Dengan teman jalan baru yang lebih menyegarkan, kami pun semangat melanjutkan perjalanan ke Fatehpur Sikri di negara bagian Uttar Pradesh. Meskipun kini dijuluki kota hantu karena sepi, dulunya pernah jaya saat Kaisar Akbar dari dinasti Mughal membangun istananya tahun 1570. Istana megah ini menjadi tempat tinggal sang raja bersama 3 istrinya, terdiri dari perempuan Muslim, Kristen dan Hindu. Setiap istri dibuatkan istananya masing-masing yang semuanya indah dan mewah. Di dinding kamar istri-istrinya itu konon dulu berhiaskan berlian dan batu-batu permata lain sehingga memantulkan sinar matahari warna-warni. Wiii… saya sih nggak kebayang betapa silaunya mata kalau tembok kamar saya ditempeli berlian. Alkisah menyebutkan, istri Hindu-lah yang paling disayang karena hanya dia yang memberinya putra mahkota.
Sebagaimana di tempat-tempat yang ramai turis di India, sejak area parkir kita diserbu pria-pria yang mengaku sebagai official guide. Mereka menunjukkan tanda pengenal sebagai guide resmi yang aspal, tampak asli tapi palsu, dan menawarkan jasa dengan imbalan 250 rupee (sekitar 50 ribu rupiah). Seorang bapak tua berambut oranye pun menawarkan jasanya pada saya. Iseng saya tawar seharga 100 rupee, karena saya sudah menggoogle semua informasi tentang tempat ini sehingga nggak terlalu merasa butuh tour guide. Awalnya dia menolak, tapi lama-lama dia menurunkan harga sendiri hingga mau 100 rupee. Maka jadilah dia mengawal kami berkeliling istana selama 1 jam.
Saya akui, berbagai istana dan benteng peninggalan dinasti Mughal ini luar biasa megahnya. Bangunannya kokoh, bertahan ratusan tahun lengkap dengan semua ukiran dan ornamennya yang indah. Tapi setiap keluar dari istana-istana megah ini yang terlihat adalah kemiskinan dimana-mana. Spontan saya ingat Jakarta. Gedung-gedung pencakar langit di Kuningan, Sudirman dan beberapa area Jakarta pun dibaliknya acap menyimpan deretan rumah-rumah kumuh. Bentuk modern dari kesenjangan sosial yang ada sejak ratusan tahun lalu?
Kembali ke Fatehpur Sikri, di penghujung tour-nya si guide membawa kami mengunjungi 2 orang pria yang menggelar dagangan souvenir dari marmer ukir. Seperti umumnya pedagang di India, mereka gigih banget membujuk kami membeli dagangannya. Sebuah tempat lilin bulat seukuran telur kasuari dari marmer ukir dijual seharga 800 rupee, ditawar mentok di harga 500 rupee. Kami beli karena kasihan. Eh…. ternyata di area parkir ada deretan toko suvenir yang menjual barang serupa dengan harga 200 rupee saja!! Jadinya belanja kemahalan gara-gara guide berambut oranye itu. Huh!
Slogan pariwisatanya sih keren, Amazing Heritage, Grand Experiences. Tapi kalau tour guide aja kelakuannya kayak gitu semua, dimana grand experiences-nya?
Sisa hari kami habiskan dengan meneruskan perjalanan ke Jaipur, sambil sesekali berpapasan dengan onta atau kawanan sapi di tengah jalan. India ini bagaikan surga bagi binatang. Onta, sapi, kerbau, kambing, babi, tupai, gajah hingga monyet bisa dengan bebas berkeliaran di jalanan dengan damai. Nah, di rute ini sangat tidak disarankan membuka jendela mobil. Sepanjang jalan banyak warga menjemur lembengan bundar seukuran piring makan yang ternyata adalah kotoran kerbau untuk dijadikan bahan bakar. Aromanya? Syedaaaap…
Besok cerita tentang Jaipur, pedagang-pedagang yang bulus dan tips shopping di India.
Ping-balik: Anti Mainstream! Coba 5 Hal Ini Untuk Memudahkan Traveling | BLOG Swastika Nohara
Januari 31, 2012 pukul 8:12 pm
Saya pengen nyobain roti khas india deh, apa namanya saya lupa. 😐
Terus, perihal teh tarik, itu asli turki atau india sih? 😀
Agustus 28, 2013 pukul 3:52 pm
ada macem-macem roti khas India, yg umum seperti roti naan, roti prata gitu. Teh tarik? Saya kurang tau 🙂
Januari 30, 2012 pukul 6:59 pm
ketinggalan beberapa episod saya euy
ngeliat INdia, selalu kebayang tempat yg selalu dijadikan salah satu titik petualangan dalam Amazing Race dalam setiap sessionnya
ditunggu sambungannya, uni
*langsung kopas feed blog*
😀
Januari 30, 2012 pukul 8:04 pm
It is incredible indeed… nggak heran kalo amazing race jadiin India lokasi dlm tiap sessionnya
Januari 29, 2012 pukul 8:43 am
aaahhh kebayang kakak baunya tuh jalanan.. klo ada mobil pengangkut sapi aja aku gak mau dekat.. apalagi mereka jalan2 secara bebas kan yak.. hiiiiii
Januari 30, 2012 pukul 10:37 am
buat warga india kayaknya udah jd ‘makanan’ sehari-hari sih.. keliatannya pada cuek gitu 🙂
Januari 27, 2012 pukul 10:35 am
eh repot ga ngajak balita ke India? tapi sabai kalem sih ya…
*kebayang Vio*
Januari 27, 2012 pukul 10:50 am
Sama sekali enggak repot. Sabai mmg easy going, tidur & makan gampang. Agak issue krn makanannya berbumbu tajam semua, thus Sabai sering makan roti+selai stroberi 🙂
Januari 27, 2012 pukul 8:30 am
You’re a little bit late honey… permaisurinya udah wafat 500 th lalu, jadi berlian2nya udah dicongkel, tinggal gambar2nya aja dari masa lalu 🙂
Januari 27, 2012 pukul 8:22 am
wah berlian di dinding, aku mau dong jadi pelayannya di sana *niat nyolong berlian*