Pernah dengar lagu Barcelona-nya Fariz RM yang populer di tahun 80an? Nah, gara-gara lagu itu saya sejak dulu pengin main-main ke ibukota wilayah Catalunya di Spanyol ini. Terus terang, begitu sampai di Barcelona saya agak kecewa karena kota ini sepi, nyaris tanpa kehidupan. Dari stasiun bis kami menyusuri jalanan hingga sampai di Plaza Catalunya yang terkenal itu, barulah terlihat keramaian dan terasa ada kehidupan. Terus berjalan hingga La Rambla, dan semakin ramai manusia… Setelah sampai di salah satu katedral, baru saya menyadari ternyata kota masih sepi karena kami tiba pukul 7 di hari Minggu pagi!
Rupanya kehidupan baru berdenyut setelah jam 10 pagi di hari Minggu. Maka saya menutup peta, dan kami bertiga berjalan suka-suka menelusuri ratusan gang di kota tua Barcelona. Kami tidak terlalu peduli kemana kaki melangkah, karena kemanapun kami pergi semuanya tampak indah. Lorong-lorong sempit dikempit bangunan tua dengan area terbuka di ujungnya.
Kejutan di setiap tikungan
Terasa sekali denyut seni di nadi kota ini. Setiap sudut jalan selalu ada street performer! Entah itu main musik, orang jadi patung tembaga, sulap, menari, sampai atraksi ala sirkus gitu! Salah satu yang berkesan adalah seorang bocah remaja yang ‘menari’ dengan bola kaca. Cowok berusia 17-an tahun ini menggelindingkan bola kristal dengan berbagai bagian badannya sambil menari mengikuti musik dan menjaga agar bola kacanya tidak jatuh dan pecah. Nah! Kebayang kan susahnya…
Tata kota Barcelona sungguh cantik. Kota tuanya penuh liku-liku, dengan deretan gang yang seolah menyimpan misteri. Misalnya nih, pada saat ‘menyasarkan diri’ menelusuri lorong itu, tiba-tiba kami menemukan pintu masuk Museum Picasso di salah satu gang! Di lorong lain, tiba-tiba kami menemukan taman yang usianya sudah ratusan tahun dan ‘dimuseumkan’ oleh pemerintah kota setempat. Kejutan manis seperti ini seolah tak habis-habis di Barcelona. Barulah saya merasakan apa yang dilukiskan di lagu Fariz RM itu.
Sementara di bagian kota yang lebih modern, jalanan ditata dengan model blok-blok yang ukurannya sama besar, dengan perempatan berbentuk segi delapan. Model ini sangat memudahkan saya mempelajari peta kota Barcelona, meskipun berbahasa Catalan. Oya, ternyata teori kalau lelaki lebih jago baca peta ketimbang perempuan, terbukti omong kosong belaka! Saya pergi dengan 2 lelaki, Edmond dan Yusuf. Tapi yang satu sama sekali nggak bisa baca peta, dan yang satu lagi berkali-kali keliru baca peta. Alhasil, selalu saya yang membacakan peta dan mencari arah bagi kami bertiga.
Nyaris dirampok di Barcelona
Kami ekstra hati-hati dengan bawaan kami selama di Spanyol, karena konon banyak copetnya. Nah, ini terbukti di Barcelona. Malam hari, saya dan Yusuf nonton Opera Flamenco. Edmon nggak ikut karena tiketnya menurut dia kemahalan. Pertunjukannya di Palau de la Musica Catalana, gedung keseniannya Barcelona yang interiornya cantik sekali. Gedung ini jauh dari kemegahan ala Royal Albert Hall di London, tapi dekorasinya sangat vibrant. Opera Flamenco-nya juga mengagumkan, tariannya sangat menggairahkan dan bikin saya langsung ingin belajar nari flamenco.
Nah, selesai nonton, sekitar jam 11 malam kami berjalan menyusuri gang kota tua hendak menjemput Edmond yang kami ‘titipkan’ di rumah teman. Menjelang sampai di La Rambla yang masih disesaki pejalan kaki yang sebagian besar turis ini, tiba-tiba seorang pria bertampang Arab mendekati Yusuf, menawarkan nonton pertunjukan salsa. Kayak salesman, tapi maksa banget, sampai akhirnya memepet Yusuf dan mengkaitkan kakinya ke kaki Yusuf seolah ngasih contoh tarian salsa. Eh, terus pria itu mencoba mengepit lengan Yusuf. Yusuf reflek menepiskan tangan pria itu, yang ternyata diam-diam merogoh dompet di saku belakang jeans Yusuf. Semua begitu cepat. Tiba-tiba dompet Yusuf sudah jatuh di samping saya, dan isinya bertebaran. Kami pungut dompet seisinya, sementara pria itu lari dalam kegelapan malam.
Fiuuuh… Kami lega tidak ada yang hilang. Seorang pria lain dengan bahasa Inggris patah-patah menghampiri kami, menanyakan apakah kami baik-baik saja dan minta maaf atas kejadian barusan. Sepertinya dia warga lokal yang malu melihat ada pelancong nyaris dirampok di kotanya.
Gaudi si penyelamat Barcelona
Esoknya kami berjalan kaki ke Sagrada Familia yang kondang itu. Saya hanya sempat membaca sekilas bahwa bangunan ini wajib kami kunjungi karena luar biasa mengagumkan. Dari luar, tampak beberapa crane mengganggu keindahan fasad bangunan. Saya berkata, “Sayang ya kita kesini pas renovasi…” lalu kami pun masuk setelah. Tampak antrean pembeli tiket sepanjang kurang lebih 20 meter di tepi jalan hingga masuk ke balik pagar. Total panjang antrean ada sekitar 1,5 km. Kami sempat bete mengantri tapi kok ya tanggung, masa udah di Barcelona nggak masuk Sagrada Familia? Akhirnya kami masuk, berpencar dan janjian ketemu lagi di pintu masuk 2 jam ke depan.
Setelah menelusuri semua sisi Sagrada Familia, lalu masuk ke museumnya dan membaca kisah lengkap bagaimana Antoni Gaudi, sang arsitek, dulu mulai merancang basilica ini di tahun 1883 hingga memperjuangkan pembangunannya, kami sungguh terpesona! Bangunan ini lebih dari sekedar luar biasa… Sungguh saya kehabisan kata-kata yang bisa melukiskan kekaguman saya pada sang arsitek dan upaya orang-orang yang konsisten mengumpulkan dana demi meneruskan pembangunan Sagrada Familia setelah Gaudi meninggal tahun 1926.
Meskipun bagian dalamnya sudah dapat dipakai ibadah, bahkan Paus telah menetapkannya sebagai basilica tahun 2010 lalu, saat ini masih dilakukan pembangunan menara utamanya dan diproyeksikan akan tuntas tahun 2026 (tepat 100 tahun setelah mulai dibangun). Pada saat menara utama itu nanti selesai, basilica ini akan menjadi bangunan gereja tertinggi di dunia. Namun tingginya masih satu meter lebih rendah dibandingkan puncak bukit tertinggi di Barcelona, karena arsiteknya berprinsip bangunan buatan manusia tidak boleh lebih tinggi dari ciptaan Tuhan. I humbly agree.
Kami mengisi sore dengan menelusuri Guell Park, sebuah taman maha luas di perbukitan Barcelona yang juga di desain oleh Antoni Gaudi. Berjalan di setiap kelokan taman ini, kami selalu menemukan keindahan yang berbeda di setiap sisinya. Hingga saya merasa taman ini adalah perpaduan yang sempurna antara buatan manusia dan ciptaan Tuhan. Makin kagumlah kami pada Gaudi, sang arsitek yang sangat visioner itu. Gaudi have made this city incomparable. Without his work of art, I’m sure Barcelona would just be another European city.
Catatan:
Tiket bis Alsa (bis malam) Madrid – Barcelona: 29 €
Tiket metro per trip: 2€ atau per 10 trip untuk dipakai bertiga: 9.5 €
Tiket masuk Sagrada Familia: 13 €
Tiket Opera Flamenco di Palau Musica Catalana: 45€
Makan perorang perhari sekitar: 15 €
Hostel permalam: 14 €
Ping-balik: Anti Mainstream! Coba 5 Hal Ini Untuk Memudahkan Traveling | BLOG Swastika Nohara
Ping-balik: Museum Kata Di Belitung, Bukan Museum Biasa | About life on and off screen
Ping-balik: Penipuan Saat Traveling, Mana Yang Paling Parah? | About life on and off screen
April 26, 2014 pukul 8:17 pm
Sering denger dan baca mengenai copet yang agresif di Barcelona, malah kata guru bhs Spanyolku, mereka lebih parah daripada di Jakarta. Thanks for sharing, perlu dicatat nih supaya lebih hati-hati. Copetnya juga sangat profesional, beda dengan disini. Oh iya, yang jadi pertanyaan, apakah copetnya memang rata-rata imigran?
November 12, 2012 pukul 1:58 am
Barcelona masuk list. Salah satu kota yg wajib dikunjungi. Temen yg pernah tinggal di sana gak recommend madrid krn katanya madrid biasa aja. Tipikal kota2 besar yg udah modern. Ya ampun aku ke barcelonaaaaa :))
November 12, 2012 pukul 8:23 am
Enggak juga, kalo ada yg bilang Madrid tipikal berarti belum blusuk’an di Madrid atau simply seneng aja 🙂
Juli 28, 2012 pukul 1:49 pm
gak ada jalan jalan disitus sejarah islamnya mbak? 😉
Juli 28, 2012 pukul 2:00 pm
Enggak, soalnya situs2 Islam harus ke southern spain, dan waktu kita di spanyol nggak lama2, cuma bisa cover 3 regions
Juli 22, 2012 pukul 5:35 am
ihh… perjalananku ke Turki dulu blm sempat aku update lagi. cuma di satu kota. waaaaah jd pengen ke barcelonaaaaa 😀
Juli 22, 2012 pukul 8:03 pm
Pas ke Istanbul sempat ke Polonezkoy? Disana ada tarian rakyat yg keren, kostumnya juga cute!
Juli 21, 2012 pukul 10:42 pm
iya, dari beberapa cerita, copet-copet Spanyol emang kondang. tapi kalo reputasi, copet Jakarta jagonya!
paling pusing kalo liat traveler cewek asal Spanyol.. itu badan bagus banget.. udah gitu pake baju seenak jidat.. kagak tau apa kita yg liat jadi berdenyut?? :))
Juli 22, 2012 pukul 8:02 pm
Hahaha…kebetulan gw pas ke spanyol tahun ini di musim semi, masih agak dingin, jadi kostum cewe2 sana masih model ketutup. Kalo pas summer pasti wow!
Juli 26, 2012 pukul 7:26 am
saya mengerti perasaanmu zam *pukpuk* *punya byk temen ce spanyol yg suka ke indonesia*
Juli 20, 2012 pukul 6:12 pm
Metode copetnya ngeri juga…
Eh mbak Ssabai, aku koq gak tau lagunya Fariz RM yang itu ya?
Errrr nampaknya kita beda generasi *ditapuk* :p
Juli 20, 2012 pukul 6:36 pm
Iya, kayaknya gitu deh… soalnya ibuku juga nggak tau lagu itu, jangan-jangan Eka satu generasi dg ibuku? :))
Juli 20, 2012 pukul 5:16 pm
Aduh senangnya ke Barcelona. Aku jadi inget film meteor garden, kan sempet ada adegan di sana. xD
Juli 20, 2012 pukul 5:30 pm
Gmn kalo ikutan kuis yg hadiahnya jalan2 ke Barcelona? 😉
Juli 20, 2012 pukul 6:14 pm
Kuis apa? Kuis apaaaa?
Weeeh mauuu *ke summon kata kuis hihi*
Juli 28, 2012 pukul 1:51 pm
aku juga mau!! *langsung ambil jatah cuti*
Juli 21, 2012 pukul 8:12 am
Ada gak mbak? Mauuuu!
Juli 20, 2012 pukul 5:02 pm
semoga suatu hari bisa kesana juga mba..amin..^^
Juli 20, 2012 pukul 5:20 pm
Amin! Yup, salah satu tempat terindah di bumi 🙂