High school reunion should be a happy moment. But mine was a heart breaking. Saya kaget banget waktu di sebuah reuni, seorang teman menunjukkan foto teman sekolah kami yang sedang sakit dan cukup parah. Teman yang dulu gagah itu, kini badannya kurus kering digerogoti penyakit. Jangankan bekerja, untuk sekedar berjalan kaki dan mengunyah makanan saja kini jadi perjuangan luar biasa baginya.
Sulit bagi saya membayangkan, bagaimana kehidupan dia dan keluarganya harus berubah total sekarang. Entah sudah berapa puluh juta rupiah dana yang habis untuk membiayai pengobatannya, dan masih belum sembuh total. Teman saya ini pastilah bukan satu-satunya kisah dimana seorang tulang punggung keluarga mendadak sakit sehingga perlu biaya besar dan tidak siap untuk itu. Semuanya terjadi begitu mendadak.
Kita tak pernah tahu kapan kita sakit… semoga sih jangan ya. But let’s be brutally honest with ourselves. Do we live a healthy & balanced life? Sehari-hari kerja 10 s/d 12 jam, kadang masih meneruskan tulisan atau bikin laporan sampai pagi bila deadline menanti. Soal makan? Nyaris setiap hari harus makan di luar yang hampir pasti dimasak dengan berbagai bahan kimia penyedap rasa. Enak sih, tapi soal sehat jadi nomer sekian. Malah kadang makan siang dilakukan sore. Lalu olah raga? Hmmm… kapan ya terakhir kali saya olah raga teratur…. Nyaris lupa!
Dan saya nggak sendiri. Banyak sekali teman-teman yang setelah saya perhatikan gaya hidupnya seperti saya, sering lembur, makan sekenanya dan nggak olah raga teratur. Makanya saya cuma nyengir pas baca kalau WHO bilang 60 persen lebih orang Indonesia di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan lebih besar kecenderungannya untuk terkena penyakit kritis, terutama karena gaya hidup yang tidak sehat. Dan penyakit jantung koroner berada di peringkat paling atas sebagai penyebab kematian di Indonesia, dengan rata-rata jumlah penderita sebanyak 220.000 pasien pertahun.*
Gosh… serem banget baca data-data itu. Dan rasanya seperti ditampar saat saya berkaca dan melihat gaya hidup kami, saya dan suami. Padahal kami punya anak-anak balita yang masih perlu kami support dan dampingi. We need a plan to make sure that we’re financially covered, just in case –knock on wood— we got sick. I guess now it’s time for me to carefully look at the options out there. It’s not an easy thing to skim through a bunch of health insurance plans, but better be worry than sorry. How ‘bout you?
*data: Indonesian Ministry of Health, 2007
Juli 26, 2011 pukul 10:46 am
Wah penyakit ini gue banget deh.. semoga dapet keajaiban terhindar dri penyakit kritis ini.. Soalnya gue demen begadang, lembur.. and tambah merokok berat.. Oh ternyata sakit itu mahal… 🙂
Juli 27, 2011 pukul 3:38 pm
Bener mas Tony, apa lagi di Jakarta, sakit bakal terasa mahalnya. So better be financially prepared
Juli 26, 2011 pukul 9:40 am
yak, mari futsal seminggu 3x 😀
Juli 26, 2011 pukul 10:19 am
futsal? sekalian aja sepak bola kak! 🙂
Juli 26, 2011 pukul 8:49 am
Yuk! *stretching*
Juli 26, 2011 pukul 2:02 am
ya tuhan… langsung gerak-gerakin badan, olah raga
Juli 25, 2011 pukul 5:54 pm
soal kesehatan, mungkin karena abstrak, jadi kalah ama kebutuhan yg sifatnya bisa langsung dirasakan ya, kek makan2 :p
udah gitu, kemampuan untuk mendengarkan tubuh sendiri jg jauh berkurang. yg ada tersandera dg indera.
yuk yuk lebih rajin olahraga dan menjaga pola makan ^^
Juli 26, 2011 pukul 8:48 am
very good point! kebutuhan yg abstrak dan nggak langsung terasa urgensinya ya. Makanya perlu financial plan & preparation yg bener.
Juli 25, 2011 pukul 3:42 pm
hi,salam kenal.Nice post !!
Juli 25, 2011 pukul 4:30 pm
Thanks!
Juli 25, 2011 pukul 3:04 pm
Hiks… kesehatan itu memang “priceless”… 😥
Juli 25, 2011 pukul 3:06 pm
And often, we dont know what we’ve got till its gone… 😦
Juli 25, 2011 pukul 2:57 pm
Sebagai korban ganasnya biaya rumah sakit saya setuju banget kalo mulai sekarang harusnya semua orang aware untuk mempersiapkan segala sesuatunya…
sebelumnya dipikir2 sayang juga menyiapkan sekian ratus ribu perbulan buat asuransi, tp begitu kena getok rumah sakit dan bayar puluhan juta untuk sakit yang bahkan nggak serius pun akhirnya baru kita mikir…
sekarang insurance masuk kebutuhan semi pokok sih kak… 🙂
Juli 25, 2011 pukul 3:05 pm
Wah! Ini aku baru denger, sekarang insurance masuk kebutuhan semi pokok ya? That to some extent is true!
Juli 25, 2011 pukul 2:18 pm
Amin! bener banget, dan kalo sampe kita sakit kritis (amit-amit) yg ngerasain susahnya juga orang2 terdekat kita…. that’s why we need to be financially protected
Juli 25, 2011 pukul 2:05 pm
Bapak aku termasuk salah satu penderita jantung koroner.. Kalau diingat gaya hidup dia yg gak pernah merokok jadi takut juga, ternyata gaya hidup sehat gak melulu tidak merokok ya sekarang.. Makanan dan lingkungan dengan debu yg banyak juga sangat amat berpengaruh.. Ah, mudah2an kita bisa menjaga diri agar terhindar dari segala penyakit deh..