[/caption]
Rasanya nggak berlebihan kalau saya mengutip slogan iklan pariwisata India itu, karena memang begitulah yang saya rasakan selama 8 hari menapaki tanah berdebu negeri Amitabh Bachchan itu. Jujur saja, kesan pertama saya di India adalah berdebu dan jorok. Baru jalan kaki beberapa langkah keluar hotel di New Delhi, saya nyaris menginjak tahi anjing di trotoar! Eeeww… Tapi setelah melihat sisi lain India di Agra, Jaipur dan Pushkar, saya pun terpesona dengan warna-warninya negeri penghasil mustard ini.
Kami tiba 13 Januari lalu, pas puncak musim dingin di New Delhi. Tapi ya sedingin-dinginnya India, baru level kulkas, belum di level freezer alias berkisar antara 4-18 derajat celcius. Belum bikin beku dan masih enak jalan pagi keliling hotel di Karol Bagh.
Nah, pas jalan pagi ini kami seorang supir tuk-tuk (semacam bajaj warna kuning hijau) menawarkan mengantar ke pasar dengan ongkos 20 rupee PP. Karena murah dan kami memang perlu beli memory card untuk camera, maka kami mau. Ternyata kami ditipu! Si supir menakuti-nakuti kami, membawa kami ke kantor turisme setempat dan ujungnya minta dibayar 800 rupee (140an ribu rupiah). Cih! Tentu saja saya ogah. Saya minta diantar balik ke hotel, saya bayar setengahnya sambil nyumpahin bajajnya ketabrak truk.
Masjid Jami New Delhi
Sebel sama supir bajaj itu terlupakan sudah setelah dari situ kita jalan ke Old Delhi, bagian kota tuanya New Delhi dengan Masjid Jami di tengahnya. Masjid ini megah sekali, dengan tempat wudhu berupa kolam besar dan ribuan burung merpati hidup bebas di pelatarannya.
Oleh teman India yang menemani, kami diminta hanya lihat-lihat di dalam kompleks masjid. Tapi dasar badung, kami impulsif keluar kompleks masjid karena melihat ada pasar yang warna-warni. Dan persis di balik tembok masjid puluhan orang-orang tak berumah menggelar koran atau plastik, beberapa orang perempuan mencuci baju dan perabot makan di seember air yang mulai keruh, dan seorang ibu merawat bayinya begitu saja di bawah terik matahari Delhi.
Di ujung lorong masjid yang dipenuhi homeless people itulah terdapat pasar rakyat yang tadi kami intip. Jualan mereka rupa-rupa, dari kacang goreng, pop corn tradisional, perabot rumah tangga, jam water proof sampai beha. Dan terlihat sederet penjual beha, semuanya bapak-bapak bertampang garang! Calon pembeli pasti malu kalau mau tanya nomor yang cocok, apalagi kalau mau coba π
- An afternoon at the Jama Masjid, Old Delhi
- Aneka kacang dimakan sama tomat dan bawang merah. Rasanya?
- Camilan sore: wortel dan lobak dikremus pakai taburan garam masala
- Nanasnya bu…
- Nasi briyani, 10 rupee saja (2000 rupiah), kenyang sampe besok. Mau?
- Pop corn tradisional, pas menyerahkan ke pembeli diraup pakai tangan. Mau?
- Penjual beha-nya semua pria bertampang sangar!
- Masjid Jami di Old Delhi
- Merpati hidup bebas di pelataran masjid, termasuk bebas eek sembarangan π
- Di malam hari suhunya sekitar 5 derajat celcius. Wonder how they survive…
Membeli barang di pasar semacam ini, model tawar-menawarnya macam di Tanah Abang lah. Langsung setengah harga, dan jangan terlihat beneran tertarik pada barangnya. Saya disini lebih tertarik memfoto para pedagang makanan, meski ngeri untuk membeli dan memakannya. Saya nggak beli apa-apa selain mainan plastik setelah Sabai merengek minta dibelikan. Toh harganya cuma 35 rupee (sekitar 7 ribu rupiah, yang kalau di Mangga Dua 15 ribuan).
So, how does New Delhi sound to you so far?
Besok lanjut cerita ttg supir yang lebih ganteng dari Sakhrukh Khan π
Februari 1, 2019 pukul 9:57 am
wow, sungguh menarik dan masih tradisional bgt ya
Februari 1, 2019 pukul 1:39 pm
iya di banyak tempat masih tradisional
Ping-balik: Having Fun At BLR, Bintan | BLOG Swastika Nohara
Agustus 30, 2015 pukul 12:04 am
terima kasih infonya.
kenapa gak ke himachal pradesh lumayan bisa main salju.
Agustus 31, 2015 pukul 3:05 pm
Karena waktunya mepet. Semoga berikutnya bisa ke Himachal pradesh dan Ladakh dll π
Ping-balik: 5 Hal Penting Sebelum 35 Tahun | About life on and off screen
Ping-balik: Green Tea Adventure: Di Balik Nikmatnya Teh Hijau | About life on and off screen
Ping-balik: Incredible India: Jaipur | About life on and off screen
Februari 4, 2012 pukul 10:38 am
aku iriiiii.. kapaaaan ya bisa jalan2? :))
Februari 4, 2012 pukul 11:44 am
ah simbok sibuk pun :)) ke india tiket pesawatnya aja yg mahal, disananya cukup murah
Januari 30, 2012 pukul 10:43 am
Sama Sabai aja jalan2nya, Ucup juga ke India tapi misah, di ke Manipur krn diundang festival film disana
Januari 28, 2012 pukul 8:44 am
aaahhh ternyata mbak.ke india tohh.. sama bang ucup.dan.sabai juga??
Januari 25, 2012 pukul 12:17 pm
Suka merpatinya π
Januari 25, 2012 pukul 8:59 pm
You’ll love it up there π
Januari 25, 2012 pukul 8:58 am
kacang + tomat + bawang merah? masih mikir rasanya kayak apa
Januari 25, 2012 pukul 11:14 am
nah, itu dia rasanya INCREDIBLE! :))
Januari 25, 2012 pukul 5:41 am
sepertinya indonesia msh terlihat lbh bersih deh π
Januari 25, 2012 pukul 8:26 am
Yup, kota2 di Ind masih lebih bersih *bangga π
Januari 25, 2012 pukul 4:09 am
Seru banget sih Tik..Habis berapa duit semunya ?
Tapi Delhi masih cantik kok, asal jangan ke Calcuta kaleee…hi hi.
Januari 25, 2012 pukul 8:28 am
Iye, Calcutta baru nyampe airportnya aja udah bau pesing :)) Abis berapa ya… sekitar 1000 usd deh perorang, udah tiket, nginep, makan ama local transport ke berbagai kota
Januari 25, 2012 pukul 2:19 am
Begitukah India? Hmm.. nampaknya tidak jauh beda dengan kondisi Indonesia yg dipenuhi bangunan2 yg kurang sedap dipandang… Jadi prihatin nih, hehehe…
Januari 25, 2012 pukul 8:30 am
Jalanannya lebih jorok dr Jakarta, tp bangunan2 tuanya lebih terawat dan mall-nya tertib dibangung di pinggiran kota
Januari 24, 2012 pukul 10:35 pm
makanannya gimana? hotelnya? pengen ke India juga karena baca “Incredible India” tapi yah itu tadi… XD
Januari 24, 2012 pukul 11:46 pm
Makanannya enak2 semua, kami jadi vegetarian disana. Hotel? Kami tinggal di kelas motel gitu sih selama di Delhi, Agra, Jaipur dan Pushkar, traveling on budget soalnya π
Februari 5, 2012 pukul 8:31 am
Motelnya gitu bersih Tik? Katanya hotelpun di sana rada parah juga hehehe
Februari 5, 2012 pukul 10:01 am
Motel kita bersih kok Mil, rekomendasi Arun, mungkin krn mrk biasa nerima tamu internasional.
Januari 24, 2012 pukul 10:29 pm
trus ga jajan ya mba?
ga ngrasain itu makanan yang mererka jual apa aja? XD
Januari 24, 2012 pukul 11:43 pm
Walaupun dilarang, aku nekat ngicipin beberapa macam street food. Rasanya seru!!!
Januari 24, 2012 pukul 10:14 pm
ketemu artis bollywood yg cantik ga mba? #eeaa
Januari 24, 2012 pukul 10:27 pm
Gak usah artis… Supir yg nganterin kami kemana-mana lebih ganteng dr Shahrukh Khan!
Januari 24, 2012 pukul 9:30 pm
apa mobil jeep dan sedan fiat mendominasi jalan raya seperti di film2 india?
Januari 24, 2012 pukul 9:46 pm
Wah klo jaman sekarang di Delhi banyakan sedan. Yang jelas dominan mobil merk Tata, mobil nasional yg mereka banggakan itu
Januari 24, 2012 pukul 9:25 pm
Foto2 dagangannya keren2 Tik! Etapi manaaaa… foto joget puunnya? π
-dun-
Januari 24, 2012 pukul 9:28 pm
Foto joget di posting berikutnya yaaa… soalnya adegan joget baru terjadi di Jaipur, kota berikutnya
Januari 24, 2012 pukul 9:18 pm
Katanya di sana sulit ya cari mobil yang spionnya masih utuh?
Januari 24, 2012 pukul 9:27 pm
Hahaha… bener om! Mobil kami aja spion kirinya udah raib, spion kanan sering dilipat. Kata teman India yg nyetir, “kan udah ada spion tengah!” :))