Apa jadinya bila 7 orang pria, ada yang muda, tua, dan rabun ayam, harus berjalan kaki melintasi padang salju Siberia hingga Mongolia, lalu melewati gurun pasir hingga Tibet dan terus menyeberangi punggung Himalaya sampai India? Apalagi mereka tidak bisa berjalan dengan tenang di tempat terbuka karena mereka adalah pelarian dari sebuah penjara di tengah padang salju Siberia, dan tersedia hadiah uang bagi siapapun yang menemukan jejak mereka.
Terinspirasi dari kisah nyata di tahun 1938 inilah, film The Way Back dibuat. Kala itu di Soviet komunis masih berkuasa dan semena-mena menahan orang-orang yang tidak sepaham maupun yang dicurigai sebagai mata-mata, tanpa proses pengadilan. Itu yang terjadi pada Zoran, pria muda tokoh utama kisah ini. Dia dipenjara karena tuduhan mata-mata, dan nekad kabur bersama beberapa napi lain.
Mereka pun mulai mengatur strategi melarikan diri, menyimpan roti kering untuk bekal dan nekat kabur saat badai salju mendera. Maka sisa film ini adalah kisah perjalanan mereka diterpa ganasnya alam, mulai dari badai salju hingga gurun pasir yang kerontang. Oya, di tengah jalan seorang gadis muda bergabung dengan mereka.
Hal paling menarik dari road movie macam ini adalah panorama elok yang tak ada habisnya. Dengan sinematografer yang piawai, keelokan alam sepanjang film ini ditampilkan secara ekstrim. Misalnya saat mereka kehausan dan kelelahan berjalan kaki melintasi gurun pasir, visualnya dibuat dengan warna yang hangat sehingga tampak sedemikian panas. Lalu ditampilkan mereka berjalan berjauhan di gurun luas dan tanpa musik sama sekali, sehingga penonton turut merasakan betapa kesepiannya mereka.
Berhasilkah mereka mencapai India? Pertanyaannya bukan hanya itu. Tapi juga konflik yang terjadi sepanjang jalan, soal ideologi, prioritas, dan persahabatan. Menikmati film yang sangat indah dan kontemplatif ini, emosi saya turut dibawa naik-turun saat mereka gembira, bertengkar dan bergulat menghadapi maut. Pendek kata, film ini sangat recommended dan sangat perlu untuk ditonton di bioskop agar dapat meresapi sensasi emosinya yang sangat mencekam.
Februari 4, 2011 pukul 10:13 am
ayo ditonton, mumpung masih main di bioskop!
Februari 3, 2011 pukul 3:41 pm
reviewnya menarik, jadi pengen nonton filmnya ….
salam kenal