah disebutkan di atas, yaitu Self esteem, self acceptance. Dan satu lagi yang penting, yaitu Resiliensi (kemampuan untuk Bounce-back/bangkit dari masalah) seseorang dalam menghadapi masalah, termasuk Bullying.
Kalau aku sendiri, dulu udah kenyang di bully, maklum dulu kutu buku dan agak kaku dalam bergaul, mulai dari ledekan fisik sampe dikucilkan udah pernah deh ๐ Tapi aku pribadi sih bersyukur udah pernah di bully pas masih kecil dan masa remaja dulu, Alhamdulillah pengalaman dibully zaman dulu bisa menjadi masukan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan alhamdulillah juga semenjak jadi dewasa udah ga pernah kena bully.
Ketika menghadapi bullying, tips saya cuma satu.. yaitu kita harus CUEK dan KUAT dengan bully itu.Tekankan ke diri kita kalau kita ga akan mati ko karena bullying, so just ignore it. Kalau kita menanggapi stimulus bully itu, ujung2nya kita justru bertindak sesuai dengan harapan sang pem-bully. Orang bully umumnya senang melihat emosi negatif orang yang di-bully, entah itu menangis, melawan, marah dll. Kalau kita menaggapi dengan emosi negatif, kita justru bergerak dalam lingkaran setan bullying dan akan terus dibully karena mereka ingin melihat reaksi itu. Sedangkan kalau kita cuek saja ujung2nya sang bully menganggap kita tidak “fun” untuk dibully dan akan meninggalkan kita, atau cari mangsa lain.
Memang sih, konsekuensi jadi korban bully adalah ga punya teman di lingkungan tertentu (co: sekolah) karena para pihak netral umumnya berusaha menjauhi korban bully supaya ga ikut-ikutan di bully. Kalau sudah begini, kuncinya adalah kita harus KUAT dan STAY POSITIVE. Kalo dulu saya mensugesti diri sendiri dengan berbagai peningkat self esteem “sendirian juga fun ko, bebas!”, “ah aku kan ga punya temen di sekolah aja.. tapi di tempat les banyak temen” “Karya hebat lahir dalam kesendirian, kenapa harus takut sendirian” sampe “Kalo gw keluar dari sekolah ini sekarang, it means I’m a Quitter. And Quitter never Win”, mungkin bisa dipakai buat anak-anak kita seandainya menjadi korban. Kalo kita pede dengan kesendirian kita, malah justru orang respect sama kita karena kita tidak dianggap sebagai anak yang “ikut-ikutan teman”. Ujung2nya teman bertambah karena menganggap diri kita unik dan menarik.
Intinya bullying akan ada di mana-mana. Kalo ga di sekolah, di tempat kerja, kuliahan, sampe ketika bisnis bisa ko ketemu bullying. Yang penting anak harus punya kemampuan resiliensi yang baik, self esteem baik, dan stay positive dalam menghadapi beragam masalah supaya dia sukses di kehidupannya kelak. Bill Gates, Steve Jobs, Steven Spielberg, Danny Choo, Einstein, Thomas Alva Edison, dulunya adalah korban bully namun mereka punya resiliensi yang tinggi dalam menghadapi bully tersebut. Akhirnya jadi orang sukses deh.
Oktober 26, 2012 pukul 12:14 am
Benar sekali Nadia, aku setuju kalo melatih anak agar kuat dan punya mind set utk stay positive itu penting. Mmg kalau dibully dan cuek aja, jadi nggak menarik buat yg ngebully. Good thoughts. Thanks!
Oktober 23, 2012 pukul 8:55 pm
Dulu waktu kecil saya juga pernah jadi korban bully, dan solusinya memang orangtua yang mesti ambil alih permasalahan. Entahlah kalau tanpa orang tua, mungkin seperti tanpa penjaga yang dampaknya bisa baik atau buruk.
Oktober 23, 2012 pukul 10:47 pm
You can consider yourself lucky for having good communication with your parents.
Oktober 23, 2012 pukul 4:44 pm
Sebagai salah satu korban bully (pas SD), menanamkan percaya diri sejak dini memang penting banget.
Dulu saat kecil aku juga gak PD-an dan kurang ditanamkan soal itu. Saat dibully jadi bisanya cuma nangis aja dan malah semakin sering dibully T_T
Oktober 23, 2012 pukul 10:45 pm
Yup, self esteem anak mmg penting banget. Totally agree.
Oktober 23, 2012 pukul 1:33 pm
kenalkan, ajarkan anak self-deprecating humor dikit-dikit, spy gak gampang down kalo diejek/dikatain temennya; bahkan barangkali malah bisa bales.. tentunya anak juga dilatih kapan waktu yg tepat utk berhumor ria, kapan nggak.
Oktober 23, 2012 pukul 2:32 pm
self-depreciating humor menarik nih… mungkin kalo usia anak udah agak gede, 8-9 tahun, bisa nih
Oktober 22, 2012 pukul 1:06 pm
jaman TK pernah jadi korban bullying mba, trus pas SD bertekad ngga mau lagi digituin, sampe2 paernah berantem sama sopir angkot saya…
salam knal mba, saya istrinya Alfa Papillon, uda pernah ktmu kan?
Juni 5, 2013 pukul 4:38 pm
Halooo… salam kenal Rahmi! Iya, pernah ketemu Alfa pas bikin komik yg aku tulis ๐
Oktober 22, 2012 pukul 11:10 am
Harus ada kedekatan ฤตยตฦฮฑ antara orangtua โฮฌn guru ya mbak, hingga kita bisa tanya2 atau konsultasi tentang aktivitas anak di sekolah bukankah kalau guru kenal ฮดฮตฮทฦฮฑฮท kita dia cenderung memperhatikan anak kita tidak hanya di dalam kelas?
Mbak, aku suka foto little girl nya ๐ salam kenal
Oktober 23, 2012 pukul 12:07 pm
salam kenal mbak Haya ๐ Aku setuju, orang tua perlu kenal dg guru anaknya biar enak komunikasinya
Oktober 22, 2012 pukul 10:53 am
Ini yang menjadi kekhawatiranku pada putriku, mba. Sejauh ini sih setiap kali aku tanya, belum ada cerita aneh-aneh darinya. Ah semoga saja tidak ada hal seperti itu lagi. Dan semoga anak-anak kita selalu dalam perlindunganNYA. TFS, mba ๐
Oktober 23, 2012 pukul 12:05 pm
amiiin… intinya komunikasi sama anak ya mbak ๐
Oktober 22, 2012 pukul 9:50 am
Somehow aku ngerasa beruntung banget gak pernah di-bully dan di sekolahku dulu gak ada yang main bully-bully.an.
Ngeriii
Yep, no one deserve to be bullied, should be loved!
Oktober 23, 2012 pukul 8:42 am
You can consider yourself lucky ๐
Oktober 21, 2012 pukul 10:43 am
gak pernah merasa seh mbak.. mudah2an segera berkurang deh kejadian seperti ini..
Oktober 23, 2012 pukul 8:41 am
amen to that ๐
Oktober 20, 2012 pukul 8:11 pm
dulu aku termasuk korban bully tapi sama sih kayak kamu, dibully-nya dengan cara dijauhin hihihihi kesel sumpah kesel banget. apalagi kalo yang ngebully tuh ngerasa keren, popule dan lain sebagainya. dan buat berusaha nggak ngerasa terasing, aku mulai berani bergaul. yaaah biarpun nggak sama yang populer itu, tapi aku bergaul dengan anak-anak smart ๐ jadi kita eksis karena kita sering ikut lomba atau memenangi sebuah kontes. bener juga sih kata seseorang, satu-satunya cara bikin orang lain menyesal adalah ketika mereka melihat kesuksesan kita
aku belum punya anak, nanti kalo dikasih rejeki punya anak mungkin aku akan ajarin anak aku untuk berani speak up lalu berani mengontrol diri sendiri dan bisa bergaul dengan siapa aja plus mencintai dirinya. karena setelah aku pikir, kenapa aku kecil sering merasa terintimidasi sama kaum populer, nggak lain dan nggak bukan karena aku merasa diriku tuh jelek sedangkan mereka tuh perfect ๐
Oktober 21, 2012 pukul 8:13 am
Totally agree, self acceptance adalah kunci!
Oktober 20, 2012 pukul 7:32 am
Dulu sempat kena bully g ya ..
Aq lupa .___.
Tapi jaman SD,aq jd anak paling pinter sih..selalu rangking 3 teratas..
SMP kalah hits sm yg lbh cantik..
SMA apa lagi…
Eh iya…aq penasaran deh..
Itu mba Tika sengaja nomernya 1 semua? Urutannya?
Oktober 20, 2012 pukul 7:14 am
Selalu kepikiran masalah ini, apalagi sejak punya anak.
Waktu SD aku dibully juga, semua gegara bokong yang aduhai..
mereka panggil aku “bebek.. bebek..” ๐ฅ
Pas udah gedean aja aku baru ngerti, yang demikian namanya bahenol, dan wajib disyukuri.. haghag.. :))
…………….
Seperti billy, udah kepikir masukin anak ke kelas beladiri, untuk ngelatih fisik dan mental.
*eh, ngaruh ga ya, mba? bil?
Oktober 20, 2012 pukul 8:42 am
Iya, Re, menurutku ada pengaruhnya. Tujuan utama buat bekal rasa percaya diri anak, selain buat olah tubuh juga. Embun sama Cissy dan Sabai ntar kelas taekwondo bareng? hehehe…
Oktober 22, 2012 pukul 10:28 am
yuk, tae kwon do bareng boleh! somehow, seni beladiri tae kwon do itu yang paling “soft” dibandingkan yang lain-lainnya..
selain itu, bisa memperkuat kaki.. apalagi Cissy (oleh Maminya) mau dimasukin ke kelas balet.. ๐
Oktober 20, 2012 pukul 12:09 am
sepertinya sejak saya SD hingga kemudian kuliah, ga pernah sekalipun saya di-bully. setidaknya, tidak di-bully sepengetahuan saya.
kelak, ketika anak saya mulai sekolah, tentu saya akan membiasakan dia untuk bercerita apa yang ia alami di sekolah, setiap harinya. dengan cara itu, mudah-mudahan ia akan menjadi seseorang yang terbuka, dan saya bisa memberikan petunjuk agar jangan sampai ia di-bully.
oiya, satu lagi.. kelak untuk membantu agar anak saya lebih percaya diri dan mau-mampu “melawan” bully, rencananya sih mau masukin dia ke kelas seni beladiri.. ^^v
Oktober 20, 2012 pukul 8:40 am
seni bela diri sounds like a good idea Bil. Kecup buat Cissy ya!