Sudah lama saya nggak nonton film yang sesederhana sekaligus sebagus ini. A Separation, film Iran karya sutradara Asghar Farhadi menjadi pemuas dahaga yang menyejukkan. Film ini secara teknis sederhana saja, bahkan adegan pembukanya ‘hanyalah’ sepasang suami istri yang mengemukakan alasan perceraian di muka hakim dengan kamera yang statis. Lalu cerita bergulir pada akibat perpisahan mereka (yang belum resmi bercerai), sebuah misteri pun sedikit demi sedikit terkuak.
Simin, sang istri ingin pindah keluar negeri, tapi Nader, suaminya, menolak karena tidak tega meninggalkan ayahnya yang sudah tua dan menderita alzheimer. Nader rela istrinya pergi, tapi dia tidak mau melepas hak asuh putri mereka yang sudah kelas 6 SD. Akhirnya sang istri keluar dari rumah, sehingga Nader terpaksa mempekerjakan Razieh, seorang perempuan (yang ternyata) hamil untuk merawat ayahnya yang renta. Baru 3 hari bekerja, terjadi insiden. Razieh mengikat bapak tua itu di tempat tidur dan pergi untuk mengurus keperluannya. Nader pulang kerja menemukan bapaknya terikat, jatuh dan memar, tentu marah dan memecat Razieh. Perang mulut terjadi hingga Razieh jatuh di tangga apartemen dan kemudian keguguran.
Situasi jadi kusut ketika Razieh menuntut Nader membunuh (calon) bayinya, ditambah suami Nader yang berangasan dan mudah marah. Nader berada dalam situasi sulit antara terancam masuk penjara, menuntut balik Razieh karena mengikat ayahnya dan keselamatan anaknya di sekolah karena suami Razieh mengancam mencelakakan keluarga mereka. Simin tidak tinggal diam, dia turun tangan membantu suaminya, meski sang suami menyalahartikan bantuannya. Cerita terus bergulir soal apakah Nader berkata jujur di pengadilan, apakah penyebab sebenarnya keguguran Razieh dan apa yang sebenarnya terjadi pada ayahnya ketika Nader pergi kerja.
Foto di atas adalah Leila Hatami, pemeran Simin yang menurut saya cantik sekali. Oke, kembali ke soal film. Melalui cerita soal keseharian hidup ini, tergambarkan dengan apik karakter-karakter tokohnya dan nilai-nilai yang mereka anut. Misalnya soal kejujuran yang menjadi hal paling penting di dunia, meskipun secara finansial sudah terjepit, juga soal (sebagian) masyarakat Iran yang memegang teguh ajaran agamanya sehingga menyempatkan berkonsultasi via telfon soal dosa/tidak dosa sebelum melakukan sebuah pekerjaan yang menurutnya tidak pantas.
Secara umum film ini agak beda dengan beberapa puluh film Iran lain yang saya tonton. Disini digambarkan jelas perbedaan perempuan dari kelas sosial yang berbeda melalui Simin dan Razieh, serta pola hubungan mereka dengan pasangan masing-masing. Simin yang seorang dosen tampak tegas, mandiri, tidak religius tapi tetap mendengarkan setiap pendapat suaminya. Keterbukaan Simin ini digambarkan dengan kerudungnya yang bukan cadar, malah masih memperlihatkan sedikit rambut. Sementara Razieh alim, religius dan tunduk karena takut pada suaminya. Dan baru kali ini ada adegan yang menggambarkan perempuan merokok.
Pantas rasanya film ini menjadi film Iran pertama yang menyabet piala Oscar 2012 untuk kategori The Best Foreign Movie, seperti terlihat di atas saat 4 pemain utama dan sutradara hadir di malam penganugerahan Oscar. Film ini juga menjadi film Iran pertama yang masuk nominasi British Academy of Film and Television Arts (BAFTA) 2012 untuk kategori serupa. Boleh jadi bagi juri festival-festival itu A Separation masuk kategori ‘film asing’ tapi saya yakin, situasi yang diangkat dalam film ini sangat akrab dan sama sekali tidak asing bagi banyak pasangan suami istri di belahan bumi manapun. Selagi masih main di bioskop-bioskop Jakarta, I highly recommend this beautiful film.
Ping-balik: Heboh Parasite Di Oscar 2020 | BLOG Swastika Nohara
Oktober 2, 2013 pukul 8:53 pm
Pindah tuk mengejar karir atau mengurusi orang tua yg semakin tua itu masalah klasik banget. Selalu susah dipecahkan. 🙄
Oktober 3, 2013 pukul 2:10 pm
Nggak susah kalau ikhlas 🙂
Ping-balik: ARGO: Oscar Winner Controversy | About life on and off screen
Oktober 21, 2012 pukul 1:04 am
film yang fantastis.pastinya favorit pribadi ane taun lalu sama Drive
sangat tampak sederhana di permukaan, tetapi menyentuh dngan kehalusan konflik moral and sosial…
karakterisasi juga bgus2, dan bikin penonton ngga bisa berpihak maupun menentang. ^^
Oktober 21, 2012 pukul 8:04 am
agree, kita nggak mampu berpihak/menentang salah satu krn semuanya baik tapi juga punya titik lemah
Oktober 21, 2012 pukul 3:45 pm
couldn’t agree more…
leila hatami cantik sih, tapi ane ebih ter-impress sama aktingnya Sarah Bayat…^^
Oktober 3, 2012 pukul 7:12 pm
di Bogor ada ga ya nih film?
lihat di twitter banyak yg komen nih film bagus.
Semoga film ini bisa saya temukan di bioskop disini *hope
Oktober 3, 2012 pukul 10:56 pm
Semoga main di 21cineplex Bogor juga ya 🙂
Oktober 2, 2012 pukul 8:28 pm
Di pontianak pasti gak ada deh film ini 😦
Oktober 3, 2012 pukul 10:55 pm
Apa di Pontianal ada 21cineplex? Coba cek di website mereka 🙂
Oktober 6, 2012 pukul 9:36 am
Pontianak, kak. bukan Pontianal. #kalem
Bener kata kak Oelpha, kudu ditonton.
*siap siap studio marathon*
Oktober 1, 2012 pukul 3:28 pm
saya. harus. nonton. film. ini.
*bersiap kabur ke bioskop selepas ngantor nanti*
Oktober 1, 2012 pukul 5:26 pm
Yup, it’s worth it 🙂