Tahun ini untuk pertama kalinya saya merayakan hari kemerdekaan RI di Nabire, Papua Barat. Yup, sejak orang tua saya pindah ke sana 21 tahun lalu, baru sekarang saya ‘mudik’ ke Nabire. Peringatan 17 Agustus di kota kecil yang terletak di teluk Cenderawasih ini sangat berbeda dari acara Agustusan di Jawa pada umumnya. Saya nggak pernah membayangkan sebuah kota kecil di pelosok Papua ini mengadakan street carnival yang meriah untuk memperingati hari kemerdekaan RI, pemerintah republik yang telah dengan semena-mena mengeruk kekayaan bumi Papua.
Kalau di Jawa, karnaval 17-an kan biasanya anak-anak SD memakai pakaian adat dari berbagai provinsi, lalu jalan kaki kepanasan keliling kompleks atau kelurahan. Hal yang sudah terjadi sejak saya SD di jaman orde baru dan masih saja sama sampai sekarang. Anak-anak SD yang tidak menghayati kenapa mereka harus memakai baju adat dari daerah asing yang belum pernah mereka datangi. Anak-anak SD yang sekedar patuh dirias oleh ibu mereka dan disuruh baris oleh guru mereka. Tidak ada soul-nya.
Nah, di Nabire ini karnavalnya beda. Pesertanya remaja dan orang dewasa, memakai kostum tradisional dari berbagai suku di Papua atau daerah lain di Indonesia Timur dan mereka menari sepanjang jalan utama kota Nabire! Karnaval yang seperti ini, terasa lebih pas dan enak dilihat. Coba bayangkan kalau para pemuda-pemudi Papua ini memaksakan karnaval ala Jawa, dan memakai baju adat ala Jogjakarta atau Sumatera Barat misalnya, pasti garing.
Di sini pria dan wanita melangkah sambil bergoyang ceria, mengikuti musik rampak dari stereo set yang dibawa dengan gerobak genjot. Wajah-wajah yang tersenyum, kaki dan tangan yang bergoyang dalam koreografi tertata. Di tengah jalan pun mereka tiba-tiba barisannya membuka, berhadapan, joget-joget membentuk formasi tertentu, lalu merapat lagi, baris lagi, jalan lagi dan semua tertata mengikuti musik! Kerenlah! Karnaval 17-an yang paling semarak yang pernah saya lihat.
Saya jadi mikir, provinsi lain di Indonesia kenapa nggak melakukan hal serupa sih? Menggali potensi seni daerahnya untuk dijadikan karnaval gitu. Kan kalau jadi keren dan disorot media, mereka akan bangga akan kesenian daerahnya. Jadi bisa sekalian promosi pariwisata daerahnya gitu. Siapa tau ada yang kemudian ngetop di tingkat internasional kayak Jember fashion carnival itu! Kira-kira, para gubernur kalau disodori ide ini, mau terima nggak ya?
Ping-balik: Berenang Bareng Hiu Paus Di Nabire | BLOG Swastika Nohara
Oktober 13, 2012 pukul 5:49 am
Ahh.. papua memang punya gayanya sendiri ya mbak 🙂
Oktober 13, 2012 pukul 9:02 am
Yup, dan smoga mrk bangga dg hal itu.
Oktober 11, 2012 pukul 10:35 am
Itu mungkin gak gini:
Mereka sekedar patuh dirias oleh teman mereka dan disuruh baris oleh ketua regu mereka demi manut pada aturan karnaval yg entah siapa yang buat… :p hehehe
Tapi keren lhoo 😀 *acung jempol*
Oktober 13, 2012 pukul 9:01 am
Memang keren, apalagi kalo liat mereka pas dansa-dansa di jalanan. Atmosfirnya seru!
Oktober 10, 2012 pukul 2:53 pm
Aku koq berkaca-kaca ya baca ini.. Suatu ironi…
Oktober 10, 2012 pukul 7:02 pm
Iya Ka, harusnya semua daerah bangga dan show off akan seni budaya mrk masing2 di acara2 perayaan kayak gini
Oktober 9, 2012 pukul 5:27 pm
kerenlah. *pendapat yang lain sudah dimention kemarin* :p
Oktober 10, 2012 pukul 6:42 pm
Hehehe.. iya Dit, kita malah ngobrolnya di twitter yak 🙂
Oktober 9, 2012 pukul 10:35 am
ah ini keren sekali. sumpah keren! ini aku kapan ya bisa berkunjung ke Papua sana? 😐
Oktober 9, 2012 pukul 3:48 pm
Nabungnya lumayan ngos-ngosan Chic, sekali jalan 6-7 juta PP perorang. Bayangin klo ngajak Vio?
Oktober 9, 2012 pukul 4:39 pm
eeeeeeng… okeh! fokus beli rumah dulu kalo gitu, kecuali besok dapet lotre 😆
Oktober 9, 2012 pukul 4:40 pm
hmmmm.. okeh! fokus beli rumah dulu kalo gitu, kecuali besok menang lotre 😆
Oktober 9, 2012 pukul 12:01 am
aaahhhhh, kerennya….
Siapa yang bilang INDONESIA cuma di JAWA?
HAH??
😀
Oktober 9, 2012 pukul 7:46 am
Jawa adalah koentji! Hehehehe…
Oktober 8, 2012 pukul 11:06 pm
Aaakkk menyenangkan sekali….
Meriah..
Eh iya..ada lomba 17an nya?
Oktober 8, 2012 pukul 11:24 pm
Ada! Ya lomba joget sepanjang karnaval itu Lin 🙂
Oktober 8, 2012 pukul 10:44 pm
Super keren! Ini malah terlihat mirip dengan perayaan the 4th of july. Hebohnya itu lho :))
Oktober 8, 2012 pukul 10:47 pm
Hahaha… aku cuma liat perayaan 4th of July di film. Di US pada pake koteka yak?
Oktober 8, 2012 pukul 10:27 pm
Wooooo Nabire…..
Aku besar di Jayapura kak!
*teruskenapa
Oktober 8, 2012 pukul 10:46 pm
Rrr… Nabire jauh lebih pelosok dari pada Jayapura kak 🙂