BLOG Swastika Nohara

Life is the coffee, while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life.

Cintaku Di Barcelona

22 Komentar

Pernah dengar lagu Barcelona-nya Fariz RM yang populer di tahun 80an? Nah, gara-gara lagu itu saya sejak dulu pengin main-main ke ibukota wilayah Catalunya di Spanyol ini. Terus terang, begitu sampai di Barcelona saya agak kecewa karena kota ini sepi, nyaris tanpa kehidupan. Dari stasiun bis kami menyusuri jalanan hingga sampai di Plaza Catalunya yang terkenal itu, barulah terlihat keramaian dan terasa ada kehidupan. Terus berjalan hingga La Rambla, dan semakin ramai manusia… Setelah sampai di salah satu katedral, baru saya menyadari ternyata kota masih sepi karena kami tiba pukul 7 di hari Minggu pagi!

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Rupanya kehidupan baru berdenyut setelah jam 10 pagi di hari Minggu. Maka saya menutup peta, dan kami bertiga berjalan suka-suka menelusuri ratusan gang di kota tua Barcelona. Kami tidak terlalu peduli kemana kaki melangkah, karena kemanapun kami pergi semuanya tampak indah. Lorong-lorong sempit dikempit bangunan tua dengan area terbuka di ujungnya.

Kejutan di setiap tikungan

Terasa sekali denyut seni di nadi kota ini. Setiap sudut jalan selalu ada street performer! Entah itu main musik, orang jadi patung tembaga, sulap, menari, sampai atraksi ala sirkus gitu! Salah satu yang berkesan adalah seorang bocah remaja yang ‘menari’ dengan bola kaca. Cowok berusia 17-an tahun ini menggelindingkan bola kristal dengan berbagai bagian badannya sambil menari mengikuti musik dan menjaga agar bola kacanya tidak jatuh dan pecah. Nah! Kebayang kan susahnya…

Tata kota Barcelona sungguh cantik. Kota tuanya penuh liku-liku, dengan deretan gang yang seolah menyimpan misteri. Misalnya nih, pada saat ‘menyasarkan diri’ menelusuri lorong itu, tiba-tiba kami menemukan pintu masuk Museum Picasso di salah satu gang! Di lorong lain, tiba-tiba kami menemukan taman yang usianya sudah ratusan tahun dan ‘dimuseumkan’ oleh pemerintah kota setempat. Kejutan manis seperti ini seolah tak habis-habis di Barcelona. Barulah saya merasakan apa yang dilukiskan di lagu Fariz RM itu.

Sementara di bagian kota yang lebih modern, jalanan ditata dengan model blok-blok yang ukurannya sama besar, dengan perempatan berbentuk segi delapan. Model ini sangat memudahkan saya mempelajari peta kota Barcelona, meskipun berbahasa Catalan. Oya, ternyata teori kalau lelaki lebih jago baca peta ketimbang perempuan, terbukti omong kosong belaka! Saya pergi dengan 2 lelaki, Edmond dan Yusuf. Tapi yang satu sama sekali nggak bisa baca peta, dan yang satu lagi berkali-kali keliru baca peta. Alhasil, selalu saya yang membacakan peta dan mencari arah bagi kami bertiga.

Nyaris dirampok di Barcelona

Kami ekstra hati-hati dengan bawaan kami selama di Spanyol, karena konon banyak copetnya. Nah, ini terbukti di Barcelona. Malam hari, saya dan Yusuf nonton Opera Flamenco. Edmon nggak ikut karena tiketnya menurut dia kemahalan. Pertunjukannya di Palau de la Musica Catalana, gedung keseniannya Barcelona yang interiornya cantik sekali. Gedung ini jauh dari kemegahan ala Royal Albert Hall di London, tapi dekorasinya sangat vibrant. Opera Flamenco-nya juga mengagumkan, tariannya sangat menggairahkan dan bikin saya langsung ingin belajar nari flamenco.

Nah, selesai nonton, sekitar jam 11 malam kami berjalan menyusuri gang kota tua hendak menjemput Edmond yang kami ‘titipkan’ di rumah teman. Menjelang sampai di La Rambla yang masih disesaki pejalan kaki yang sebagian besar turis ini, tiba-tiba seorang pria bertampang Arab mendekati Yusuf, menawarkan nonton pertunjukan salsa. Kayak salesman, tapi maksa banget, sampai akhirnya memepet Yusuf dan mengkaitkan kakinya ke kaki Yusuf seolah ngasih contoh tarian salsa. Eh, terus pria itu mencoba mengepit lengan Yusuf. Yusuf reflek menepiskan tangan pria itu, yang ternyata diam-diam merogoh dompet di saku belakang jeans Yusuf. Semua begitu cepat. Tiba-tiba dompet Yusuf sudah jatuh di samping saya, dan isinya bertebaran. Kami pungut dompet seisinya, sementara pria itu lari dalam kegelapan malam.

Fiuuuh… Kami lega tidak ada yang hilang. Seorang pria lain dengan bahasa Inggris patah-patah menghampiri kami, menanyakan apakah kami baik-baik saja dan minta maaf atas kejadian barusan. Sepertinya dia warga lokal yang malu melihat ada pelancong nyaris dirampok di kotanya.

Gaudi si penyelamat Barcelona

Esoknya kami berjalan kaki ke Sagrada Familia yang kondang itu. Saya hanya sempat membaca sekilas bahwa bangunan ini wajib kami kunjungi karena luar biasa mengagumkan. Dari luar, tampak beberapa crane mengganggu keindahan fasad bangunan. Saya berkata, “Sayang ya kita kesini pas renovasi…” lalu kami pun masuk setelah. Tampak antrean pembeli tiket sepanjang kurang lebih 20 meter di tepi jalan hingga masuk ke balik pagar. Total panjang antrean ada sekitar 1,5 km. Kami sempat bete mengantri tapi kok ya tanggung, masa udah di Barcelona nggak masuk Sagrada Familia? Akhirnya kami masuk, berpencar dan janjian ketemu lagi di pintu masuk 2 jam ke depan.

Setelah menelusuri semua sisi Sagrada Familia, lalu masuk ke museumnya dan membaca kisah lengkap bagaimana Antoni Gaudi, sang arsitek, dulu mulai merancang basilica ini di tahun 1883 hingga memperjuangkan pembangunannya, kami sungguh terpesona! Bangunan ini lebih dari sekedar luar biasa… Sungguh saya kehabisan kata-kata yang bisa melukiskan kekaguman saya pada sang arsitek dan upaya orang-orang yang konsisten mengumpulkan dana demi meneruskan pembangunan Sagrada Familia setelah Gaudi meninggal tahun 1926.

Meskipun bagian dalamnya sudah dapat dipakai ibadah, bahkan Paus telah menetapkannya sebagai basilica tahun 2010 lalu, saat ini masih dilakukan pembangunan menara utamanya dan diproyeksikan akan tuntas tahun 2026 (tepat 100 tahun setelah mulai dibangun). Pada saat menara utama itu nanti selesai, basilica ini akan menjadi bangunan gereja tertinggi di dunia. Namun tingginya masih satu meter lebih rendah dibandingkan puncak bukit tertinggi di Barcelona, karena arsiteknya berprinsip bangunan buatan manusia tidak boleh lebih tinggi dari ciptaan Tuhan. I humbly agree.

Entrance of Parc Guell where that famous lizard sits,

Interior of Parc Guell, just one corner among many others

Kami mengisi sore dengan menelusuri Guell Park, sebuah taman maha luas di perbukitan Barcelona yang juga di desain oleh Antoni Gaudi. Berjalan di setiap kelokan taman ini, kami selalu menemukan keindahan yang berbeda di setiap sisinya. Hingga saya merasa taman ini adalah perpaduan yang sempurna antara buatan manusia dan ciptaan Tuhan. Makin kagumlah kami pada Gaudi, sang arsitek yang sangat visioner itu. Gaudi have made this city incomparable. Without his work of art, I’m sure Barcelona would just be another European city.

Catatan:

Tiket bis Alsa (bis malam) Madrid – Barcelona: 29 €
Tiket metro per trip: 2€ atau per 10 trip untuk dipakai bertiga: 9.5 €
Tiket masuk Sagrada Familia: 13 €
Tiket Opera Flamenco di Palau Musica Catalana: 45€
Makan perorang perhari sekitar: 15 €
Hostel permalam: 14 €

Iklan

Penulis: Swastika Nohara

I'm a freelance content and script writer for movies, television, commercials and internet-related content. With a team, I also do documentaries, video tutorial, video presentation and corporate video. I'm based in Jakarta but eager to travel anywhere on earth. For me, life is like a cup of coffee. Life is the coffee while jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life. Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee provided…. So, don’t let the cups drive you, enjoy the coffee instead!

22 thoughts on “Cintaku Di Barcelona

  1. Ping-balik: Anti Mainstream! Coba 5 Hal Ini Untuk Memudahkan Traveling | BLOG Swastika Nohara

  2. Ping-balik: Museum Kata Di Belitung, Bukan Museum Biasa | About life on and off screen

  3. Ping-balik: Penipuan Saat Traveling, Mana Yang Paling Parah? | About life on and off screen

  4. Sering denger dan baca mengenai copet yang agresif di Barcelona, malah kata guru bhs Spanyolku, mereka lebih parah daripada di Jakarta. Thanks for sharing, perlu dicatat nih supaya lebih hati-hati. Copetnya juga sangat profesional, beda dengan disini. Oh iya, yang jadi pertanyaan, apakah copetnya memang rata-rata imigran?

  5. Barcelona masuk list. Salah satu kota yg wajib dikunjungi. Temen yg pernah tinggal di sana gak recommend madrid krn katanya madrid biasa aja. Tipikal kota2 besar yg udah modern. Ya ampun aku ke barcelonaaaaa :))

  6. gak ada jalan jalan disitus sejarah islamnya mbak? 😉

  7. ihh… perjalananku ke Turki dulu blm sempat aku update lagi. cuma di satu kota. waaaaah jd pengen ke barcelonaaaaa 😀

  8. iya, dari beberapa cerita, copet-copet Spanyol emang kondang. tapi kalo reputasi, copet Jakarta jagonya!

    paling pusing kalo liat traveler cewek asal Spanyol.. itu badan bagus banget.. udah gitu pake baju seenak jidat.. kagak tau apa kita yg liat jadi berdenyut?? :))

  9. Metode copetnya ngeri juga…
    Eh mbak Ssabai, aku koq gak tau lagunya Fariz RM yang itu ya?
    Errrr nampaknya kita beda generasi *ditapuk* :p

  10. Aduh senangnya ke Barcelona. Aku jadi inget film meteor garden, kan sempet ada adegan di sana. xD

  11. semoga suatu hari bisa kesana juga mba..amin..^^

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s