Kemarin saya memutar ulang beberapa film dokumenter yang pernah saya buat tahun 2007 lalu, serial Jagat Bali. Serial dokumenter 26 episode ini pernah tayang di Astro TV yang waktu itu termasuk TV kabel paling eksis di Indonesia. Menonton film ini, ingatan saya kembali ke Bali yang begitu indah, ramah dan hangat. Tinggal di Bali begitu menyenangkan… kecuali untuk satu hal: ruas jalan raya sering banget di tutup karena ada upacara!
Ya, bagi masyarakat Hindu Bali berbagai upacara tersebut seakan sudah menjadi nafas mereka, menjadi kegiatan yang menyertai mereka sejak lahir hingga menutup mata kembali padaNya. Dan kematian adalah puncak dari berbagai upacara yang mereka lakukan sepanjang hayat. Mengutip kata-kata Bli Wayan, bapak kost kami di Sanur dulu, upacara kematian seseorang bercerita segalanya tentang orang tersebut.
Semakin tinggi status sosialnya dalam masyarakat, akan semakin megah pula upacara melepas jasadnya. Apalagi keluarga bangsawan, apalagi sang raja. Ya, di Bali masih ada beberapa kerajaan yang pengaruhnya masih diakui masyarakat. Lihat saja upacara pelebon Raja Peliatan IX, di Ubud yang dilakukan 2 November kemarin. Ritual ini super megah, dengan rangkaian arak-arakan yang diikuti ribuan orang, masyarakat setempat maupun wisatawan campur baur menjadi saksi ritual yang tak akan terulang lagi sampai 30 tahun ke depan.
Upacara pelebon atau dikenal juga sebagai ngaben adalah prosesi pembakaran mayat yang bertujuan untuk mengembalikan unsur-unsur pembentuk tubuh manusia kembali ke alamnya serta melepaskannya dari ikatan keduniawian. Sebuah upacara yang bila dipandang oleh orang selain Hindu Bali sebagai prosesi yang rumit namun kenyataannya sangat sederhana untuk dipahami.
Dalam upacara pelebon ini jenazah sang raja diarak di atas sebuah menara 11 tingkat setinggi 25.5 meter yang terbuat dari kayu, bambu dan kertas, diusung oleh ratusan orang sebelum akhirnya dibakar. Dibuat pula sebuah patung naga dengan hiasan emas yang diyakini akan mengantar arwah sang raja ke surga. Banyaknya kelengkapan upacara yang dilakukan oleh ratusan orang ini, tak heran pelebon menghabiskan dana ratusan juta hingga miliaran rupiah dan persiapan berbulan-bulan lamanya. Tak heran jenazah Raja Peliatan IX yang meninggal 20 Agustus lalu di usia 71 tahun, harus menunggu pelebonnya dilakukan 2 November.
Meski ribuan orang berbaur untuk mengikuti dan menyaksikan upacara ini, namun prosesi berjalan tertib dan lancar. Aparat kepolisian bekerja sama dengan para pecalang (polisi adat Bali) menjaga ketertiban upacara, serta wisatawan yang menontonnya. Saya setuju seratus persen kalau dari berbagai daerah dengan potensi wisata di Indonesia, Bali-lah yang saat ini terhitung paling siap dan terlatih mengelola industri pariwisatanya. Pemerintah daerah lain, yuk belajar dari Bali!
Foto dari sini.
November 5, 2010 pukul 3:32 pm
putar di Langsat!
November 4, 2010 pukul 7:08 pm
di Toraja juga ada ritual merayakan kematian dengan berpesta berhari-hari. dan kabarnya, pemerintah daerah menjadikan budaya ritual ini sebagai sumber pemasukan 🙂
November 4, 2010 pukul 7:17 pm
Iya, di Toraja udah jadi kalender budaya yaaa… Toraja, Bali trus mana lagi ya yang upacara kematiannya megah?
November 4, 2010 pukul 7:07 pm
gimana ya nontonnya… mau upload ke youtube tapi itu copy rightnya dimiliki bersama dg Astro, takutnya ntar kenapa2
November 4, 2010 pukul 7:01 pm
ah jadi pengen ke bali lagi
baru pernah sekali kesitu
dan juga penasaran dengan film dokumenter buatan sampeyan itu euy
🙂