Buat apa punya kuping kalau tidak mau mendengar? Dalam konteks nguping di social media, hal ini boleh dibilang sebagai sebuah kesia-siaan yang luar biasa. Sebuah perusahaan telekomunikasi besar membuat dua akun twitter untuk pelayanan internet mereka. Lalu dengan gagahnya mengumumkan di ‘Bio’ kedua akun tersebut:
Kami adalah Customer Care xxx. Utk keluhan silakan DM: Nama, no.tlp yg dipasang servis internet kami, kota, no HP & jenis gangguan
Nah, kesannya perusahaan ini keren banget kan! Peduli sama pelanggannya, bahkan cukup gaul dan sangat adaptif memakai twitter untuk mendengarkan pelanggannya. Wow! Saya sempat terpesona.
Sejak kemarin koneksi internet saya mati. Maka saya follow akun tersebut dan saya sampaikan masalah saya. Akan tetapi seharian saya tunggu, tidak ada respon sama sekali. Saya bahkan mengulang mention akun customer care tersebut hingga 3x dan tetap tidak ada jawaban. Sampai hari ini.
Jelas sudah, akun tersebut tidak dijalankan dengan baik. Bagi saya hal ini tidak hanya mengecewakan tapi sekaligus aneh, karena ibaratnya manusia dia punya kuping tapi tidak dipakai untuk mendengar.
Menghubungkan dengan diskusi Akademi Berbagi soal ‘Nguping di Social Media’ bareng Catur PW dan Sumardi petang kemarin, dengan membuat akun customer care artinya perusahaan tersebut sudah ‘pasang kuping’ di social media. Tapi ketika ada pelanggan yang berbicara langsung kepada kuping tersebut, kenapa tidak didengar?
Ah, memang nama besar sama sekali bukan jaminan produk dan pelayanan yang memuaskan. Mungkin sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar se-Indonesia, mereka merasa tidak perlu lagi meluangkan waktu dan biaya untuk mendengar pelanggannya. Baiklah, kalau begitu saya yang harus bertindak. Apa lagi kalau bukan memutuskan hubungan ini dan berpindah ke lain hati…eh, ke lain provider.
Desember 28, 2020 pukul 11:46 pm
Mantap sekali Tulisannya, jika suka sekali menulis apalagi bikin jurnal coba mbaknya bikin tulisannya disini siapa tau tertarik
Stisipol pahlawan 12
Jurnal Stisipol pahlawan 12
Desember 28, 2016 pukul 1:50 pm
Mantap sekali websitenya dapat dijadikan sumber dan bisa juga diambil dari web http://fikom.gunadarma.ac.id/
Ping-balik: Festival Danau Sentani Dan Hujan Bulan Juni | About life on and off screen
November 4, 2010 pukul 6:56 pm
kalo telinga suka panas dan lebih suka dianggap raja yang lalim, memang mendengar dianggap tak perlu lagi
*komen sok tau*
eh senang pokoknya bisa berjumpa denganmu kmaren
🙂
Desember 28, 2016 pukul 1:54 pm
wow…komen dari tahun 2010 ini muncul lagi! Masa-masa indah ketika om Warm masih suka komen di blog ini. ah…
Oktober 31, 2010 pukul 7:17 pm
wah saya baru tahu ada provider yang memakai twitter sebagai sarana mengeluh bagi pelanggan yg mempunyai twitter. idenya keren sekali tetapi sayang tidak dipraktekkan dengan baik. sunggu syg skali.. saya jg punya pengalaman mengenai twitter ini. jadi PLN indonesia baru2 ini membuat akun twitter, isinya ttg berita pemadaman listrik di wilayah jabodetabek. baru dibuat sekitar 1 minggu, followernya sudah sgt byk. tetapi smakin byk follower smakin pusing mereka karna kebanyakan follower hanya mempertanyakan pemadaman listrik, mengeluh, sampai memaki 😀 setelah itu akunnya hilang sudah. sungguh malang nasip mereka, niat awal untuk membantu jadi serangan balik atas ketidakpuasan konsumen selama ini 🙂
salam,
Ellen
November 4, 2010 pukul 6:54 pm
wah malah baru tau nih kalau PLN bikin akun juga! (meski kemudian di tutup)
Oktober 11, 2010 pukul 9:54 am
lahan bagi pada social media analyst untuk mengelola akun-akun tersebut
Oktober 15, 2010 pukul 9:12 am
Yes mak Chic! setujuuu!! 😀
Oktober 9, 2010 pukul 5:38 am
yg merasa dah punya telinga n pengen belajar mendengar dengan kuping (telinga) digital, boleh tengok dan download presentasinya disini:
http://blog.caturpw.com/2010/10/09/smart-listener-social-media.html
Oktober 15, 2010 pukul 9:13 am
Ahay! Thank you linknya!
Ping-balik: Tweets that mention Punya Telinga Tapi Tak Mendengar « About life on and off screen -- Topsy.com